Apa, Bagaimana, dan Mengapa Kita Berdoa bagi Bangsa Kita?

Sebagai murid-murid Yesus, haruskah kita secara teratur berdoa bagi bangsa kita? Dalam 1 Timotius 2:1-4, Rasul Paulus menganjurkan doa bersama di gereja bagi para pemimpin negara. Ia menggambarkan hal ini sebagai praktik yang "baik dan berkenan kepada Allah." Ia mendorong kita untuk berdoa "bagi raja-raja dan semua orang yang duduk di pemerintahan" sebagai cara untuk mencari kedamaian bagi semua orang dan berjalan dalam kekudusan di hadapan Allah. Selain itu, Paulus mengingatkan kita bahwa Yesus "telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang," sehingga meskipun kita harus berdoa bagi bangsa kita, bangsa kita bukanlah satu-satunya bangsa yang harus kita pedulikan atau doakan.

Gambar:gambar

Dari perikop yang menarik dalam 1 Timotius ini, kita belajar beberapa wawasan yang kaya tentang bagaimana mendoakan bangsa yang menjadi bagian dari kita. Berikut ini adalah apa, bagaimana, dan mengapa kita dapat berdoa untuk bangsa kita dari 1 Timotius 2:1-4:

"Pertama-tama, aku menasihatkan kamu untuk menaikkan permohonan, doa, doa syafaat, dan ucapan syukur bagi semua orang, bagi raja-raja, dan semua orang yang duduk di pemerintahan supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai dalam segala kesalehan dan kehormatan. Hal ini baik dan berkenan di hadapan Allah, Juru Selamat kita, yang menghendaki semua orang diselamatkan dan sampai kepada pengetahuan akan kebenaran."

Apa yang Harus Didoakan bagi Bangsa Kita?

"Semua orang." Sebelum bertanya hal yang dapat kita pelajari dari ayat ini tentang berdoa bagi bangsa mana pun yang kita tinggali, mari kita berhenti sejenak. Perikop ini melebar cukup jauh, jauh melewati batas-batas satu bangsa. Dalam versi AYT dari 1 Timotius 2:1-4, Paulus menggunakan frasa "semua orang" sebanyak tiga kali:

"Karena itu, pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa, doa syafaat dan ucapan syukur bagi semua orang." (2:1)

"Allah, Juru Selamat kita... menghendaki semua orang diselamatkan." (2:3b-4a)

"Kristus Yesus ... telah memberikan diri-Nya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang." (2:5b-6a)

Meskipun demikian, Paulus juga mendorong kita dalam ayat ini untuk berdoa secara khusus "bagi raja-raja dan semua orang yang duduk di pemerintahan, supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai." Implikasi dari kata-kata seperti "raja-raja" dan "kita" adalah bahwa kita berdoa bagi para pemimpin politik dalam konteks kita. Ini termasuk pejabat publik, bahkan hingga pemimpin tertinggi di negara kita ("raja-raja").

"Implikasi dari kata-kata seperti 'raja-raja' dan 'kita' adalah bahwa kita berdoa bagi para pemimpin politik dalam konteks kita."

Dan, Paulus juga tampaknya mendorong doa-doa di seluruh gereja. Paulus menulis surat ini kepada Timotius, penginjil jemaat di Efesus, dan ia menulis surat ini untuk memberikan petunjuk kepadanya tentang "bagaimana orang harus hidup sebagai anggota rumah tangga Allah, yaitu jemaat Allah yang hidup" (3:15). Dalam pasal 2, Paulus melanjutkan tema doa, dengan memberikan rincian lebih lanjut bahwa berdoa dalam pertemuan umum harus dilakukan ("mengangkat tangannya yang kudus tanpa kemarahan dan pertengkaran," 2:8).

Jadi, dalam hal doa bagi para pemimpin bangsa, apa yang harus kita doakan? Paulus menggunakan empat kata untuk menjelaskan jenis-jenis doa yang harus kita panjatkan. Meskipun tiga kata pertama dapat berfungsi secara sinonim, tampaknya ada beberapa nuansa yang berbeda dalam keempat kata tersebut:

* Permohonan (Yunani: deesis) – meminta sesuatu secara khusus

* Doa (Gk. proseuche) – kata-kata umum untuk berdoa

* Doa Syafaat (Gk. enteuxis) – membawa permohonan bagi orang lain

* Ucapan Syukur (Gk. eucharistia) – mengungkapkan rasa syukur

"Itu adalah deskripsi yang cukup hidup untuk jenis-jenis doa yang, jika kita melakukannya, kadang-kadang dapat terasa basi dan diwajibkan."

Itu adalah deskripsi yang cukup bersemangat untuk jenis-jenis doa yang, jika kita melakukannya, kadang-kadang bisa terasa basi dan diwajibkan. "Kami berdoa bagi para pemimpin kami agar Engkau memberi mereka kebijaksanaan" bukanlah doa yang buruk. Namun, empat kata yang bernuansa seperti yang Paulus berikan seharusnya mendorong kita untuk berdoa dengan penuh kreativitas. Permintaan yang spesifik. Nama-nama yang spesifik. Dan, jangan lewatkan sikap yang sangat khas dalam mengajukan permintaan-permintaan ini: kita berdoa dengan ucapan syukur (lebih lanjut mengenai hal ini di bawah). Gambar Paulus tentang doa-doa kita bagi para pemimpin kita digambarkan dengan penuh warna dan detail yang kaya.

Jadi, untuk menjawab pertanyaan pertama kita—apa yang harus didoakan bagi bangsa kita—berikut adalah ringkasan yang bermanfaat:

Hal yang harus didoakan bagi bangsa kita: Kita mengajukan permintaan-permintaan khusus kepada Allah atas nama orang-orang tertentu.

Cara Mendoakan Bangsa Kita

Jadi, bagaimana kita berdoa bagi bangsa kita? Berikut ini beberapa hal yang dapat kita ambil dari 1 Timotius 2:1-4 tentang cara kita mendoakan para pemimpin bangsa kita:

Kita berdoa secara luas

Inilah frasa "semua" yang sering kita lupakan: kita harus berdoa untuk "semua orang yang duduk di pemerintahan" (2:2). Akan selalu ada pejabat publik yang sulit kita sukai. Mungkin kita merasa mereka melakukan pekerjaan yang buruk. Mungkin kita merasa mereka menentang iman kita. Apakah kita harus berdoa bagi mereka? Berdoa agar mereka digulingkan, tentu saja. Namun, apakah kita benar-benar berdoa bagi mereka?

Sungguh, ini tidak ada bedanya dengan sesuatu yang diajarkan oleh Perjanjian Baru kepada kita berulang kali: Bukan tugas kita untuk memilih orang mana yang layak untuk kita kasihi. Kita harus menjadi seperti Bapa kita di surga, "yang menerbitkan matahari-Nya bagi yang jahat dan yang baik, dan menurunkan hujan bagi yang benar dan yang tidak benar" (Matius 5:45b, AYT), dan hal ini juga berlaku dalam doa-doa kita. Terhadap kecenderungan kita untuk memihak dalam doa-doa kita, Paulus dengan tegas mengatakan "semua... semua... semua."

Kita berdoa dengan penuh syukur

Yang satu ini sangat menarik. Menyuruh kita untuk berdoa "mengucap syukur ... bagi raja-raja dan semua orang yang duduk di pemerintahan" terasa aneh mengingat Paulus sendiri terus-menerus dianiaya oleh "raja-raja dan semua orang yang duduk di pemerintahan." Berikut ini beberapa hal yang sangat buruk terjadi kepada Paulus karena orang-orang yang berkuasa (lihat 2 Korintus 11:23-29 untuk daftar lengkapnya):

* Dipenjara beberapa kali

* 39 kali cambukan (5x)

* Dipukuli dengan tongkat (3x)

* Ditenggelamkan ke dalam laut (3x)

* Dilempari dengan batu

Pertobatan pertama seorang kaisar Romawi menjadi Kristen masih ratusan tahun di masa berikutnya. Paulus mengatakan kepada minoritas yang teraniaya untuk berdoa mengucap syukur dengan konteks hidup di bawah pemimpin yang kejam. Menakjubkan.

"Paulus sedang menyuruh kaum minoritas yang teraniaya untuk menaikkan doa ucapan syukur dengan konteks hidup di bawah para pemimpin yang kejam."

Kita berdoa dengan penuh damai sejahtera

Jemaat di Efesus yang dituju oleh Paulus dalam suratnya ini mengetahui rasanya menjadi sasaran intoleransi dan peperangan. Ketika dampak Injil mulai memukul pendapatan para pembuat berhala, mereka membalas. Seorang pengrajin perak yang berpengaruh membuat kerumunan orang menjadi kerusuhan yang begitu besar sehingga Paulus harus meninggalkan kota itu (Kisah Para Rasul 19:23-20:1).

Dengan latar belakang ini, patut dicatat bahwa doa-doa yang Paulus dorong untuk dipanjatkan oleh jemaat Kristen di Efesus sama sekali tidak mengandung unsur membalas. Doa-doa tersebut bersifat damai, bukan garang. Kita berdoa "supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai." Ada penginjilan di seluruh bagian ini (lihat bagian selanjutnya), tetapi tidak ada militansi di sini.

Jadi, untuk menjawab pertanyaan kedua kita– bagaimana cara berdoa bagi bangsa kita– berikut ini adalah rangkuman yang berguna:

Cara berdoa untuk bangsa kita: Kita berdoa bagi para pemimpin kita, baik yang kita sukai maupun tidak, dengan hati yang bersyukur dan merindukan perdamaian.

Alasan Kita Berdoa bagi Bangsa Kita

Dalam mencari alasan kita harus berdoa bagi para pemimpin bangsa kita, ada sebuah kata depan dalam bahasa Yunani (ina) yang sangat membantu, yang berarti "supaya". Kita memanjatkan permohonan, doa, doa syafaat, dan ucapan syukur bagi raja-raja dan semua orang yang duduk di pemerintahan supaya (ina) "kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai dalam segala kesalehan dan kehormatan" (2:2b).

"Bukanlah tugas kita untuk memilih orang mana yang layak untuk kita kasihi."


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Idenya adalah ketika kita diberi kebebasan untuk menjadi orang Kristen, kehidupan yang tenang dan damai ini akan mendukung kita untuk bertumbuh dalam kesalehan dan kehormatan. Sekarang, memang benar bahwa kebalikan ekstrem dari penganiayaan – menjadikan gereja sebagai pihak yang disukai oleh pemerintah – biasanya menghasilkan gereja yang dikompromikan dan menjadi seperti kartun. Di suatu tempat di tengah-tengah, tampaknya ada titik tengah yang Paulus maksudkan di sini, di mana gereja dapat menjalankan urusannya dengan tenang dan damai. Meskipun gereja dapat bertumbuh dengan cara yang menakjubkan ketika sedang dianiaya, tidaklah bijaksana untuk meromantisasi tahun-tahun Nero lebih daripada kita meromantisasi tahun-tahun Konstantinus. Seperti yang ditunjukkan oleh kitab Wahyu, Setan menggunakan penganiayaan dan rayuan untuk mencoba mengalahkan gereja.

Jadi, kita harus berdoa bagi bangsa kita supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai. Akan tetapi, kita tidak boleh berasumsi bahwa damai dan tenang berarti didomestikasi dan diprivatisasi. Tujuan akhirnya—yang kita lihat dalam ayat ini dan juga dalam misi hidup Paulus–adalah agar semakin banyak orang yang beriman kepada Yesus. Paulus melanjutkan penjelasannya dengan menjelaskan alasan kita harus berdoa bagi para pemimpin bangsa kita:

"... supaya kita dapat menjalani hidup yang tenang dan damai dalam segala kesalehan dan kehormatan. Hal ini baik dan yang berkenan di hadapan Allah, Juru Selamat kita, yang menghendaki semua orang diselamatkan dan sampai kepada pengetahuan akan kebenaran." (1 Timotius 2:2b-4, AYT)

Terkadang kita tergoda untuk menjadikan negara kita sebagai satu-satunya hal utama yang ada dalam pikiran kita. Seolah-olah, jika kita bisa membuat platform partai politik kita yang berlaku selama beberapa tahun, bangsa kita akan sehat, dan kita bisa hidup dengan puas. Dan, memang benar bahwa mencari kebaikan bagi bangsa kita ada dalam pandangan ayat ini. Hal ini juga mengingatkan kita pada Yeremia 29:7, "Usahakanlah kesejahteraan kota tempat Aku telah mengirimmu." Namun, maksud kita dalam doa ini jauh lebih besar dan lebih kaya daripada itu! Bangsa kita masih jauh dari satu hal yang seharusnya ada dalam pikiran kita. Faktanya, ada dua "nomor satu" dalam 1 Timotius 2:1-4, dan keduanya tidak ada hubungannya dengan bangsa seseorang:

"Sebab, hanya ada satu Allah dan satu perantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Yesus Kristus, yang telah memberikan diri-Nya sendiri sebagai tebusan bagi semua orang" (2:5-6a, AYT).

Apa yang seharusnya ada dalam hati dan pikiran kita ketika kita berdoa, berharap, menyusun strategi, dan bermimpi? Agar Allah dapat memakai kita untuk meningkatkan populasi rumah kita yang sejati: surga.

Jadi, untuk menjawab pertanyaan ketiga – mengapa kita berdoa bagi bangsa kita – berikut ini adalah rangkuman yang berguna:

Mengapa kita berdoa bagi bangsa kita: Kita berdoa bagi bangsa kita supaya kita dapat hidup dalam damai sejahtera ketika kita menjalankan misi kita untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya.(t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Renew.org
Alamat situs : https://renew.org/what-how-and-why-we-pray-for-our-nation/
Judul asli artikel : What, How, and Why We Pray for Our Nation
Penulis artikel : Daniel McCoy

Komentar