Doa Yairus (Matius 9:18,19,23-25; Markus 5:22-24,35-43)

Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat di Kota Kapernaun. Namanya berarti "pemancar terang."

Kita dapat merasakan pedihnya hati Yairus ketika ia melihat kesehatan anak perempuannya yang semakin menurun. Tidak ada yang bisa menolongnya lagi. Sebab itu, ia cepat-cepat mencari Yesus. Sambil menyembah Yesus, ia memohon agar Yesus datang dan menyembuhkan anak perempuannya yang amat dikasihinya. Mungkin ia datang kepada Yesus sebagai usaha terakhir pada saat ia dalam kesukaran. Sering diperlukan kesulitan untuk membawa orang kepada Yesus.

Yesus, yang selalu bersedia dan siap menolong merek ayang ada dalam kesukaran, segera pergi bersama Yairus untuk menyembuhkan anak perempuannya. Anak perempuan ini sudah hampir mati, yang memerlukan tindakan yang cepat. Melalui kecelakaan, sakit parah, dan bahkan perang, bukankah kita selalu hampir mati? Siapa yang dapat merasa yakin ia akan tetap hidup sampai besok?

Ada seorang lain yang sedang dalam kesulitan, seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Sambil berjalan berdesak-desak menuju Yesus, ia menjamah jumbai jubah-Nya dan sembuh seketika. Doanya adalah doa -- jamahan tanpa ucapan. Hal ini menimbulkan suatu gangguan yang menunda perjalanan Yesus dan murid-murid-Nya ke rumah Yairus. Kita ingin tahu apa yang dipikirkan Yairus saat itu. Ia tidak meminta Tuhan untuk bergegas-gegas, walaupun ia menghendakinya. Tentunya Yesus mempunyai suatu maksud dengan penundaan itu. Sudah pasti maksudnya ilah megajar Yairus dan kita tentang kesabaran dalam berdoa. Yesus sedang menguji iman yairus.

Akhirnya seorang utusan datang kepada Yairus seraya mengatakan, "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Pada saat iman Yairus sedang diuji, Yesus menguatkan dia: "Jangan takut, percaya saja!"

Setibanya di rumah Yairus, kita hanya dapat membayangkan penderitaan lahir batin di hati kedua orang tua gadis itu sementara mereka memilih Petrus, Yakobus, dan Yohanes lebih daripada murid-murid lainnya beserta orang tua anak itu untuk masuk ke dalam kamar anak itu.

Yesus berkata peratap-peratap "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Pada waktu itu lazim dugunakan kata "tidur" untuk mati. Anak itu sudah mati dan tidak pingsan seperti yang diduga beberapa orang. Bagi Yesus, kematian tidaklah lebih daripada tidur. Ia dapat membangunkan anak itu dari kematian. Yesus memegang tangan anak itu dan berkata, "Talita kum" ("Hai anak, bangunlah!").

Anak itu membuka matanya, duduk, bangun dari tempat tidurnya, dan segera menghampiri orang tuanya. Betapa besar sukacita yang memenuhi hati mereka!

Dari peristiwa ini, marilah kita belajar bersabar dalam doa. Bila Yesus tampaknya menunda jawaban-Nya untuk doa kita, hal itu karena Ia mempunyai sesuatu yang lebih baik bagi kita. Ia ingin memberikan jawaban yang lebih memuaskan daripada yang diharapkan.

Komentar