Doa Yang Dikabulkan: Dua Perspektif

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa tentu sangat paham bahwa doa merupakan suatu kegiatan yang lazim. Namun, mungkin kita selalu bertanya-tanya: "Apakah doa itu?" Atau, mungkin pertanyaan yang lebih spesifik lagi: "Apakah doaku terkabul?" Misteri jawaban atas kedua pertanyaan tersebut membawa pengikut agama pada petualangan yang sarat tantangan dan perjuangan, bahkan terkadang berbau mistik, sebab tidak jarang demi terkabulnya suatu keinginan, doa dipanjatkan, dan bila perlu, melanglang buana ke tempat-tempat di mana garansi jawaban doa diyakini lebih besar atau lebih pasti. Fenomena ini rupanya sudah mengglobal dan melanda semua ras, etnik, dan bahkan agama. Namun, bagi kita umat yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, pandangan Alkitab menolong kita memiliki pemahaman lain yang lebih masuk akal, berkualitas, dan bahkan (seharusnya) memuaskan. Doa yang dikabulkan haruslah dipahami secara menyeluruh, bukan hanya sebatas pada lingkup terpenuhinya keinginan atau cita-cita manusiawi semata. Kita akan melihat pemahaman ini dari dua perspektif, yaitu perspektif Doa Bapa Kami dan perspektif doa seorang murid. Dengan begitu, kita akan tahu bagaimana kita berharap atas doa kita.

Doa Bapa Kami

Doa merupakan cara paling aktual untuk kita berinteraksi dan berbicara dengan Sang Pencipta. Selama kita hidup di dunia ini, doalah yang menjadi cara kita berbicara dengan Allah yang tidak kita lihat secara fisik. Dari pengertian ini, kita memiliki pengertian dasar tentang doa, bahwa doa bukan hanya merupakan suatu permintaan atas kebutuhan atau keinginan manusia. Doa adalah media utama yang disediakan Sang Khalik untuk berinteraksi dengan ciptaan-Nya. Doa adalah media penghubung antara yang natural (manusia dan sekitarnya) dan yang supernatural (Ilahi). Dengan memandang konsep doa seperti ini, kita akan tertolong untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan di awal tulisan ini. Dari sini, kita akan dapat membangun suatu kegiatan doa yang berkualitas dan yang memberikan kenikmatan tertinggi. Doa tidak akan pernah terasa hambar, sia-sia, atau kedaluwarsa. Pada bagian pertama, kita akan melihat teladan doa yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu Doa Bapa Kami.

Struktur Doa Bapa Kami

Beberapa gereja arus utama masih menjadikan Doa Bapa Kami sebagai bagian dari liturgi mereka. Di satu sisi, tentu hal ini baik. Doa Bapa Kami, karena merupakan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus, menjadikannya liturgi ibadah akan memberikan pengenalan dan peringatan yang dalam sebagaimana halnya sakramen gerejawi. Namun di sisi lain, hal ini tampaknya tidak memberikan kedalaman makna, apabila liturgi tersebut hanya semata hafalan dan ritual. Padahal, Doa Bapa Kami adalah doa yang sangat lengkap dilihat dari struktur dan cakupannya. Mari perhatikan dengan baik dan saksama Doa Bapa Kami ini, seperti yang tertulis di dalam Matius 6:9-13.

Ada empat bagian utama dalam doa yang tercakup dalam doa Bapa Kami, yaitu:

  1. Puja dan puji kepada Allah (ayat 9, 10, dan 13).

  2. Puja dan puji merupakan suatu pengungkapan diri atas Allah Yang Besar dan Mahakuasa. Kita mengagumi keperkasaan Allah, kekuasaan Allah, dan bahkan kebenaran Allah. Puja dan puji diungkapkan dengan penegasan bahwa Sang Bapa ada di surga (bukan tempat lain). Surga tentu merupakan suatu representasi tempat yang Mahamulia. Di dalamnya juga dinyatakan bahwa nama Allah adalah kudus. Nama yang kudus sudah ditegaskan dalam beberapa nats Perjanjian Lama, seperti dalam Imamat 22:32, Mazmur 103:1, Yesaya 47:4, dan lainnya.

    Sementara itu, juga dinyatakan agar Kerajaan Allah datang. Ini merupakan suatu puja dan puji agar kekuasaan Allah-lah yang senantiasa dikehendaki untuk hadir, bukan kekuasaan lainnya. Kerajaan Allah merupakan suatu simbol kekuasaan yang Mahaadil dan Bijaksana, sebab apa yang akan terjadi di bumi sudah sesuai dengan kekuasaan surgawi. Diungkapkan di dalamnya bahwa Allah adalah Pemilik tunggal takhta surgawi. Dipakai tiga istilah di dalam doa ini: kerajaan, kuasa, dan kemuliaan. Maka sesungguhnya, semua hal yang melekatkan pada kemahakuasaan Allah telah diungkapkan. Tidak ada keraguan sedikit pun terhadap Allah sebagai Penguasa atas hidup manusia dan alam semesta.

  3. Pengampunan dosa (ayat 12).

  4. Permohonan ampun merupakan rangkaian doa yang harus ada. Sebab, dalam praktik hidup manusia tentu punya cacat dan cela. Firman Tuhan lainnya menjelaskan bahwa sekalipun kita sudah ditebus, bukan berarti kita tidak memiliki dosa sama sekali. Penebusan Kristus bekerja pada tataran jaminan bahwa kita memiliki jalan keluar untuk memperoleh pengampunan dosa. Penebusan bukanlah berarti dosa tidak pernah ada lagi dalam hidup kita. Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 1:8, 9 menjelaskan hal ini, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (ayat 8); Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (ayat 9)."

    Permohonan ampun di dalam doa kita seharusnya menjadi bagian yang selalu ada dan tidak boleh ditinggalkan. Menarik sekali ajaran di dalam Doa Bapa Kami tersebut, yang bukan hanya meletakkan unsur permohonan ampun, melainkan juga respons atas tindakan orang terhadap kita. Di dalamnya, kita diajar untuk menerima kesalahan orang lain dengan sukacita, bukan penuh dendam, apalagi tanpa ampun. Memang hal ini sering kali bertentangan dengan perasaan kita sebagai manusia yang menginginkan pembalasan. Namun, mengampuni orang lain merupakan ajaran yang sangat penting bagi pertumbuhan iman kita. Sebab, Yesus sendiri menebus dosa tanpa pernah mengingat dosa dan pelanggaran kita (Ibrani 10:17).

  5. Pembebasan dari kuasa jahat (ayat 13).

  6. Di dunia ini, hanya ada dua kekuasaan besar, yaitu kuasa jahat (yang melahirkan dosa) dan kuasa kebenaran (yang membebaskan dosa). Ketika kita bebas dari kekuasaan kebenaran, sesungguhnya kita sudah dikuasai oleh kuasa jahat. Memang, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kuasa jahat sudah dilepaskan dari diri kita. Namun, itu tidak berarti bahwa kita sama sekali bebas dari pengaruh atau ancaman kuasa jahat. Kuasa jahat senantiasa aktif menjebak dan memangsa kita saat kita lemah. Hal ini selaras dengan peringatan firman Tuhan: "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8).

  7. Rasa syukur dan permintaan pribadi (ayat 10 dan 11).

  8. Sesudah ketiga hal di atas, yang berikutnya dan terakhir adalah pernyataan rasa syukur sekaligus permintaan kita. Rasa syukur sendiri tampaknya tidak secara eksplisit diungkapkan dalam Doa Bapa Kami. Rasa syukur dapat kita pahami dari permintaan yang tidak berlebihan. Bahwa permintaan yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami adalah tidak berlebihan dapat kita lihat dari dua hal, yakni pada objek permintaan itu dan pada penggunaan ungkapannya. Objek yang disinggung dalam Doa Bapa Kami hanya ada pada "makanan" yang merupakan kebutuhan paling pokok dan asasi umat manusia. Bukan berarti pada saat doa ini diajarkan, kebutuhan manusia hanya sebatas makanan semata. Tuhan Yesus bermaksud mengajarkan kita untuk meminta sesuai dengan kebutuhan hidup kita dan bukan sesuai dengan keinginan kita. Sebab, kebutuhan hidup tidak pernah lebih besar daripada keinginan hidup. Kita diajarkan, selain meminta sesuai dengan kebutuhan kita, meminta sesuai dengan ukuran kita. Ini dapat kita lihat dari ungkapan kata "secukupnya".

    Inilah empat unsur terpenting yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami. Dengan bercermin pada ajaran ini, apakah implikasi yang dapat kita pahami dan terapkan dalam doa-doa kita? Sesungguhnya, doa bukan sekadar permohonan akan materi yang kita perlukan. Doa bukanlah permohonan atas keinginan hati kita, seperti ingin sembuh dari sakit, ingin berhasil, ingin lulus, ingin ini dan itu. Ajaran Doa Bapa Kami memberikan kita kelimpahan makna, bahwa Allah kita adalah Allah yang menjadi Bapa, di mana kita diizinkan memanggilnya "Abba, Bapa" (Roma 8:15 dan Galatia 4:6). Hubungan bapak dan anak seperti ini memudahkan kita untuk membangun hubungan yang erat, akrab, dan jarak yang tidak terpaut. Dengan Allah menjadi Bapa bagi kita orang percaya, komunikasi dan ungkapan hati kita akan terasa lebih erat dan kuat. Sama halnya dengan hubungan antara bapak dan anak secara daging yang begitu akrab dan erat, hubungan antara Allah yang menjadi Bapa dan umat-Nya yang menjadi anak juga seakrab dan seerat itu. Namun, keakraban dan keeratan hanya akan terasa indah dan nikmat bila dijalankan dalam doa. Inilah makna doa yang sesungguhnya.

    Doa yang bertujuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan Allah tidak mungkin tidak direspons Allah. Sebab, Allah kita adalah Allah yang setia. Dia telah berjanji tidak akan meninggalkan kita selama kita juga tetap menerima dan mengakui Dia dalam hidup kita. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa saat ini banyak orang yang memahami doa sebagai permohonan; lebih sempit lagi, permohonan akan keperluan atau kebutuhan semata. Perhatikan di beberapa gereja dan persekutuan, puji-pujian dan kegiatan rohani lainnya, umumnya hanya berfokus pada pemahaman seperti ini. Situasi ini perlu diluruskan. Memang tidak salah menganggap doa sebagai ungkapan permohonan. Sebagaimana orang tua yang tidak pernah melarang anaknya kala meminta sesuatu, maka kalaupun akhirnya terbiasa dengan pemahaman seperti itu, perspektif kedua berikut ini haruslah dipahami dengan baik.

Doa Seorang Murid

Sikap hidup seorang murid akan tercermin dari bagaimana kita berdoa dan apa respons yang terjadi setelahnya. Firman Tuhan menegaskan bahwa seorang murid adalah seseorang yang tetap di dalam firman Tuhan. "Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: 'Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku'" (Yohanes 8:31). Ayat ini berada dalam konteks di mana pada saat itu Yesus mengungkapkan kepada orang-orang Yahudi tentang siapa sesungguhnya Dia. Di dalamnya, Yesus menjelaskan bahwa Dia tidak akan lama berada di tengah-tengah mereka. Oleh sebab itu, Dia menegaskan bahwa ketika mereka mau tetap percaya kepada Dia dan memegang setiap perkataan-Nya, yaitu firman-Nya, maka mereka dikatakan sebagai murid. Seorang murid mendapatkan hak istimewa tatkala dirinya memohon kepada Allah. Hal ini didukung oleh ayat berikut ini: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7).

Dua ayat penjelasan ini menolong kita mengukur dan menilai pribadi kita. Barangkali, ada dua pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita: "Mengapa doaku tidak dikabulkan?" atau lebih spesifik lagi: "Permintaan seperti apakah yang dikabulkan?" Jawaban memuaskan atas pertanyaan ini ada pada pemahaman kita atas kedua ayat tersebut. Dengan jelas dikatakan bahwa hanya mereka yang tetap di dalam firman Tuhan saja yang disebut murid Kristus. Maka, mereka yang hanya sembarangan atau sekali-kali menjalankan firman Tuhan, tentu tidak bisa menyebut diri sebagai murid Kristus. Terlebih lagi mereka yang sama sekali mengabaikan firman Tuhan. Mereka tentulah bukan seorang murid.

Karena pribadinya adalah seorang murid, maka di dalam hidupnya ada kualitas rohani yang dapat diandalkan. Sebab, seorang murid yang terlatih dalam disiplin kerohanian, di dalam hidupnya akan selalu muncul perilaku hidup yang baik dan benar sesuai dengan firman Tuhan. Tutur kata, pikiran, perbuatan, dan perilakunya, sangat diyakini kesesuaiannya dengan firman Tuhan. Dalam hal berdoa pun, seorang murid tidak akan pernah meminta apa yang berasal dari nafsu kedagingannya semata. Seorang murid tidak akan pernah berdoa meminta harta benda karena terpengaruh oleh teman atau lingkungan sosialnya. Seorang murid tidak pernah mengotot menuntut Allah atas suatu keinginan dagingnya. Seorang murid tidak akan meminta Allah memenuhi keinginan matanya. Seorang murid tidak memenuhi hidupnya dengan keangkuhan. Pribadi murid seperti inilah yang dijamin Allah akan terpenuhi, apa pun yang dimintanya, sebab Allah tidak akan pernah khawatir bahwa permintaannya akan merugikan kewibawaan dan kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian doa yang dikabulkan adalah:

Doa bukan hanya suatu permohonan. Empat unsur doa yang kita sampaikan, meskipun katakanlah hanya satu saja, misalnya permohonan ampun atas dosa-dosa kita, yang Tuhan jawab dengan melegakan (dapat dibuktikan dengan rasa tenang dan tenteram dalam hati kita), ini sudah merupakan sebuah doa yang terkabul. Milikilah pribadi seorang murid Kristus yang sejati, sebab Tuhan tidak akan pernah lalai menepati janji-Nya. Doa kita pasti akan dikabulkan. Semoga kita lebih yakin bahwa Tuhan menjawab doa kita. Tuhan Yesus memberkati.

Diambil dari:

Nama Situs : Hok Imtong
Alamat URL : http://www.hokimtong.org
Penulis : Teduh Primandaru
Tanggal akses : 15 Maret 2013

Komentar