Jawaban Doa

Oleh: Agatha

Alkitab memberi tahu kita "Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya" (1 Yohanes 5:14). Allah memilih untuk melakukan apa yang Dia kehendaki sebagai jawaban dari doa-doa umat Kristus, saat kita meminta apa yang Dia kehendaki. Ketika saya mengambil keputusan untuk melanjutkan kuliah di bidang farmasi, saya tahu bahwa ke depannya saya beserta keluarga terbebani dengan biaya kuliah. Biaya kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Solo terbilang cukup mahal. Ketika hasil usaha untuk mendaftar di UNS tidak membuahkan hasil, dan usaha untuk masuk ke salah satu universitas swasta di Yogyakarta juga gagal, Tuhan memberikan sebuah jawaban yang tidak sesuai dengan doaku yaitu masuk ke perguruan tinggi swasta di Solo. Saat itu, saya merasakan bahwa hidup saya penuh dengan kekecewaan, impian saya gagal, dan semua doa saya kepada-Nya tidak terjawab. Akan tetapi, saya tetap maju, saya tahu bahwa Tuhan menjawab doa saya dengan cara yang lain.

Satu tahun masa kuliah sudah terlewati meskipun itu merupakan tahun yang berat bagi saya dan keluarga saya. Biaya yang dibutuhkan untuk berkuliah pun tidak sedikit, tetapi Tuhan adalah Bapa yang mengasihi anak-Nya. Kami tak pernah hidup berkekurangan, setiap kebutuhan kami, Tuhan selalu mencukupi. Sebagai seorang mahasiswi, saya tahu bahwa kewajiban saya waktu itu adalah belajar. Saya terus-menerus berfokus pada tujuan saya bahwa saya harus sukses dan menjadi orang yang berguna. Seiring berjalannya waktu, saya justru lebih berfokus pada kepentingan kuliah saya, saya terlalu gila akan prestasi. Saya mulai jarang berdoa. Sampai suatu saat, keuangan keluarga saya sangat menipis karena adik saya mulai memasuki jenjang perkuliahan. Hidup kami penuh pergumulan. Kami mulai memperkuat doa kami setiap hari. Terkadang, sebagai manusia, saya sering kali mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Hingga pada suatu hari, saya mendengar kesaksian teman kuliah saya. Dia menjadi penerima Beasiswa Unggulan, hidup saya pun dikuatkan melalui kesaksian hidupnya yang mengalami persoalan hampir sama seperti saya. Dia memiliki pergumulan dalam hal keuangan, sebab biaya kuliah yang mahal serta dia juga memiliki adik yang duduk dibangku SMK. Saya pun mengunjunginya dan dia menceritakan kisah kesaksiannya kepada saya secara detail.

Berdoa

Singkat cerita, teman saya justru menekankan bahwa selama ini dia selalu mengandalkan doa dalam setiap kehidupannya. Saya mengenal dia selama 4 tahun dan selama saya mengenalnya dia tidak pernah menunjukkan sikap mengeluh atau bersungut-sungut. Dan, ketika pada awal 2018, dia bergumul tentang beasiswa, Tuhan memberinya petunjuk dan menjawab doanya. Hingga pada bulan Maret, dia mengikuti pendaftaran Beasiswa Unggulan, saat itu hanya tersisa 2 minggu menuju penutupan pendaftaran. Secara manusia, hal itu terlihat mustahil, sebab syarat-syarat yang dibutuhkan sangat banyak. Akan tetapi, teman saya tetap berusaha, setiap kali dia melakukan usahanya selalu saja Tuhan ikut campur tangan dalam kelancarannya. Setiap malam, dia selalu menyediakan waktu khusus untuk berdoa kepada Tuhan. Dalam doanya, mengandung suatu komitmen kepada Tuhan apabila dia mendapatkan beasiswa.

Melalui kesaksian teman saya tersebut, saya diteguhkan kembali mengenai kekuatan sebuah doa. Teman saya pun menyarankan saya untuk mendaftar beasiswa. Akhirnya, saya memutuskan untuk mendaftar Beasiswa Unggulan. Dalam hati, saya merasa bahwa saya tidak akan diterima sebagai penerima beasiswa, sebab banyak sekali peminat yang mendaftar beasiswa tersebut. Namun, melalui kesaksian teman, saya dikuatkan jika kita berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati dan sesuai dengan rencana-Nya, maka tidak ada yang mustahil. Bulan Juli 2018, saya memulai segala persiapan yang dibutuhkan, mulai dari berkas persyaratan sampai kepada persiapan rohani. Bulan itu, saya bergumul dalam doa, saya berusaha memperbaiki diri saya. Entah kebetulan atau tidak, saya justru diubahkan dan dibentuk secara perlahan melalui proses magang di Yayasan Lembaga SABDA. Saya semakin tekun berkomunikasi dengan Dia, begitu pula dengan keluarga saya yang sangat mendukung saya dalam doa. Setiap malam sebelum saya tidur, saya selalu menyediakan waktu khusus untuk berdoa. Awalnya, sangat sulit bagi saya untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, seperti ada sesuatu yang menghalangi saya untuk berdoa. Hingga pada suatu malam, saya berencana untuk benar-benar berdoa dan saya ingin menyerahkan segala kehidupan saya kepada Tuhan. Saya mengawalinya dengan sebuah pujian "Roh-Mu Yang Hidup", di situ saya merasakan makna setiap lirik pujian tersebut. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasakan hadirat Tuhan dalam doa saya. Saya menangis penuh penyesalan. Selama ini, saya hidup hanya menuruti pemikiran saya sendiri. Pada malam itu, saya menyampaikan doa saya kepada Tuhan dan saya menyampaikan komitmen saya kepada Tuhan. Apabila Tuhan mengizinkan saya menerima beasiswa, saya akan menggunakan seluruh hidup saya untuk pelayanan. Saya tidak mau lagi hidup seperti "aku" sendiri yang hidup, melainkan Yesus yang hidup di dalam aku. Setiap hari, kami mengadakan ibadah keluarga (saya, adik, mama, dan papa). Kami semakin memiliki hubungan yang erat antara anggota keluarga dan sekaligus kami juga memiliki hubungan intim dengan Tuhan.

Tuhan adalah Bapa yang benar-benar mengasihi anak-Nya. Tuhan memiliki kemampuan unik untuk membawa kekacauan, kekecewaan, dan kesalahan kita, lalu membentuknya menjadi sesuatu yang baik.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Pada tanggal 7 Agustus 2018, ketika saya membuka telepon genggam, tiba-tiba muncul sebuah notifikasi email. Ketika saya membuka email, ternyata ada email dari pihak Beasiswa Unggulan bahwa saya dinyatakan lulus seleksi tahap 1 sebagai calon penerima program Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018 Batch 2. Pada hari itu, saya menangis. Saya menganggap bahwa hari itu saya bermimpi, tetapi tidak. Tuhan adalah Bapa yang benar-benar mengasihi anak-Nya. Tuhan memiliki kemampuan unik untuk membawa kekacauan, kekecewaan, dan kesalahan kita, lalu membentuknya menjadi sesuatu yang baik. Tuhan mendengar doa saya dan keluarga saya. Dia menjawab doa saya tepat pada waktu-Nya. Saya merasakan bulan itu penuh dengan karya Tuhan dalam kehidupan saya. Saya bisa magang di SABDA dan bertumbuh dalam iman kepada Tuhan. Saya bisa lebih erat dalam berhubungan dengan-Nya melalui doa. Saya dan keluarga bisa merasakan hubungan yang lebih dekat dari sebelumnya, dan kami memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan melalui ibadah kami. Saya adalah orang biasa dan memiliki banyak kelemahan. Saya pernah memiliki hidup penuh kekecewaan, tetapi saya ingin mendorong kepada setiap umat Tuhan bahwa ketika kita mencapai titik kekecewaan, kita berada pada posisi yang sempurna untuk menerima sebuah keajaiban karena Tuhan dapat memunculkan kebaikan-Nya dari masa sulit melalui jawaban doa kita.

Komentar