Salah Berdoa

Oleh: Iwan

Saya teringat ketika saya masih kecil, kurang lebih ketika saya masih sekolah di taman kanak-kanak. Saya mulai dikenalkan dan mulai diajari untuk berdoa. Mulai dari orang tua saya yang selalu mengingatkan untuk berdoa saat berada di meja makan, sebelum makanan disantap. Mereka selalu mengingatkan saya untuk bersyukur kepada Tuhan karena masih ada makanan untuk dimakan, serta mengingatkan saya untuk mendoakan mereka yang masih kesulitan untuk mendapat makanan. Hal yang lain yang juga masih sangat kuat ada di memori saya sampai saat ini adalah ketika di kelas taman kanak-kanak dan sekolah minggu, saya diajari untuk berdoa yang diawali dengan pujian "Satu lipat tangan, dua tunduk kepala, tiga tutup mata, ... mari kita berdoa". Itulah yang diajarkan ketika saya masih kanak-kanak. Itu pendidikan Kristen tentang doa yang dilakukan di keluarga, gereja, dan sekolah kepada anak usia 5 tahun. Saat itu, iman saya belum tumbuh dan saya belum begitu mengenal kepada siapa saya berdoa dan apa arti doa itu sebenarnya, karena memang itulah iman anak-anak dan dimensi pemikiran anak-anak.

Doa yang saya lakukan pada saat itu adalah doa yang bersifat order atau permintan. Misalnya, "Tuhan berkati aku pada hari ini dengan kesehatan. Tuhan aku ingin nilaiku baik, sertai ulanganku agar nilaiku baik sehingga aku tidak dimarahin mama". Itulah doa yang dilakukan oleh anak-anak, belum lagi jika ada doa yang lebih aneh dan lugu, misalnya: Tuhan aku ingin jadi "Power Ranger". Sejenak saya menertawakan diri saya sendiri, saat teringat masa itu. Tetapi, itulah iman anak dan doa anak yang lugu, doa seorang yang belum memiliki kedewasaan iman dan mengenal Allah dengan benar.

Pertambahan usia ternyata tidak menjamin bertumbuhnya kedewasaan iman dan kualitas doa saya. Saya masih saja melakukan doa yang banyak berisi daftar permintaan saya. Saya berpikir bahwa ketika segalanya tidak bisa saya lakukan dan tidak sesuai dengan yang saya harapkan, maka saya akan meminta kepada Tuhan agar apa yang saya inginkan dapat menjadi kenyataan. Saya memang bertumbuh dewasa dengan keinginan yang semakin banyak, tetapi dengan kualitas kedewasaan iman minim dalam berdoa. Akan tetapi, semakin saya memaksakan kehendak dalam doa, saya semakin terpuruk dan terjerat dengan keinginan saya tersebut. Sebaliknya, bukan ucapan syukur yang keluar dari bibir saya, tetapi hujatan kepada Tuhan. Pada akhirnya, doa saya membuat saya tidak memuliakan Tuhan.

Keterpurukan saya terus berjalan hingga saya mendengar suatu kebenaran firman Tuhan: "Atau, kamu meminta, tetapi tidak mendapat karena kamu meminta dengan alasan yang salah, yaitu untuk memuaskan hawa nafsumu" (Yakobus 4:3). Saya juga ditegur oleh ajaran Tuhan Yesus Kristus tentang doa, Tuhan Yesus memerintahkan agar kita tidak berdoa dengan bertele-tele dengan kata-kata yang panjang. Selama ini saya melakukan doa yang salah. Saya tidak memedulikan perasaan Tuhan ketika saya berdoa. Saya berdoa dengan tujuan untuk memenuhi keinginan saya secara pribadi. Saya berdoa dengan egois. Semakin saya berdoa memaksakan kehendak dan mengedepankan hawa nafsu, saya tidak akan menerima apapun. Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada para rasul suatu doa yang biasa kita kenal dengan "Doa Bapa Kami". Tuhan Yesus mengajarkan bahwa doa adalah sebuah hubungan antara kita dengan Bapa. Saya pada akhirnya menyadari bahwa doa adalah sebuah hubungan antara saya dengan Allah. Hubungan antara anak dengan Bapa yang tidak hanya terbatas permintaan. Akan tetapi merupakan sebuah hubungan yang tulus dengan segenap kehidupan antara kita sebagai anak dan Allah sebagai Bapa kita.

Pelajaran berharga bagi saya yang bisa saya bagikan adalah doa merupakan komunikasi kita dengan Allah. Komunikasi berarti doa tidak hanya satu arah, melainkan dua arah antara kita dengan Allah. Sehingga di dalam doa, kita mulai mengerti bahwa tidak hanya berbicara dan meminta, tetapi kita juga harus mendengar apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita yang Dia sedang kerjakan melalui kebenaran firman Tuhan dan setiap proses yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita. Doa orang percaya adalah doa dua arah, karena kita berdoa kepada Tuhan yang hidup dan mampu menjawab seruan doa kita. Kita sedang berkomunikasi dengan Allah yang mengerti kehidupan kita secara detail. Bukan hanya itu saja, Dia juga adalah Allah yang penuh kuasa. Dengan menyadari hal ini maka kita tidak akan menjadikan doa sebagai sebuah rutinitas, tapi menjadi sebuah nilai spiritualitas dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sangat penting untuk bertumbuh tidak hanya di dalam doa tetapi juga dalam mengenal Tuhan melalui Alkitab dengan metode yang benar. Sehingga doa kita menjadi berkualitas dan kita dapat mengenal Tuhan dengan benar. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang keluar dari mulut kita adalah doa yang penuh dengan ucapan syukur dan memuliakan Allah.

Komentar