Mengapa Kita Berdoa Agar Kita Tidak Menjadi Orang Jahat?
Pertanyaan:
Mengapa kita memohon kepada Allah untuk menolong kita agar kita tidak menjadi orang jahat?
Pertanyaan:
Mengapa kita memohon kepada Allah untuk menolong kita agar kita tidak menjadi orang jahat?
Ditulis oleh: N. Risanti
Doa adalah media yang amat penting dalam kehidupan orang percaya. Hanya dengan dan di dalam doa, segenap orang percaya dapat memiliki komunikasi dan hubungan yang dekat dengan Allah. Seperti yang pernah dikatakan oleh tokoh reformis gereja, Martin Luther, "Menjadi seorang Kristen tanpa doa, adalah lebih mustahil dibanding hidup tanpa bernapas." Ya, doa adalah napas hidup bagi orang-orang percaya. Doa juga menjadi salah satu cara untuk menggapai kehendak dan kuasa Tuhan agar terjadi di dalam hidup kita. Tanpa doa, hidup akan menemui kehampaan, pelayanan akan berhenti, dan tidak ada kehendak Tuhan dinyatakan di dalam dan melalui kehidupan orang percaya.
Saat kami menyantap makan malam sembari membaca kalender adven, tokoh orang Majus hampir tiba di kota Bethlehem. Kini giliran Sanna yang berusia 15 tahun untuk membaca dengan suara nyaring, namun pikirannya melayang-layang sehingga ketiga orang Majus tersebut sepertinya tidak bisa sampai ke palungan di kandang domba secepatnya.
Kalimat pertama yang diucapkan putri saya adalah "Aku bisa melakukannya!" biasanya diulangi tiga kali. Kata ini diucapkan tiap kali saya berusaha melakukan sesuatu untuknya. Pada umumnya, ia bisa melakukannya sendiri. Suatu hari, saya memintanya pergi ke kamar tidur untuk mengambilkan saya sesuatu, tetapi ia tidak bisa meraih pegangan pintu.
Mengapa kita harus berdoa? Apakah para pelayan anak (guru Sekolah Minggu) harus memiliki kehidupan doa? Secara sepintas pertanyaan ini kedengarannya aneh, karena kita semua tahu bahwa orang Kristen (apalagi guru Sekolah Minggu) harus berdoa. Tetapi dalam kenyataan, kalau mau jujur, pertanyaan di atas dijawab ya hanya sebatas teori, karena dalam praktek banyak guru Sekolah Minggu yang tidak sungguh-sungguh berdoa.
Sunyi senyap mewarnai suasana hari itu. Terasa seperti kota mati tanpa penghuni! Para pedagang menutup toko mereka walaupun hari belum berakhir. Anak-anak sekolah enggan untuk bermain di taman kota seperti biasanya. Burung-burung menyimpan nyanyian mereka seolah turut menyatakan keprihatinan mereka. Hanya bunyi gesekan dedaunan yang ditiup angin yang terdengar di halaman Rumah Tuhan saat itu. Tidak seorang pun berani membuka suara mereka setelah raja Yosafat menaikkan doanya mewakili seluruh Yehuda yang berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan istri dan anak-anak mereka saat itu. Satu menit berlalu dalam kebisuan, dua menit... tiga menit... seolah lama... sekali. Tiba-tiba di tengah keheningan Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dihinggapi Roh TUHAN di tengah-tengah jemaah, dan berseru: