Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Angin ribut yang pertama terjadi terjadi ketika Yesus dan murid-murid pergi ke sebelah tenggara Kapernaum (Matius 8:5) ketika sedang menyeberangi Danau Galilea ke daerah orang Gerasa (Markus 5:1; Lukas 8:26). Angin ribut yang kedua terjadi pada waktu lain ketika murid-murid menyeberang ke barat laut menuju Genesaret (Mat 14:34; Markus 6:53; Yoh 6:17) setelah memberi makan 5.000 orang.
Doa dan keadaan murid-murid dalam dua peristiwa itu serupa. "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Pada waktu angin ribut kedua, murid-murid amat takut, lagi pula karena mereka mengira melihat hantu dan mereka menjerit ketakutan. Petrus yang pada saat itu mencoba berjalan di atas air dan ketika mulai tenggelam, ia berdoa: "Tuhan, tolonglah aku!" Dalam setiap angin ribut murid-murid mengira mereka berada dalam bahaya; mereka takut mati.
Pelajaran-pelajaran yang kita dapat tarik dari pengalaman-pengalaman ini terdapat dalam jawaban-jawaban Yesus atas doa-doa dan ketakutan mereka. Pada waktu angin ribut yang pertama, Yesus tertidur. Ketika Yesus bangun, Ia berkata, "'Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?' Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali" (Matius 8:26).
Murid-murid berkata, "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Matius 6:27). Perahu itu tidak akan tenggelam apabila Yesus, Pencipta danau, angin, dan gelombang, ada di dalamnya. Yesus, Tuhan kita Yang Mahakudus, beserta dengan kita dalam seluruh angin ribut kehidupan. Jika kita hanya membiarkan Dia mengendalikan kehidupan kita, maka akan ada ketenangan. Jawaban atas pertanyaan murid-murid ialah bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi apakah mereka sungguh-sungguh percaya hal itu? Mungkin untuk lebih meyakinkan mereka diperlukan suatu angin ribut lagi.
Angin ribut berikutnya terjadi setelah Yesus memberi makan lima ribu orang. Pada waktu itu orang banyak ingin membawa Yesus dengan paksa dan menjadikan Dia seorang raja (Yohanes 6:15). Oleh sebab itu, Ia mendesak murid-murid untuk menyeberangi danau sementara Ia menyuruh orang banyak itu pulang dan Ia naik ke gunung untuk berdoa. Saat itu adalah saat yang genting. Saat itu belum waktunya Allah menjadikan Dia seorang raja: pertama-tama Ia harus disalibkan untuk menyediakan pengampunan dan keselamatan bagi umat manusia. Ketika murid-murid sedang mendayung perahu mereka sekuat tenaga, Yesus mendoakan mereka. Yesus melihat mereka berada dalam bahaya dan Yesus menghampiri mereka dengan berjalan di atas air. Murid-murid melihat Dia dan menjerit-jerit ketakutan. Yesus menenangkan mereka dengan memperkenalkan diri-Nya, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut" (Markus 6:50). "Aku ini," dapat diterjemahkan: "AKU" -- yang kekal; "AKU" -- yang agung; "AKU" TUHAN ALLAH, dan Ia beserta dengan mereka dan kita, dalam angin ribut kehidupan.
Pengalaman ini mengajar Petrus dan murid-murid bahwa Yesus mengamati mereka dalam angin ribut itu dan Ia beserta dengan mereka, meskipun tidak terlihat. Semoga hal ini mengajar kita juga! Murid-murid menemukan bahwa: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah" (Matius 14:33). Semoga kita selalu mengarahkan pandangan kita kepada Yesus dalam setiap angin ribut kehidupan karena Ia membawa damai sejahtera dan ketenangan.
Yesus melihat kita; Yesus mendoakan kita; dan Yesus menyelamatkan kita.