Hizkia: Saat Ajal Menjelang

Hizkia adalah salah seorang raja Yehuda yang terkemuka. Kepemimpinannya dimulai dari menjadi raja bantu bagi raja Ahaz pada tahun 729 SM, dan kemudian menjadi satu-satunya raja pada tahun 716 SM.

Hizkia menjadi raja ketika ia berusia 25 tahun (2 Tawarikh 29:1). Begitu naik takhta, pemimpin muda ini langsung melakukan gerakan reformasi religius yang berdampak nasional, yaitu gerakan pengudusan kembali rumah Tuhan (2 Tawarikh 29:3). Gerakan ini ditanggapi positif dan berlanjut dengan pemulihan perayaan Paskah, yang juga diselenggarakan secara nasional (2 Tawarikh 30:1).

Dari kegerakan itu tampak jelas kapasitas kepemimpinan Hizkia. Sejak awal ia mempunyai kemampuan untuk memobilisasi, memotivasi, dan mengarahkan bawahannya dengan baik. Ia dihormati oleh golongan alim ulama dan petunjuk-petunjuknya ditaati. Hizkia pun pandai dalam hal menghargai orang-orangnya. Ia tidak asal main perintah, tetapi juga memberi apresiasi. Sebagai contoh, Hizkia mengucapkan kata-kata pujian kepada semua orang Lewi yang menunjukkan akal budi yang baik dalam melayani Tuhan (2 Tawarikh 30:22a).

Jika seorang pemimpin terlatih hidup militan di dalam doa, ketika menghadapi masa yang paling kritis pun ia tetap berdoa.


FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Hizkia mempunyai kapasitas yang hebat dalam kepemimpinan di bidang militer. Hizkia berhasil dalam peperangan. Hizkia melakukan pemberontakan sehingga kerajaannya tidak lagi takluk kepada Asyur (2 Raja-Raja 18:7). Dialah yang mengalahkan orang Filistin sampai ke Gaza dan memusnahkan daerahnya, baik menara-menara penjagaan maupun kota-kota yang berkubu (2 Raja-Raja 18:8).

Hizkia juga berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat dengan menggalakkan pembangunan nasional. Ia membendung sungai Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud (2 Tawarikh 32:30). Ia juga membangun kolam-kolam dan saluran-saluran air (2 Raja-Raja 20:20).

Menjelang akhir hidupnya, Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar (2 Tawarikh 32:27a). Hizkia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai, dan segala macam barang yang indah-indah ... mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing, domba, dan lembu, ... (2 Tawarikh 32:27b-29). Ketika mangkat, seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem memberinya penghormatan (2 Tawarikh 32:33b).

Kehidupan Doanya

Gerakan pengudusan rumah Tuhan, menjadi prioritas dalam kepemimpinan Hizkia (2 Tawarikh 29:3,17). Hal itu menunjukkan apresiasi Hizkia terhadap kehidupan doa yang kudus. Ia sangat menyadari betapa Tuhan memurkai umat-Nya sendiri, yang tidak hidup di dalam kesucian (2 Tawarikh 29:6-9).

Pemimpin Kristen harus membangun dua hal ini: kehidupan doa dan kesucian. Banyak pemimpin tekun berdoa, tetapi hidupnya tidak kudus. Di sepanjang sejarah telah terbukti ada tiga tantangan utama bagi sang pemimpin: harta, takhta, dan seks.

Dalam urusan doa dan ibadah, Hizkia sangat radikal. Ia tidak kompromi dengan penyembahan sesat. Di bawah arahannya, segenap rakyat meremukkan segala tugu berhala, menghancurkan segala tiang berhala, dan merobohkan segala bukit pengorbanan dan mezbah di seluruh Yehuda dan Benyamin, juga di Efraim dan Manasye, sampai musnah semuanya (2 Tawarikh 31:1a).

Hizkia

Dalam kehidupan doanya, Hizkia menghayati pola pujian dan penyembahan. Ketika menguduskan rumah Tuhan, Hizkia memerintahkan para petugas untuk mempersembahkan korban bakaran yang dilanjutkan dengan puji-pujian syukur (2 Tawarikh 29:27). Mereka menyanyikan puji-pujian dengan sukaria, lalu berlutut dan sujud menyembah (2 Tawarikh 29:30b).

Dari kuantitas hewan korban yang dipersembahkan, menunjukkan bahwa Hizkia tidak tanggung-tanggung dalam memberi persembahan kepada Tuhan (2 Tawarikh 29:32-33). Hizkia sendiri secara pribadi menyumbangkan seribu ekor lembu jantan dan tujuh ribu kambing domba (2 Tawarikh 30:24).

Hizkia adalah seorang pemimpin yang sangat memerhatikan dan mendukung penuh para pendoa (imam). Ia memerintahkan rakyatnya untuk menyokong kaum Lewi yang menjalankan tugas ibadah (2 Tawarikh 31:4). Hizkia pun berdoa syafaat bagi umatnya, memohon supaya ibadah mereka diperkenan Tuhan (2 Tawarikh 30:18b-20).

Jika pemimpin Kristen tekun berdoa, menggerakkan jemaat atau seluruh stafnya untuk berdoa, menyokong penuh gerakan-gerakan doa, pastilah kepemimpinannya diberkati Tuhan. Dengan model kepemimpinan ala Hizkia ini, gereja, perusahaan, yayasan, atau lembaga yang Anda pimpin, akan mengalami transformasi doa yang kuat. Ketika bahaya datang, Tuhan pun mengirimkan para malaikat untuk menolong kita, sama seperti Tuhan mengirim para malaikat untuk mengalahkan tentara musuh setelah Hizkia berseru dalam doanya (2 Tawarikh 32:20-21).

Menghadapi Penyakit dan Kematian

Seorang pemimpin, betapa pun hebat, pandai, kaya, dan jayanya dia, tetaplah seorang manusia fana yang terdiri atas darah dan daging. Suatu saat bisa jatuh sakit dan mati. Tidak ada alasan untuk membanggakan diri dan prestasi. Ketika penyakit dan kematian menggerogoti tubuh, siapa pun kita akan mencari Tuhan.

Hizkia pun jatuh sakit dan hampir mati (Yesaya 38:1a). Yang memberatkan hatinya saat itu adalah berita negatif dari Tuhan, yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Beginilah firman Tuhan, Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." (Yesaya 38:1b) Mungkin kita tidak mendapat pesan negatif dari Tuhan, tetapi dari dokter. Ahli medis berkata, "Umur Anda tak lebih dari satu bulan!" Mendengar informasi buruk seperti itu, seorang pemimpin yang brilian sekalipun pasti akan keder.

Hizkia sakit

Tetapi, Hizkia tidak putus asa. Meskipun stres, Hizkia berdoa juga. Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan (Yesaya 38:2). Setelah berdoa, kemudian menangislah Hizkia dengan sangat (Yesaya 38:3b). Seorang pemimpin Kristen tidak perlu malu untuk menangis. Kadang kita terlalu gengsi untuk mengakui perasaan hati kita yang hancur. Menangis itu sendiri adalah doa di hadapan Tuhan. Doa tidak selalu dengan kata-kata, namun dengan "bahasa air mata".

Doa yang tulus dan muncul dari hati yang hancur diperkenan Tuhan. Firman-Nya: "Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu." (Yesaya 38:5a) Tuhan melihat air mata doa anak-anak-Nya. Ia memerhatikan bagaimana air mata menggenangi tempat tidur kita dan bagaimana air mata membanjiri ranjang kita (Mazmur 6:7). Air mata doa kita ditaruh Tuhan dalam kirbat-Nya (Mazmur 56:9)!

Jawaban doa yang Tuhan berikan kepada Hizkia, lebih banyak dari apa yang dia pikirkan dan doakan (Efesus 3:20). Hizkia sendiri hanya minta supaya Tuhan mengingat dirinya (Yesaya 38:3). Tetapi Tuhan memberikan lima berkat: kesembuhan dari penyakit, tambahan umur 15 tahun (Yesaya 38:5b), pertolongan Tuhan berupa kelepasan kotanya dari tangan raja Asyur (Yesaya 38:6), perlindungan Tuhan alas kotanya (Yesaya 38:6), dan tanda ajaib mundurnya penunjuk matahari sepuluh tapak (Yesaya 38:7-8).

Jika seorang pemimpin terlatih hidup militan di dalam doa, ketika menghadapi masa yang paling kritis pun ia tetap berdoa. Banyak pemimpin Kristen tidak bisa lagi berdoa manakala masalah berat melanda hidupnya. Ia lantas menyerah kalah atau sebaliknya, berjuang dengan kekuatan sendiri.

Download Audio

Diambil dari:
Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Judul artikel : Hizkia: Saat Ajal Menjelang
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 51 -- 56

Komentar