Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Guinea Bissau (1,6 juta), Ibukota Bissau (0,4 juta), agama Islam 48%, Animis 42%, Katolik 7%, Kristen 2,5%. Perintis jemaat baru terus-menerus berfokus kepada suku-suku yang belum terjangkau: Fula, Mandinga, Nalu, Susu, Biafada, Manjakos. Bapak Pdt. Titus Dima (WEC), mengajar setiap hari di Youth Center, untuk melatih anak muda agar mereka keahlian tertentu dan pada hari Sabtu/Minggu beliau melayani pemuda/i serta di jemaat. Pemerintah tidak mengurus sekolah umum, misalnya para guru tidak mendapat gaji, sehingga gereja-gereja dengan fasilitas sederhana bersama para misionaris sudah membuka berbagai sekolah dan fasilitas pendidikan lain, agar generasi baru mendapat pendidikan dan mereka memiliki masa depan. Ibu Ritha M (WEC), mengajar di Sekolah Alkitab Ntchumbe. Di semester ini ia mengajar peperangan rohani dan pemuridan. Peperangan rohani ini tidak hanya masalah teori, karena secara rohani sungguh-sungguh iblis berperang karena tidak mau dibuka kedoknya, tolong doakan untuk hal ini. Orang Guinea Bissau sangat terlibat dengan masalah kuasa gelap dan penyembahan roh, termasuk juga orang Kristen dan ini sangat menghambat pertumbuhan rohani mereka. Masalah pemuridan di Gereja sangat lemah. Mata pelajaran ini penting, untuk dapat mendalami pemberita Injil. Ibu Ritha meneruskan dengan merintis di desa-desa. Ibu Salomi T (WEC), tetap melayani di daerah Cacine, ditambah di Cacoa, khusus di antara suku-suku terabaikan di daerah itu, yaitu Nalu dan Susu. Ia sedang memperdalam diri dalam bahasa Susu, bahasa ibu kedua suku ini, agar pelayanan menjadi lebih efektif. Salah satu anggota tim pelayan di Cacine pada 5 Juli akan berangkat ke Afrika Selatan demi pendidikan lanjutan selama satu tahun. Karena tidak ada pengganti, Ibu Salomi makin perlu dikuatkan dan diberikan hikmat dalam tugas perintisan dan penggembalaan di Cacine.