Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
PANTHAY DI MYANMAR
Di ibu kota kerajaan Burma kuno, Mandalay, di samping istana, pagoda emas, dan biara Buddha, ada pemandangan tak terduga: sebuah masjid bergaya Cina. Dibangun pada tahun 1868 oleh kaum muslim Hui dari provinsi tetangga, Cina Yunnan. Hui, yang disebut "Panthay" dalam bahasa Burma, datang ke tempat yang sekarang disebut Myanmar (sebelumnya dikenal sebagai Burma) sebagai pedagang, menetap secara permanen dan diizinkan untuk membangun masjid. Ribuan orang Panthay kemudian melarikan diri dari konflik kekerasan di Yunnan ke Burma.
Saat ini, diperkirakan 30.000 hingga 50.000 orang Panthay tinggal di Myanmar Utara. Ma Pyu adalah salah satunya: seorang wanita muda berpendidikan yang mempraktikkan ajaran Islam moderat dan masih lajang. Menurut tradisi, orang tuanya mencari suami yang cocok untuknya, tetapi tidak dapat menemukannya dalam komunitas kecil Panthay, yang sesuai dengan usia, pendidikan, dan status sosial mereka. Karena Panthay berakar kuat dalam budaya dan bahasa Tionghoa mereka, ayah Ma Pyu akan memilih seorang penganut Buddha Tionghoa daripada seorang muslim dari budaya lain.
Dibandingkan dengan Rohingya atau komunitas muslim lainnya di daerah itu, Panthay menghadapi lebih sedikit diskriminasi dari mayoritas orang Burma. Sejauh ini, tidak ada upaya yang diketahui untuk menjangkau mereka dengan Injil. Kudeta militer pada Februari 2021 dan pembatasan Covid-19 membuat akses ke Myanmar semakin sulit.
POKOK DOA:
BONUS:
Renungan Visual "40 Hari Bersama Isa"
Hari 36 - "Crucified": https://www.jesusfilm.org/watch/40-days-with-jesus.html/day-36-crucified/indonesian-isa.html
Kontak: doa(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: https://sabda.org/publikasi/40hari
(c) 2022 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"