Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Doa Berkait dengan Kebangunan
Sebelum Tuhan Yesus lahir ke dunia, Allah telah menyediakan seorang wanita yang siang malam berdoa untuk itu. Wanita itu sudah berusia 84 tahun. Akhirnya, sebelum meninggal, ia sempat menyaksikan kelahiran Tuhan Yesus. Selain itu, Allah juga menyediakan seseorang bernama Simeon yang berada di Bait Allah ketika Yesus disunat pada hari kedelapan. Pertama kali Anak Allah mengalirkan darah-Nya di dalam dunia bukan di atas kayu salib, tetapi 33,5 tahun sebelumnya. Dia mengalirkan darah bagi Anda dan saya pada waktu Dia disunat, karena Dia harus menaati semua tuntutan Hukum Taurat. Ketika Yesus disunat pada hari yang kedelapan, Maria dan Yusuf mempersembahkan korban di Bait Allah. Simeon menggendong Yesus yang masih bayi itu sambil berkata, "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu." (Lukas 2:25-30)
Telah lama dia merindukan hal itu, sampai Tuhan memberinya kesempatan untuk menyaksikan apa yang dia rindukan. Terkadang kebangunan terjadi setelah orang yang mendoakannya meninggal, tetapi ada kalanya kebangunan terjadi sebelum ia meninggal. Berbahagialah orang yang masih sempat menyaksikan kebangunan itu terjadi. Tetapi kalau tidak sempat pun tidak apa-apa, karena setelah mati pun masih bisa menyaksikan. Jangan Anda mengira orang mati tidak bisa menyaksikan, kecuali dia yang mati di dalam dosa. Kalau demikian, mungkinkah tanpa gerakan Tuhan, seorang bisa berdoa untuk kebangunan? Jawabnya tidak. Kalau kita merasa perlu ada kebangunan dan kita mulai berdoa bagi hal tersebut, berarti Roh Kudus telah memberikan pengertian dan menggerakkan kita untuk berdoa.
Doa Sejati Awal Kebangunan Sejati
Apakah kebangunan terjadi karena doa manusia? Kebangunan adalah anugerah Tuhan, maka bukan karena kita berdoa lalu Tuhan mengadakan kebangunan, dan bila kita tidak berdoa maka Tuhan tidak mengadakan kebangunan. Kalau demikian, bukankah ini merupakan pernyataan yang bersifat kontradiktif? Bukankah sejarah bungkam dan tidak pernah mencatat kebangunan yang tidak dimulai dengan doa? Berarti kita berdoa dulu, baru kebangunan terjadi. Kalau begitu, bukankah doa yang mengakibatkan kebangunan? Berdoa dahulu, baru terjadi kebangunan, kalau tidak berdoa berarti tidak akan terjadi kebangunan. Secara urutan waktu dan secara tertulis memang betul, berdoa dahulu baru terjadi kebangunan. Jadi, bukankah kebangunan merupakan hasil doa kita? Kita memberi perintah kepada Allah, dan Allah menaatinya? Tidak. Karena doa yang benar sudah merupakan permulaan dari kebangunan yang sesungguhnya. Artinya, anugerah Tuhan selalu mendahului reaksi manusia.
Kalimat "Karena saya berdoa, maka Allah memberikan anugerah kepada saya," sepintas lalu kedengarannya benar. Namun jika kalimat tersebut dibalik, "Karena saya tidak berdoa, maka Allah tidak memberikan anugerah-Nya kepada saya," menjadi kurang benar. Itulah yang diucapkan oleh Agustinus. Lalu dia menyambung lagi dengan kalimat: "Karena tanpa anugerah-Mu, saya tidak bisa berdoa. Saya bisa menaikkan doa yang benar, yang sesuai dengan kehendak-Mu itu karena doa saya sudah disucikan, sudah Engkau tolong."
Doa Sejati Digerakkan oleh Roh Kudus
Di dalam Roma 8:26, dicantumkan bahwa Roh Kudus mengetahui dan menolong kita berdoa dengan keluh kesah dalam kalimat yang tidak terkatakan. Doa kita sering salah dan egosentris. Kalau kita sering berdoa dengan cara yang salah, tidak berfokus, tidak mencari kemuliaan kerajaan dan kebenaran Allah terlebih dahulu, selalu menaikan doa yang membuat Tuhan marah, maka semakin kita berdoa, Tuhan akan semakin jengkel dan semakin membenci kita. Oleh sebab itu, doa kita tidak dikenan Tuhan. Doa kita perlu dikoreksi. Lalu bagaimana doa kita yang egosentris, yang sering salah, yang tidak berfokus, serta yang tidak sesuai dengan kehendak Allah itu bisa dikoreksi dan diterima oleh-Nya? Untuk tugas itulah Allah mengirim Parakletos. Allah mengirim Penghibur yang agung, yang sekaligus menjadi guru untuk memimpin kita ke dalam kebenaran. Roh Kudus menolong kita berdoa, dengan keluh kesah yang tidak terkatakan. Artinya, Dia menolong kita dengan sabar, bagaikan seorang ibu yang menjaga dan membimbing anaknya yang nakal sekali. Ia diajar, dikoreksi, dan didoakan dengan keluh kesah. Demikian juga cara yang dipakai Roh Kudus.
Pengertian ayat ini adalah bahwa permintaan kita yang selalu egosentris, bersalah, tidak berfokus, dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan hanya bisa dikoreksi, ditolong, dan diberi kekuatan oleh Roh Kudus. Pada waktu kita malas berdoa, pada waktu kita tidak merasa perlu untuk berdoa, pada waktu kita tidak mau berdoa dengan sungguh-sungguh, Roh Kuduslah yang menolong, memberi kekuatan, dan dorongan kepada kita, sehingga kita bisa berdoa. Kita minta kepada Tuhan untuk bisa merendahkan diri di hadapan-Nya, agar doa kita bisa dibenarkan oleh Roh Kudus dan bisa diterima oleh Tuhan. Bapa di surga menerima doa kita, karena di tengah-tengah surga dan manusia terdapat pengantara, yaitu Yesus Kristus, yang sudah mati dan bangkit, yang telah mengalahkan segala penguasa dengan kuasa-Nya. Bapa di surga menerima Yesus Kristus sebagai Pengantara, sehingga doa kita bisa sampai kepada Dia, karena doa kita sudah dikoreksi, dibenarkan, dan ditolong oleh Roh Kudus. Itulah doa.
Doa berarti saya sadar bahwa diri saya hanyalah manusia. Saya menaklukkan diri di bawah kedaulatan Allah. Saya memerlukan Dia, bukan untuk menyombongkan diri atau membanggakan diri, tetapi untuk menjadi sandaran di dalam doa saya. Saya berdoa kepada Bapa di dalam nama Anak melalui pimpinan Roh. Roh Kudus menolong kita berdoa dan memperhalus doa kita, Roh Kudus memberi ketekunan, mengoreksi, dan membawa kita ke dalam Roh yang sesungguhnya. Itu yang disebut berdoa di dalam Roh.
Jangan berpikir bahwa berdoa di dalam Roh itu adalah doa yang dinaikkan dengan bahasa roh. Karena dengan berpikiran begitu, berarti kita terlalu berani menafsirkan Alkitab dengan salah. Alkitab berkata, berjalan di dalam Roh, taat di dalam Roh, hidup di dalam Roh, melakukan segala sesuatu di dalam Roh, mengapa kita hanya menafsirkan berdoa di dalam Roh adalah berdoa dengan bahasa roh? Bagaimana dengan berjalan di dalam Roh, hidup di dalam Roh, dan berbuat segala sesuatu di dalam Roh? Adapun maksud berdoa di dalam Roh, hidup di dalam Roh, dan taat pada pimpinan Roh adalah takluk kepada Roh Allah di dalam rohmu, yaitu mengakui akan kedaulatan Roh yang menguasai seluruh keberadaan Anda, baik pada waktu Anda berdoa, bersandar, bertindak, berjalan, maupun hidup. Itulah yang disebut "dalam Roh".
En Christos (di dalam Kristus) adalah status hidup yang baru. En Pneuma (di dalam Roh Kudus) adalah hidup baru yang dinaungi dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Di dalam Kristus dan di dalam Roh ada dua hal yang membuat kita berada di dalam Allah. Di sini kita menyaksikan bahwa kasih Allah dicurahkan kepada kita melalui Kristus dan kasih Allah memenuhi kita melalui Roh kudus. Dan kasih yang dari Allah kepada kita itulah yang mengakibatkan kita hidup di dalam Kristus melalui pimpinan Roh. Allah Tritunggal terus bekerja, bersirkulasi, dan memberi pengertian tentang Kitab Suci. Biarlah kita memunyai kestabilan dan keseimbangan. Jika "berdoa di dalam roh" diartikan berdoa dengan bahasa roh, apakah "hidup di dalam roh" berarti hidup dengan bahasa roh, dan "berjalan di dalam roh" berarti berjalan dengan bahasa roh atau berjalan tanpa menginjak tanah? Harap kita mengerti dan menafsir firman Tuhan secara lebih bertanggung jawab.
Lalu bagaimana dengan "beribadah di dalam roh"? Ibadah di dalam roh berarti beribadah dengan hati yang sepenuhnya ditaklukkan kepada pimpinan Roh Kudus. Jika seluruh hidup dan kelakuan kita ditaklukkan di bawah tuntunan Roh Kudus, di situ kita dikatakan "berjalan di dalam roh". Konsep-konsep Alkitab ini sebenarnya sedemikian mudah dimengerti. Meskipun sederhana, tetapi mendalam. Janganlah kita melepas-lepaskannya sehingga menjadi kepingan-kepingan yang artinya menjadi kacau. Paulus menegaskan bahwa berdoa di dalam Roh bukan berarti tidak dengan pengertian. Karena jika Anda hendak berdoa di dalam roh, Anda juga harus berdoa dengan pengertian. Bukan berarti kalau kita mengatakan "roh ... roh ..." maka kita yang berdoa di dalam Roh, tidak lagi memakai pikiran.
Paulus berkata, "Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku." Di dalam Roh, kita betul-betul taat kepada Tuhan, tetapi pengertian (akal budi) kita tetap bertanggung jawab. Kita perlu senantiasa mempertanyakan apakah semua yang kita taati itu sesuai dengan Alkitab atau tidak. Jangan hanya berdoa di dalam Roh, tapi berdoa juga di dalam pengertian (akal budi). Namun, ayat ini sudah dibalikkan oleh banyak orang. Ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab mengatakan bahwa jika kita berdoa dengan kalimat-kalimat yang bisa dimengerti, maka orang itu tidak memunyai Roh. Berdoa di dalam Roh, ialah berdoa dengan tidak memakai kalimat, tidak memakai pengertian. Hal ini jelas sekali membalikkan fokus ajaran Alkitab. Di Korintus terdapat banyak orang yang menganggap dirinya bisa berdoa dengan bahasa roh, yaitu mereka kira berdoa dengan tidak memakai pengertian. Oleh karena itu, Paulus berkata, "Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku." Jangan dibalikkan. Orang yang menafsirkan Alkitab dengan sembarangan, yang membalikkan ayat-ayat firman Tuhan, telah menghilangkan makna dan fokus dari ajaran Alkitab itu. Ia harus bertanggung jawab kepada Tuhan.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | Roh Kudus, Doa, dan Kebangunan |
Penulis | : | Pdt. DR. Stephen Tong |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta 1995 |
Halaman | : | 111 -- 117 |