Merayakan 30 tahun
melayani bersama
"Mula-mula kita melihat Kristus yang tidak dapat tinggal tenang. Siang dan malam Ia mendoakan kota yang telah menyalibkan Dia !!. !!. !!. !!. Bukankah benar bahwa Ia pernah hidup di dunia untuk menjadi perantara bagi kita?" (Dr. F.B. Meyer, dalam "Our Daily Homily"). Jadi, kita memiliki Dia yang berdoa di surga untuk kita yaitu Kristus yang tidak dapat tinggal tenang, yang mendoakan setiap orang percaya seperti yang dilakukan-Nya untuk Petrus.
"Kemudian kita memiliki penjaga yang tidak dapat tinggal tenang (ayat 6). Doa syafaat Yesus Kristus harus dilengkapi dengan doa kita !!. Harus ada kesatuan antara doa Pengantara di hadapan takhta Allah dan doa doa para pengingat-Nya di atas bumi.
"Akhirnya, ada Allah yang tidak dapat tinggal tenang (ayat 7). Ia juga tidak berhenti berjerih payah. Di tempat perhentian-Nya, Allah selalu memikirkan dan memelihara milik-Nya sendiri. Patung Budha memperlihatkan konsep dari dewa yang tidak berperasaan yang tujuan satu-satunya ialah melepaskan dirinya sendiri dari segala hal yang mungkin mengganggu ketenangannya" (ibid). Allah kita tidak seperti itu, Ia menjawab doa-doa di surga dan bekerja di atas bumi.
Jika kita mau menjadi para penjaga kota itu -- bangsa itu, kita harus menjadi pria dan wanita yang senang berdoa. Kita sebagai orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan Allah, harus mau memperingatkan orang-orang akan keadaan rohani mereka dan penghukuman Allah yang mendatang.