Secerah Cahaya Natal

Natal, Natal, dan Natal. Istilah Natal bukan istilah yang asing bagi dunia kekristenan. Istilah Natal begitu populer, hangat, dan istimewa untuk diperdengarkan, bahkan didengungkan oleh gereja-gereja Tuhan pada masa kini setiap memasuki bulan Desember. Setiap elemen yang terlibat di dalam gereja begitu sibuk mempersiapkan perayaan untuk menyambut Natal, baik itu pendeta, penginjil, majelis, aktivis, dan bahkan jemaat biasa. Mereka semua terlibat dalam persiapan demi kemeriahan dan keceriaan menyambut perayaan Natal.

Sebenarnya, apakah arti dan makna terpenting dalam setiap perayaan Natal yang setiap tahun kita rayakan? Banyak umat Kristen membenarkan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada tanggal 25 Desember. Hal ini bukan hanya dipercaya di Indonesia, tetapi juga sudah menjadi kesepakatan bersama gereja-gereja Tuhan di seluruh dunia. Yang menjadi pertanyaan kita adalah: benarkah Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember?

Kalau kita mau jujur -- melihat bagaimana sejarah dogmatika Kristen menjelaskan waktu kelahiran Yesus Kristus -- sebenarnya peristiwa tersebut masih dalam perdebatan. Di kalangan para ahli pemikir pun tidak ada kesepahaman dalam penetapan kapan sebenarnya Yesus lahir. Hal ini disebabkan karena tidak adanya dukungan yang kuat dari Alkitab tentang penjelasan kapan sebenarnya Tuhan Yesus dilahirkan, baik yang ditulis oleh para murid atau penulis Alkitab lainnya. Oleh sebab itu, penulis membenarkan pendapat yang mengatakan bahwa perayaan Natal yang dirayakan oleh gereja-gereja Tuhan pada masa kini adalah hal yang agaknya merupakan kasus kontroversial. Seharusnya gereja Tuhan memberikan perhatian yang lebih serius kepada perayaan Paskah seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus di 1 Korintus 15:3-4.

Ada banyak teori yang berkembang yang menjelaskan tentang kapan kemungkinan Yesus dilahirkan di dunia.

  1. Ada teori yang mengatakan bahwa Yesus Kristus dilahirkan pada tanggal sekitar 19 -- 20 April. Ini berdasarkan kalender Julian, yaitu tanggal 24 -- 25 Pharmuthi.

  2. Kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 20 atau 25 Mei tahun 3 SM, berdasarkan penghitungan hari ke-25 Pachon pada masa pemerintahan Kaisar Agustus tahun 31 SM sampai tahun 14 M.

  3. Rasid Rachman dalam bukunya "Hari Raya Liturgi", mematok tanggal Natal berdasarkan 14 Nisan (Pasca Computus, perhitungan berangkat dari tanggal Paskah) kalender Julian, yang juga terlihat di suratan Cyprianus (200 -- 258) atau Pseudo Cyprianus pada tahun 243. Tanggal kelahiran Yesus dihitung berdasarkan kisah penciptaan, Abraham, kisah keluarnya umat Israel dari Mesir, dan dihubungkan dengan Paskah, dan mengaitkannya dengan angka-angka simbolis. Kisah penciptaan langit dan bumi pada hari pertama (Kejadian 1:1) -- menurut tradisi barat waktu itu jatuh pada musim semi saat Equinox, yakni 25 Maret. Yesus lahir bertepatan pada saat penciptaan matahari, sebab Ia adalah Surya Sejati (bnd. "surya kebenaran"), yaitu pada hari keempat (Kejadian 1:14-19), yakni Rabu, 28 Maret.

  4. Munculnya perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah ide yang agaknya sinkretistik, karena pada tanggal tersebut orang-orang Roma menyembah kepada Dewa Surya yang disebut dengan gelar "Sang Surya Tak Terkalahkan" (Dies Natalis Solis Inpikti). Gereja-gereja di Roma, pada tahun 336 Masehi, mengganti hari perayaan tersebut dengan hari kelahiran Kristus (Natus Kristus In Bethlehem Judee). Hal ini didasarkan pada pernyataan Alkitab di dalam Maleakhi 4:2 di mana Yesus dinubuatkan sebagai Surya Kebenaran. Lepas dari berbagai perdebatan tentang penafsiran kapan sebenarnya Yesus dilahirkan, mari melihat esensi berita yang disampaikan dalam perayaan Natal. Yang terpenting di dalam memahami makna Natal adalah bahwa Yesus Kristus telah dilahirkan di dalam dunia dan menjadi bagian dari sejarah umat manusia.

Ada beberapa makna penting dalam berita kelahiran Yesus Kristus.

  1. Berita Sukacita

    Bangsa Israel, pada saat Yesus dilahirkan, berada di bawah kekuasaan Romawi. Mereka tidak saja tertindas secara fisik, tetapi juga di dalam status sosial asasi dan kemerdekaan, bahkan kebebasan beragama mereka pun tertindas. Ditambah karena perlawanan dan pemberontakan mereka terhadap Allah sehingga pada masa antara Perjanjian Lama dan Baru, yang disebut sebagai masa intertestamental yang berlangsung 400 tahun, Allah tidak mengutus seorang nabi dan rasul di tengah-tengah bangsa Israel. Hal ini lebih memperparah kondisi mereka. Yesus Kristus lahir di Bethlehem sebagai pemenuhan nubuat janji tentang Mesias yang dijanjikan untuk membawa sukacita yang besar dan pelepasan. Kehadiran Yesus memberikan pengharapan baru agar umat-Nya yang terbelenggu dapat dibebaskan dan memperoleh kemerdekaannya kembali, sehingga mereka dapat hidup dengan damai, sukacita, dan bahagia.

  2. Providensi Allah

    Providensi Allah atau pemeliharaan Allah sungguh nyata dalam proses inkarnasi Kristus yang menjelma menjadi manusia. Manusia begitu lemah, terbatas, dan tidak berdaya untuk memulihkan hubungannya dengan Allah. Maka Allah mengambil inisiatif mengutus Anak Tunggal-Nya datang ke dalam dunia untuk menjadi perantara atau mediator untuk memulihkan hubungan yang telah rusak tersebut. Tindakan Allah yang telah mengutus Yesus merupakan bukti kasih Allah yang besar di mana Allah menyediakan sarana-sarana agar umat-Nya dapat kembali kepada-Nya. Mengapa Sang Mediator adalah seorang manusia, bukan malaikat? Cara ini dipergunakan untuk memudahkan manusia memahami karya Allah.

  3. Mukjizat

    Kelahiran Yesus Kristus tidaklah sama dengan kelahiran kebanyakan manusia. Yesus dilahirkan bukan dari hasil hubungan biologis, tetapi Roh Kuduslah yang menyebabkan Maria mengandung dan melahirkan. Ini adalah suatu peristiwa mukjizat atau supernatural, di mana kita melihat Allah bertindak di atas batas-batas rasio manusia.

  4. Penyertaan Allah

    Peristiwa kelahiran Yesus sangat berhubungan erat dengan nama yang diemban Yesus sebagai "Imanuel", yang berarti Allah menyertai. Tindakan ini adalah tindakan aktif Allah untuk mau peduli terhadap keadaan, keberadaan, penderitaan manusia. Pada saat ini, Anda mungkin menghadapi berbagai dilema di dalam kehidupan, kegelisahan, kejenuhan, dan bahkan keputusasaan, tidak peduli apakah Anda seorang pendeta, penginjil, majelis, aktivis gereja, atau anggota jemaat biasa. Ingatlah bahwa pada saat kita merenungkan Natal pada tahun ini, ambillah tekad untuk hidup di dalam sukacita, kedamaian, dan kebahagiaan dengan menerima Yesus, karena Yesus adalah terang yang dapat menyinari jalan kehidupan kita (Maleakhi 4:2).

Tindakan Allah tidak dapat dibatasi oleh rasio manusia. Allah dapat melakukan sesuatu yang supernatural. Bukti kelahiran Yesus Kristus seharusnya memberikan inspirasi bagi pemahaman kita atas karya Allah, bahwa Allah yang kita kenal di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang mau memedulikan kita. Ia memerhatikan bukan hanya hal-hal kecil dalam kehidupan kita, Ia bahkan menjaga dan memelihara kita sehingga kita dapat merasakan kehadiran Allah yang membawa damai, sukacita, dan kebahagiaan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama majalah : Cahaya Buana, Edisi 92/2002
Penulis : Aya Susanti, S.Th.
Penerbit : Komisi Literatur GKT III, Malang
Halaman : 13 -- 15 dan 34

e-JEMMi 47/2009



Dipublikasikan di: http://misi.sabda.org/secerah_cahaya_natal

Komentar