Menghidupi Doa Yesus untuk Mengampuni

Lukas 23:34: Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Adakah hal lain yang lebih mengejutkan dan juga lebih indah daripada doa ini?

Setelah dicambuk, dipukuli, dimahkotai duri, berulang kali diejek, diludahi, dicemooh, dan ditusuk dengan paku menembus pergelangan tangan dan pergelangan kaki, sambil perlahan-lahan tercekik saat Dia tergantung di kayu salib, dan saat Dia mengalami mimpi buruk tentang beratnya dosa dunia yang ditanggungkan kepada-Nya, Yesus mengasumsikan orang-orang yang menyiksa-Nya tidak menyadari dan karenanya berdoa untuk pengampunan mereka! Ketika saya ingat bahwa Dia yang sedang berdoa ini juga adalah Sang Pencipta alam semesta, saya sampai pada kesimpulan bahwa ini adalah doa yang paling mengejutkan namun juga merupakan satu kalimat yang paling indah yang pernah diucapkan di dalam sejarah. Dan hal itu menunjukkan sebuah gambaran tentang Allah yang paling indah di dalam sejarah.

Jika kita membiarkan keindahan doa ini diarahkan kepada kita (karena dosa kita juga menempatkan Kristus di kayu salib) itu memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan mengubah kita sepenuhnya. Tetapi itu juga memberi kita tantangan yang menggetarkan hati – tantangan yang hanya bisa dipenuhi ketika kita diubah oleh keindahan kasih karunia Allah.

Kita berulang kali diperintahkan dalam Alkitab untuk mengikuti teladan Yesus dalam segala hal (misalnya Yoh 13:35, Ef 5:1-2, 1 Tim 1:16; 1 Ptr. 2:21, lih 1 Kor 11:1). Kita diperintahkan untuk "memiliki pikiran yang sama dengan Kristus Yesus" (Flp 2:5, lih. 1 Kor 2:16). Ini berarti bahwa sikap Yesus yang ditunjukkan terhadap musuh-musuh-Nya (termasuk kita) adalah sikap yang harus kita miliki terhadap musuh-musuh kita, serta semua orang lain. Seberapa keji atau mengancamnya perilaku seseorang, kita harus menganggap bahwa "mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan." Dan, karena itu kita berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan bagi mereka.

Tidak ada yang lebih bertentangan dengan sikap alami dalam kondisi kejatuhan kita selain dari sikap Yesus yang tercermin dalam doa-Nya. (Ini, tidak diragukan lagi, adalah salah satu alasan Tuhan memberi kita contoh tentang hal ini). Di dalam keberadaan kita yang jatuh dalam dosa, kita paling alami meniru dosa asal yang meresap di dalam diri umat manusia yang memberontak. Kita "makan pengetahuan dari pohon baik dan jahat," yang berarti, kita menempatkan diri dalam posisi menghakimi orang.

Dalam kejatuhan kita di dalam dosa, keadaan pemberontakan kita, kita tidak secara naluriah menganggap orang lain tidak tahu, terutama jika mereka merugikan kita. Sebaliknya, kita biasanya menyalahkan mereka sepenuhnya dan menghakimi mereka sesuai dengan itu. Selain itu, bukannya memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka, kita lebih cenderung untuk merasa benar ketika kita memohon kepada Tuhan supaya dilakukan pembalasan terhadap mereka. Tanggapan "alami " kita yang sudah tercemar dosa kepada musuh kita sama sekali tidak mencerminkan sikap Allah terhadap kita, sebagaimana ditunjukkan dalam doa Yesus di kayu salib.

Saya mendorong kita semua berusaha untuk menumbuhkan pikiran Kristus, terutama dalam wilayah yang mengasumsikan bahwa orang lain tidak tahu dan karenanya berdoa memohon pengampunan bagi mereka. Tentu saja terdapat kejadian khusus dan hubungan yang tepat dan penuh kasih untuk menilai tanggung jawab orang lain (meskipun tidak pernah tepat untuk membuat penilaian negatif tentang nilai yang terkandung dalam diri orang lain). Ketika menjabat sebagai anggota juri dalam pengadilan (sistem pengadilan di Amerika menggunakan beberapa orang juri untuk membantu hakim dalam menjatuhkan keputusan kepada terdakwa -red.), misalnya, atau ketika mengasuh anak, kita perlu mencoba untuk secara akurat menilai sejauh mana orang lain tahu apa yang mereka lakukan. Tetapi, dalam semua keadaan lain, dan dalam kaitannya dengan semua orang lain, kita diperintahkan untuk meneladani Yesus, termasuk sikap yang dicerminkan terhadap musuh-musuh-Nya di kayu salib.

Seberapa keji perilaku seseorang, dan betapapun mengancamnya perilaku seseorang, kita harus menahan diri dari penghakiman, menganggap mereka tidak tahu dan berharap serta memohon pengampunan atas mereka.

Ini mungkin adalah tindakan pemuridan yang paling sulit yang pernah bisa kita lakukan. Namun, ini adalah kunci untuk membuka keindahan Kerajaan (Allah) dalam hidup kita. Meskipun selalu memberikan ilusi pemberdayaan yang berasal dari si jahat, faktanya adalah tidak ada yang lebih meniadakan-hidup daripada impuls kita untuk menghakimi. Sebagaimana oleh kasih karunia Allah kita belajar untuk menahan diri dari penghakiman dan sebaliknya berharap dan percaya akan yang terbaik dalam diri orang lain (I Kor. 13:7) sembari berdoa untuk pengampunan atas mereka, kasih Kristus dilepaskan di dalam hati kita. Keindahan doa Yesus kemudian mulai menjadi kenyataan yang indah dalam hidup kita. Kita mengalami kedalaman sukacita serta kebebasan, yang tidak akan kita alami jika kita melakukan hal yang sebaliknya.

Saya mendorong kita untuk menumbuhkan sikap indah Kristus di kayu salib yang mengejutkan. Marilah kita berusaha untuk mengikuti teladan yang indah dari Yesus untuk mengampuni mereka yang melukai kita dan orang-orang yang kita sayangi, serta berdoa:

"Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
(t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Nama situs : Reknew
Alamat URL : http://reknew.org/2008/01/living-jesus-prayer-for-forgiveness/
Judul asli artikel : Living Jesus’ Prayer for Forgiveness
Penulis artikel : Greg Boyd
Tanggal akses : 8 Oktober 2013

Komentar