Menanti Sampai Jiwa Kita Matang

Pandanglah ke atas dan lihatlah Allah yang besar di atas takhta. Dia adalah Kasih. Tiada henti dan tak terkatakan betapa Dia ingin menyatakan kebaikan dan berkat-Nya bagi semua ciptaan-Nya. Dia rindu dan selalu senang memberkati. Dia memunyai tujuan-tujuan yang mulia bagi setiap anak-Nya, yaitu untuk menyatakan kasih dan kuasa-Nya di dalam mereka, melalui kuasa Roh Kudus. Dia menunggu dengan kerinduan hati seorang Bapa. Dia menanti-nanti, agar dapat menunjukkan kemurahan hati-Nya kepada Anda.

Setiap kali Anda datang untuk menanti-nantikan Dia, atau berusaha membangun kebiasaan untuk menanti-nantikan Allah dalam hidup sehari-hari, Anda dapat memandang ke atas dan melihat bahwa Dia siap berjumpa dengan Anda, sedang menunggu saat untuk menyatakan kemurahan hati kepada Anda. Ya, setiap saat yang Anda lalui dalam belajar untuk menanti-nantikan Allah, pandanglah dengan mata iman bahwa Allah juga sedang menanti Anda.

Jika Anda bertanya, "Bagaimana mungkin? Jika Dia menanti untuk menunjukkan kemurahan-Nya, mengapa saat aku sudah menghampiri dan menantikan Dia, Dia tidak memberikan pertolongan yang saya perlukan, malah mengulur-ulur waktu lebih lama lagi?" Maka jawabannya adalah bahwa Tuhan itu seperti petani bijak yang "menantikan hasil yang berharga dari tanahnya, dan menanti dengan sabar". (Yakobus 5:7) Dia tidak bisa menuai buah sebelum matang. Dia tahu kapan kita siap secara rohani, untuk menerima berkat yang menguntungkan kita dan memuliakan Dia. Menanti dalam sinar kasih-Nya, akan mematangkan jiwa kita dalam menerima berkat-Nya.

Diambil dari:

Judul asli buku : Quiet Times With Andrew Murray
Judul buku terjemahan : Waktu Teduh Bersama Andrew Murray
Penulis : Andrew Murray
Penerjemah : Leonard C. Epafras
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2004
Halaman : 10

Komentar