Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Dalam sajak atau ratapan yang pertama, Yerusalem digambarkan sebagai seorang janda yang sedang dilanda kesedihan karena kehilangan kemuliaannya di antara bangsa-bangsa. Sajak ini berbicara tentang kehancuran kota, karena dosa umat Israel.
Nabi Yeremia, yang mewakili Yerusalem, berseru kepada setiap orang yang lewat, "Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpahkan Tuhan kepadaku, untuk membuat aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala!" (ayat 12). Ayat ini menggambarkan tentang penderitaan Kristus yang mengerikan di atas kayu salib, dihukum oleh Allah karena dosa-dosa kita.
Apakah ada penderitaan seperti penderitaan yang dialami Yesus Kristus ketika Allah menanggungkan seluruh dosa umat manusia kepada Dia di kayu salib? Di salib itulah Tuhan Yesus menyediakan pengampunan dosa bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya dan yang menerima keselamatan yang dikaruniakan-Nya. Apakah ada penderitaan seperti penderitaan yang pernah dialami Yesus sementara ia turun dari bukit Zaitun dan memandang Kota Yerusalem dan menangisinya? (Lukas 19:41). Ia berkata, "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi KAMU TIDAK MAU" (Matius 23:37). Betapa sedihnya perasaan yang memenuhi hati Juruselamat yang kita kasihi ketika orang-orang yang hendak diselamatkan-Nya menolak Dia. Padahal Dialah satu-satunya harapan mereka dan untuk menyelamatkan mereka. Dia sudah memberi pengorbanan yang tak ternilai harganya. Betapa banyak orang yang masih membawa kesedihan yang sama kepada hatinya pada saat ini.
Apakah ada kesedihan di hati kita sementara kita melihat lebih dari seratus ribu jiwa sehari meninggal dunia, memasuki kekekalan tanpa Allah dan tanpa ada harapan untuk memperoleh keselamatan yang sudah disediakan secara cuma-cuma untuk setiap orang? Bila ada, pastilah hal ini akan menggerakkan kita untuk berdoa seperti yang dilakukan Yeremia; dan menangis seperti Juru Selamat kita dan memberitakan Injil-Nya kepada mereka yang belum pernah mendengarnya (Markus 16:15).
Nabi Yeremia mempersamakan dirinya dengan dosa orang Israel dan memohon kepada Allah untuk membiarkan segala kejahatan dari musuh-musuh mereka datang ke hadapan-Nya dan melakukan kepada mereka sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada Yerusalem dan Yeremia dalam kesedihannya.