Doa Pada Waktu Angin Ribut

Peristiwa angin ribut pertama yang terjadi adalah ketika Yesus dan murid-murid pergi ke bagian Tenggara Kapernaum (Matius 8:5), yaitu ketika mereka sedang menyeberangi danau Galilea menuju daerah orang Gerasa (Markus 5:1; Lukas 8:26). Yang kedua terjadi pada waktu murid- murid menyeberang ke Barat Laut menuju Genesaret (Matius 14:34; Markus 6:53; Yohanes 6:17) setelah memberi makan 5.000 orang.

Doa dan keadaan murid-murid dalam dua peristiwa itu serupa. "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Pada waktu angin ribut kedua, murid-murid sangat ketakutan. Mereka mengira bahwa mereka melihat hantu sehingga ketakutan. Petrus yang pada saat itu mencoba berjalan di atas air, berdoa, "Tuhan, tolonglah aku!" ketika ia mulai tenggelam. Dalam setiap angin ribut, murid-murid mengira bahwa mereka berada dalam bahaya. Mereka takut mati.

Pelajaran-pelajaran yang dapat kita tarik dari pengalaman-pengalaman ini, terdapat dalam jawaban-jawaban Yesus atas doa-doa dan ketakutan mereka. Pada waktu angin ribut yang pertama, Yesus tertidur. Ketika Yesus bangun, Ia berkata, "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." (Matius 8:26)

Murid-murid berkata, "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Matius 6:27) Perahu itu tidak akan tenggelam apabila Yesus; Pencipta danau, angin, dan gelombang ada di dalamnya. Yesus, Tuhan kita yang Mahakudus, beserta dengan kita dalam seluruh angin ribut kehidupan. Jika kita membiarkan Dia mengendalikan kehidupan kita, maka akan ada ketenangan. Jawaban atas pertanyaan murid-murid ialah bahwa Yesus adalah Allah. Akan tetapi, apakah mereka sungguh-sungguh percaya hal itu? Mungkin untuk lebih meyakinkan mereka, diperlukan suatu angin ribut lagi.

Angin ribut berikutnya terjadi setelah Yesus memberi makan lima ribu orang. Pada waktu itu orang banyak ingin membawa Yesus dengan paksa dan menjadikan Dia raja (Yohanes 6:15). Oleh sebab itu, Ia mendesak murid-murid untuk menyeberangi danau, sementara Ia menyuruh orang banyak itu pulang dan Ia naik ke gunung untuk berdoa. Saat itu adalah saat yang genting. Saat itu belum waktunya Ia menjadi raja: pertama- tama, Ia harus disalibkan untuk menyediakan pengampunan dan keselamatan bagi umat manusia. Ketika murid-murid sedang mendayung perahu mereka dengan sekuat tenaga, Yesus mendoakan mereka. Yesus melihat mereka berada dalam bahaya dan Yesus menghampiri mereka dengan berjalan di atas air. Murid-murid melihat Dia dan menjerit-jerit ketakutan. Yesus menenangkan mereka dengan memperkenalkan diri-Nya, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut" (Markus 6:50). "Aku ini," dapat diterjemahkan: AKU yang kekal; AKU yang agung; AKU TUHAN ALLAH, dan Ia beserta dengan mereka dan kita dalam angin ribut kehidupan.

Pengalaman ini mengajar Petrus dan murid-murid bahwa Yesus mengamati mereka dalam angin ribut itu dan Ia menyertai mereka, meskipun tidak terlihat. Murid-murid menemukan bahwa: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Matius 14:33) Arahkanlah pandangan kita kepada Yesus dalam setiap angin ribut kehidupan karena Ia membawa damai sejahtera dan ketenangan.

Diambil dari:

Judul majalah : Sahabat Gembala No.1 Tahun XXII Januari 1989
Penulis : J. Wesley Brill
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
Halaman : 25 -- 26

Komentar