Selamat Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
https://natal.sabda.org
Oleh: Danang
Sebuah usaha akan berhasil kalau disiapkan dengan matang, terencana dengan baik. Di Alkitab, kita melihat banyak hal besar selalu dimulai dengan persiapan yang panjang. Dalam usaha penyelamatan manusia, Tuhan melakukan persiapan yang sangat panjang. Sejak Dia bersabda kepada Adam bahwa keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala ular, ada masa persiapan 4.000 tahun. Dia harus mempersiapkan sebuah bangsa khusus yang sanggup membawa terang bagi dunia. Bangsa itu harus dipisahkan secara spiritual dari dunia. Mereka dilarang kawin campur dengan bangsa-bangsa lain. Mereka dilarang mengikuti tata cara ibadah dari bangsa lain, yang tentu saja menyembah ilah-ilah lain. Mereka diberi tempat khusus supaya bisa menyembah TUHAN secara eksklusif. Dan, hanya di tempat itu, Dia berkenan hadir dengan segala kemuliaan-Nya.
Dari bangsa pilihan itu, dikhususkan juga, dipisahkan juga, satu keluarga Daud yang direncanakan akan melahirkan sosok yang akan meremukkan kepala ular. Dialah yang akan menebus seluruh umat manusia. Kelahiran Mesias ini pun bukan tanpa persiapan matang, ada tertulis banyak pergumulan dari orang-orang yang terlibat di dalam prosesnya. Dari sisi Maria, Tuhan harus mengutus Gabriel untuk mempersiapkan hati Maria agar setia untuk menjalani prosesnya. Oleh karena itu, pada awal, malaikat itu memberi salam, "Damai sejahtera bagimu!" Sebuah ungkapan berkat yang mendeklarasikan bahwa seberapa berat harga yang harus dibayar Maria, ada damai sejahtera yang akan menyertainya. Maria harus siap mental menjalaninya, hamil di luar nikah adalah suatu aib yang besar di Israel. Larangan melakukan kekejian semacam itu sudah dituliskan sejak Perjanjian Sinai. Bukan hanya masalah sosial, Maria sendiri punya perbantahan dalam pikirannya. Bagaimanakah TUHAN akan membawa keselamatan dari-Nya dengan cara-cara yang nampaknya Dia sendiri sudah larang? Oleh karena sulitnya bagi Maria untuk memahami itu, maka diperlukan utusan malaikat untuk memberi keyakinan. Demikian juga Yusuf, adalah mustahil bisa lapang dada menerima tunangan karena hamil sebelum resmi dinikahi. Bagaimana Yusuf bisa percaya kepada omongan Maria bahwa anak itu dikandung karena kuasa Roh Kudus? Bukankah karena Maria telah bersama pria lain? Yang berarti juga hati Maria lebih menyukai pria itu daripada dirinya sekalipun sudah bertunangan? Segala pergumulan ini luar biasa hebatnya sehingga sampai terbawa mimpi. Dan, nampaknya, karena alasan itulah TUHAN mengutus malaikat-Nya untuk berbicara kepada Yusuf dalam mimpinya. Yusuf perlu mendapat jaminan khusus dari Tuhan bahwa Maria bukan orang yang tercela secara moral dan Yusuf perlu kelegaan untuk menyembuhkan sakit hatinya karena pengkhianatan cinta.
Ciri khas pekerjaan Tuhan adalah selalu diawali dengan pergumulan, makin besar jangkauan dampak pekerjaan itu, maka makin berat juga pergumulan yang dihadapi. Seperti Yesus, malam sebelum Dia memilih 12 rasul, Dia harus berdoa semalam suntuk. Sebelum Dia menjalani salib, Dia harus bergumul berjam-jam di Taman Getsemani. Bukan perkara mudah menghadapi sesuatu yang menakutkan, yaitu kematian. Ketika tidak menjadi manusia, Dia tidak merasakan takut, Dia pencipta, berkuasa, tak ada yang menakutkan bagi-Nya. Namun, ketika Dia mengenakan tubuh manusia, emosinya dipengaruhi juga oleh hormon, oleh enzim-enzim. Dan, karena itulah, Dia bisa merasakan kelemahan emosi manusia, yaitu ketakutan. Ketakutan merusak tubuh-Nya sehingga peluh-Nya seperti darah. Saking takutnya, ada pendarahan internal. Namun, setelah sekian jam Dia merasakan ketakutan yang luar biasa, roh-Nya akhirnya menang atas jiwa-Nya. Roh penurut, tetapi daging-Nya lemah. Roh-Nya menang, dan berkata, "Jadilah kehendak Bapa," dan Dia siap mati disalibkan tanpa niat melawan sekalipun Dia berkuasa memerintahkan legion malaikat untuk membela-Nya.
Demikian pulalah kehidupan iman kita saat ini, kita sudah, sedang, dan akan menghadapi pergumulan. Pola utama yang berlaku adalah apakah kita rela membayar harga? Kalau kita sudah memiliki sistem nilai seorang murid, yaitu membayar harga beriman, maka kita akan lebih mudah memutuskan. Pergumulan adalah kemenangan atas kebimbangan dan rela menjalani apa yang menjadi kehendak Bapa, sama persis seperti Yesus. Ketika kita sedang mempersiapkan diri bekerja bagi Bapa, mau tidak mau kita akan menjalani suatu pergumulan persiapan sebagai langkah awal memantapkan hati, memutuskan apakah kita akan pergi. Apakah kita akan berpindah rumah? Apakah kita akan berpindah tempat melayani? Apakah kita akan berpindah profesi? Apakah kita berani maju perang sekalipun logistik kurang? Sekalipun kita sendirian? Apakah saya berani menikah dengan dia dan meyakininya sebagai kehendak Tuhan? Hal-hal semacam itu yang kita hadapi hari ini.
Para pioner, orang-orang yang membuka jalan adalah para penjelajah. Orang yang membuka pintu pertama kali, tidak tahu apa yang harus dihadapi. Dia harus cepat beradaptasi dan siap sedia untuk mengatasi segala persoalan dan tantangan. Segala kesusahan ini menjadi sumber pergumulan kita, orang percaya yang harus melakukan pekerjaan Bapa pada zaman ini. Alangkah sukacitanya bahwa ternyata Dia tidak meninggalkan kita. Dia senantiasa bersama kita sampai kepada akhir zaman. Dia memberi kita Roh yang memeteraikan kita, yang menghibur kita, yang mengajarkan segala sesuatu yang Yesus ajarkan. Dialah guru kita, yang menyertai kita dalam pergumulan kita. Penjangkauan kepada komunitas khusus juga dibutuhkan para pioner karena harus belajar hal baru. Kita harus mengenali pola-pola spiritual yang sedang dijalani komunitas masyarakat itu. Setiap suku, komunitas, wilayah demografi memiliki ciri-ciri khusus secara spiritual. Setidaknya, ada tiga ciri umum yang bisa menjadi acuan kita. Pertama, gejala kutuk, halangan berkat. Kedua, bentuk-bentuk peribadatan.
Gejala kutuk. TUHAN mengatakan bahwa Dia pencemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat (Keluaran 20:5). Apabila orang tua, nenek moyang kita menyembah berhala, maka hukuman akibat dosa itu bisa berlangsung sampai kepada keturunan keempat. Dan, di mana ada dosa, yang mana Tuhan tidak bisa menolong (Yesaya 59:1), maka musuh Tuhan akan hadir dan mengambil alih. Setan hanya bisa bekerja dalam batas-batas dosa, dia tidak bisa menyentuh hal-hal yang kudus (Yudas 1:6), Maka dengan senang hati, setan akan mengutuk orang-orang yang terkena hukuman Tuhan. Keturunan orang-orang berdosa akan mengalami banyak hal yang buruk. Biasanya bisa dilihat dalam silsilah keluarga. Bila dalam keluarga besar ada pola-pola masalah yang muncul dalam setiap generasi, maka perlu dicurigai adanya masalah dengan penyembahan berhala oleh nenek moyangnya. Dan, tiap generasi yang mengulangi penyembahan berhala, maka ikatan itu akan diteruskan sampai keturunan yang keempat dari generasi itu, demikian seterusnya. Konsepnya mirip seperti tuntutan hukum. Selama ada tuntunan hukum, ada dakwaan, maka ada hak yang sah dari pendakwa, setan, untuk mengutuk manusia. Misal kakek buyut kita menyembah ilah selain Tuhan Israel, maka kita saat ini masih terkena kutuknya, kita akan merasa tergoda untuk melakukan penyembahan yang sama. Itulah lingkaran setan.
Demikian pula untuk jenis-jenis masalah yang lain. Kalau dahulu kakek kita punya kesukaan meniduri banyak wanita, maka dalam diri anak cucunya ada gejala tiruan serupa. Tanpa sadar, secara psikologis kita akan menirunya. Terlebih lagi jika kakek kita menggunakan kuasa gelap untuk menaklukkan wanita, maka roh yang bekerja akan diwariskan. Tanpa belajar pun, kita bisa menerima kemampuan disukai banyak wanita. Biasanya, tiap generasi minimal ada satu orang yang mewarisi kemampuan spiritual. Jika tiap generasi ada kasus kawin cerai, punya pacar banyak, sering kali pola itu bisa dilihat dari nenek moyang. Demikian pula masalah ekonomi, jika ada masalah beruntun yang menunjukkan kegagalan usaha ekonomi yang bisa dilihat lintas generasi, maka ada kemungkinan kutuk warisan. Dan, masih banyak masalah lain dengan pola lintas generasi yang menunjukkan gejala kutuk. Semua persoalan ini bisa diselesaikan, Alkitab sudah memberi solusi. Akan tetapi, kita akan melihat ciri selanjutnya dahulu.
Ciri yang kedua adalah pola ibadah. Kita perlu mengenali ragam pola ibadah yang dipraktikkan. Kita perlu menemukan ritual penyembahan secara spesifik, tujuan penyembahan dan sosok siapa yang sedang disembah. Gejala penyembahan adalah bila kita menemukan manusia meminta sesuatu kepada sosok itu. Dalam masyarakat Jawa, ketika orang melakukan mitoni, orang berharap kepada Dewi Sri untuk melindungi anak yang sedang dikandung. Ketika orang menanam ari-ari bayi dan mengadakan selamatan, orang tuanya berharap si bayi dijagai oleh sosok Sedulur Papat, saudara kembar roh yang diharapkan menjaga anak itu selama hidupnya. Ketika orang sedang merenung dan berharap menjadi bijaksana seperti Semar, maka ada pola-pola ibadah juga di situ. Pola-pola ibadah ini mau tidak mau adalah pertanda penyembahan berhala, karena berharap diberkati, dilindungi oleh sosok selain Tuhan Israel. Tiap suku, tiap komunitas, punya bentuk ibadah yang berbeda-beda, tetapi polanya selalu sama, ada sosok-sosok yang dituju dengan bentuk ritual yang khas. Untuk mengenali pola kutuk dan ritual, kita perlu banyak belajar, banyak merenung, banyak berdoa. Roh Kudus selalu rindu menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman, jadi Dia pasti menuntun kita dalam proses ini. Masalah utama yang harus kita atasi adalah membayar harga. Sanggupkah kita memberi banyak waktu untuk mengumpulkan informasi dan belajar? Sanggupkah kita memberikan waktu doa yang lebih lama untuk mendengar Tuhan? Bukan jam-jam doa yang saya maksud, melainkan apakah pergumulan itu terus kita pikirkan dalam kegiatan kita sehari-hari. Kerinduan hati kita akan suara Tuhan yang memimpin menjadi alasan Tuhan mau bicara. Dari pengalaman, Tuhan selalu buka jalan asal kita mau sungguh-sungguh bergumul.
Setelah mengenali dua ciri tersebut, maka kita bisa merancang solusinya. Kebangkitan Yesus menjadi tanda kemenangan atas dosa, kutuk dan maut. Kepala ular sudah remuk, kutuk bisa dibatalkan. Maka kita perlu menyusun pengakuan dosa yang spesifik dan sesudah itu melakukan deklarasi bahwa orang itu sudah dimerdekakan dan bersih dari berhala tersebut. Proses tersebut akan memenuhi janji dalam kitab Zakharia, secara khusus berlaku untuk Israel, tetapi kehendak Tuhan untuk bangsa-bangsa lain juga sama. Berhala-berhala hendak Dia singgirkan dari segala bangsa (Zakharia 13:2). Setelah para berhala disingkirkan, kita bisa meletakkan fondasi iman dengan benar. Sesudah fondasi telah selesai, maka menjadi tugas para gembala untuk mendidik jemaat bertumbuh imannya. Sebagai contoh, pengalaman saya memberitakan kabar baik kepada orang-orang Jawa.
Ada banyak kasus gejala kutuk yang saya temui. Gangguan relasi, gangguan kesehatan, gangguan mental, ekonomi susah, dsb.. Ada orang yang dendam dengan orangtua dan puluhan tahun dipendam, tetapi ketika konseling akhirnya ketahuan, dan ketika ditantang untuk mengakui dosa dan dia merasa ada sesuatu yang keluar dari dirinya. Ada juga orang-orang yang dikaruniai kemampuan memikat lawan jenis dan ada unsur setan di situ, ternyata silsilah keluarga besar ada sejarah relasi seksualitas yang tidak wajar, kawin cerai, kakek pernah punya ilmu pemikat wanita dengan korban banyak. Orang merasa itu karunia Tuhan padahal berasal dari setan. Banyak juga orang Jawa yang meminta pesugihan, meminta kekayaan kepada sosok-sosok sesembahan yang bukan Tuhan. Banyak juga gejala kutuk berupa pengalaman-pengalaman dengan dunia gaib, misalnya melihat roh-roh, melihat hantu, dsb.. Normalnya, kita tidak bisa melihat mereka. Kalau bisa sampai melihat berarti perlu dicek karena rata-rata kemampuan melihat seperti itu adalah pemberian setan. Setelah dilakukan pemetaan, akhirnya bisa ditelusuri banyak gejala kutuk dimulai ketika dahulu ada pola-pola ibadah kepada setan-setan, yaitu segala ilah bangsa-bangsa non-Yahudi. Setelah dilakukan pengakuan dosa dan pembersihan, banyak orang bisa merasakan manfaatnya, bisa ibadah dengan tenang, tidak mengantuk lagi, dan bisa merasakan hadirat Tuhan. Banyak juga yang bisa tidur tenang, selama ini ada gangguan mimpi buruk secara terus-menerus. Ada yang kena santet, setelah pengakuan dosa, badan yang sakit langsung sembuh seketika. Dan, masih banyak lagi. Semua itu adalah hasil dari strategi yang tepat ketika melihat ladang pelayanan. Bagaimana mengenali gejala kutuk dan akhirnya bisa mengenali pola-pola ibadah penyembahan berhala. Karena sudah terbukti bermanfaat, saya berharap metode ini bisa dipakai secara luas untuk memberkati tubuh Kristus.
Referensi:
https://eltsaddik.org
https://eltsaddik.org/forum/
https://www.youtube.com/channel/UCNZzQsE5bmKshttUk51Ybzw