Melawan "Kegalauan" Bersama dalam Doa Syafaat

Oleh: Markus

Syalom, saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus. Berjumpa lagi kembali di Blog Doa yang senantiasa menghadirkan ulasan-ulasan menarik seputar kehidupan berdoa orang percaya.

Pada edisi ini saya akan membagikan kegalauan yang pernah dialami sebelum dan keceriaan yang diterima setelah berdoa bersyafaat. Pada waktu itu, saya merupakan mahasiswa di salah satu kampus di Yogyakarta. Sebelumnya, dalam kehidupan doa pribadi, saya belum pernah mengenal, melihat, mendengar, bahkan terlibat dalam doa khusus yang dinamakan doa syafaat.

Awal-awal memasuki kehidupan akademika, setiap mahasiswa-mahasiswi di jurusan yang sama dengan saya diwajibkan untuk mengikuti doa pagi. Doa pagi dimulai pada pukul 07.00 WIB. Pada saat itu, kala jam seperti demikian merupakan jam yang sulit untuk dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswi karena kegiatan belajar-mengajar dimulai pukul 08.00 WIB. Kontan saja saya merasa terbebani untuk hadir jam 07.00 WIB. Suatu hal yang sulit untuk bisa mendisiplinkan diri bangun sebelum jam 07.00 WIB serta hadir tepat waktu.

Dalam proses pendisiplinan waktu, saya lega karena kemudian saya mampu mengatasi kendala tersebut. Namun, saya menemui pengalaman yang baru pada saat pertama kali mengikuti doa pagi, yaitu untuk berdoa syafaat! Apa itu doa syafaat? Pertanyaan demikian terjawab ketika saya sudah memasuki sesi doa syafaat. Ternyata setiap mahasiswa-mahasiswi (beserta dosen) mengungkapkan dengan spontan "kegalauan" yang dihadapi. Kemudian, setelah pemimpin doa pagi merasa sudah cukup waktunya sharing, semua bersuara untuk berdoa. Terkadang ditunjuk tiap-tiap mahasiswa-mahasiswi untuk mendoakan "kegalauan" temannya.

Suatu pengalaman yang sederhana tetapi mengandung banyak makna bagi diri pribadi. Hal ini karena saya belum pernah memiliki suatu sesi untuk mengungkapkan "kegalauan" dengan tujuan didoakan orang lain. Namun, tunggu dahulu, tulisan ini tidak lengkap tanpa saya berkata kalau dia pernah minta didoakan. Ya, tentu saja, saya pernah meminta didoakan untuk menghadapi kesulitan belajar menjelang ujian akhir semester. Pada awalnya saya belum berani minta didoakan tetapi rasa hati tergugah.

"Mereka semua dengan sehati bertekun dalam doa bersama dengan para wanita dan Maria, ibu Yesus, serta saudara-saudara-Nya" (Kis. 1:1-14, AYT). Itulah yang saya rasakan. Memang benar doa syafaat tersebut terjawab karena dimudahkan dalam belajar. Begitu pula dengan teman-teman lainnya. Kami merasakan kasih-Nya sungguh nyata serta dinyatakan dalam persekutuan doa syafaat. Ada yang dilancarkan untuk pindah kos, bayar uang kuliah, kesehatan orangtua dan sebagainya.

Sungguh benarlah apa yang tertulis dalam Surat Paulus kepada jemaat di Filipi: "Janganlah khawatir tentang apa pun juga. Namun, dalam segala sesuatu nyatakan keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan serta ucapan syukur" (Flp. 4:6 AYT). Syukur kami kepada Allah melalui Yesus Kristus karena dapat melawan "kegalauan" lewat doa syafaat.

Bermimpi, beriman, berdoa, bekerja dan berbagi. Amin

Komentar