Ayub: Pemulihan dari Tuhan

Ayub yang tinggal di tanah Us, dikisahkan sebagai seorang yang sangat kaya, bahkan disebut sebagai yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:1,3). Menurut pandangan tradisional, tanah Us merupakan daerah Haran. Sedangkan pandangan modern menganggapnya sebagai daerah perbatasan Edom.

Besarnya kekayaan Ayub dilukiskan dengan uraian mengenai banyaknya harta yang dimilikinya. Ayub memunyai 7.000 ekor kambing domba, 3.000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina ... (Ayub 1:3). Ayub memunyai banyak rumah, baik untuk dirinya sendiri, ketujuh anaknya, maupun untuk tempat tinggal para budaknya (Ayub 1:4).

Ayub merupakan seorang tokoh pada zamannya. Ayub merupakan pemimpin bagi kaum keluarganya dan bagi ketujuh anaknya. Ia juga menjadi pemimpin dari para karyawannya yang sangat banyak. Alkitab mengatakan bahwa ia memunyai budak dalam jumlah yang sangat besar (Ayub 1:3).

Di tengah masyarakat, Ayub dipandang sebagai seorang tokoh yang baik dan dermawan. Alkitab mencatat bahwa ia senang membantu orang-orang lemah (Ayub 4:3-4). Kekayaannya yang luar biasa memungkinkan ia menolong orang-orang miskin dari kalangan bawah yang berkekurangan.

Rupanya, Ayub juga merupakan "public figure" yang banyak memberi nasihat dan ajaran moral. Ayub adalah seorang berhikmat, yang fasih mengajar banyak orang, seorang motivator yang efektif (Ayub 4:3-4). Ia adalah seorang kaya dari kalangan atas, yang punya kearifan yang dihormati masyarakat.

Lebih dari itu, Ayub adalah orang besar di pemandangan Allah. Tuhan memberinya pujian: "Tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:8) Hanya orang-orang tertentu yang beroleh pengakuan seperti itu dari Tuhan.

Dari uraian kitab Ayub pasal pertama, nyata bahwa Ayub adalah seorang yang besar bukan hanya di dunia materi, melainkan juga di mata Allah. Ketika iblis berkeliling dunia, ia mengakui bahwa Ayub adalah orang yang paling hebat dalam hal takut akan Tuhan. Iblis tidak bisa menjamah Ayub tanpa izin khusus dari Tuhan, sebab Tuhan begitu membentengi Ayub dan kehidupannya (Ayub 1:10-11).

Kehidupan Doanya

Ayub adalah seorang pemimpin yang kuat di dalam doa. Ia selalu menaikkan doa-doa khusus untuk anak-anaknya. Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka (ketujuh anaknya), dan menguduskan mereka; "keesokan harinya, pagi-pagi bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: 'Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati'." (Ayub 1:5a)

Kehidupan doa Ayub memberi teladan bagi para pemimpin masa kini untuk tekun mendoakan anak-anak mereka. Kesibukan pekerjaan atau pelayanan, sering membuat para pemimpin kurang memedulikan anak. Tak jarang kita mendengar kabar banyaknya anak pendeta, hamba Tuhan, atau tokoh Kristen yang terlantar dan jatuh dalam rupa-rupa dosa.

Ketika malapetaka hebat melanda hidupnya -- ternaknya dijarah, harta bendanya habis, dan anak-anaknya mati -- Ayub memberi sebuah reaksi yang luar biasa: doa! Ia tidak marah, kecewa, membalas, atau bunuh diri. Ayub mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:20-21)

Bagaimana jika seandainya perusahaan Anda bangkrut? Bagaimana jika seandainya gereja Anda dirusak massa, dibakar, dan jemaat serta keluarga Anda dianiaya? Inilah ujian bagi seorang pemimpin sejati. Tingkat kedewasaan rohani kita benar-benar diuji habis-habisan. Masihkah kita berdoa kepada Tuhan?

Menarik jika kita perhatikan percakapan antara Ayub dengan Tuhan selama ia mengalami penderitaan berat itu. Sejak awal Ayub tetap beriman dan mengasihi Tuhan, meskipun ia banyak mengeluh (Ayub 3). Tetapi, setelah ia mendengar banyak masukan dari orang lain, pikirannya berubah. Ayub mulai mengucapkan kata-kata negatif mengenai Tuhan (Ayub 10). Tetapi, akhirnya Ayub pun sadar dan memohon pengampunan, mencabut semua perkataannya yang salah (Ayub 42:6).

Percayalah bahwa tidak ada pencobaan yang melebihi kekuatan kita (1 Korintus 10:13). Bersama Tuhan kita pasti kuat. Persoalannya, ketika kita mulai membuka telinga terhadap perkataan-perkataan manusia, iman kita pasti akan goyah. Pemimpin sejati tidak akan terpengaruh oleh apa kata orang, tetapi hanya firman Tuhan saja!

Pemulihan karena Doa

Penderitaan dan penyakit Ayub berasal dari iblis yang menyerang dia atas seizin Tuhan (Ayub 1:11-12; 2:5-6). Jadi, Tuhan tidak pernah merancangkan perkara buruk dalam kehidupan Ayub (Yeremia 29:11). Iblislah si pencuri, pembunuh, dan pembinasa (Yohanes 10:10).

Tetapi, ketika Ayub jatuh dalam kemiskinan dan penderitaan, semua orang menuduh bahwa ia telah kena tulah Tuhan. Istrinya berkata, "Masih bertekunlah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9) Ketiga sahabatnya, Elifas, Bildad, dan Solar datang dan menuduh Ayub sebagai pendosa besar, sehingga Allah menulahinya dengan penderitaan dan penyakit yang parah. Masyarakat juga mengucilkan dia, tidak ada seorang pun yang peduli dan menolong. Ayub tinggal sendirian sebagai orang yang dianggap sampah masyarakat.

Di tengah lembah penderitaan itu, Ayub sangat membutuhkan, bukan hanya pembelaan, melainkan juga pemulihan dari Tuhan. Namun, sekian lama Ayub tidak kunjung melihat tangan Tuhan mengangkat hidupnya, sehingga ia sempat putus asa. Ia kecewa kepada teman-temannya dan menyebut mereka sebagai penghibur sialan (Ayub 16:1-3). Iman Ayub goyah dan ia sempat berprasangka negatif kepada Tuhan (Ayub 10).

Di akhir cerita, Tuhan memulihkan Ayub karena ia berdoa mengaku dosa dan merendahkan diri di hadapan Allah. Karena sadar telah berkata buruk tentang Tuhan, Ayub mencabut kembali setiap perkataannya dan menyesalinya, ia duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:6). Doa pertobatan dengan merendahkan diri adalah kunci pemulihan. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (1 Petrus 5:6).

Mengapa Tuhan memulihkan kehidupan Ayub? Alkitab mencatat: Tuhan memulihkan keadaan Ayub setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dulu (Ayub 42:10). Pemulihan terjadi setelah Ayub mendoakan dengan tulus orang-orang yang memfitnah dan menuduhnya. Itulah doa yang penuh kasih, mendoakan orang yang telah mengecewakan, merendahkan, dan menuduhnya (Matius 5:44).

Seorang pemimpin biasanya memunyai beberapa sahabat. Tetapi, tak jarang sahabat kita tidak memberi dukungan manakala kita jatuh. Mereka malahan mengejek dan menuduh kita sebagai yang bersalah. Pemimpin Kristen akan tetap bersikap kasih terhadap musuh dan bahkan mau mendoakan mereka dengan tulus.

Diambil dari:

Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 69 -- 74

Komentar