Iman dan Kebudayaan

Iman adalah relasi antara manusia dengan kuasa di luar kenyataan hidupnya, yang ia segani, ia takuti dan oleh karena itu, ia sembah. Cara dan bentuk-bentuk penyembahan itu disebut agama yang disistematisasi dalam kerangka ajaran-ajaran yang diturunkan melalui tradisi atau yang "diwahyukan" kepada manusia.

Alkitab

Kebudayaan merupakan suatu pola hidup manusia dalam kelompok, jadi kebudayaan itu dihayati dan diamalkan dalam hubungan dengan sesama anggota kelompok atau komunitas. Dan iman sebagai relasi yang lebih berdimensi vertical, dihayati dan diamalkan dalam dimensi horizontal. Sebaliknya kebudayaan lebih berdimensi horizontal, tetapi ia tidak bisa dilepaskan dari dimensi vertikal. Bahkan, iman dapat diinterpretasikan sebagai sumber dan dasar kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu sering diidentikkan dengan agama yang berdimensi vertikal. Satu ilustrasi konkret ialah persepsi orang Kristen terhadap nyanyian "Malam Kudus".

Lagu "Malam Kudus" sudah merupakan milik dunia, mungkin lagu inilah yang dinyanyikan oleh terbanyak orang Kristen di seluruh dunia. Di jemaat-jemaat lokal di Toraja, Irian, Jawa, Batak, Bugis, Sunda, dll., lagu Malam Kudus tidak pernah absen dalam perayaan-perayaan Natal. Ia sudah termasuk salah satu unsur sub-kebudayaan lokal yang muncul pada bulan Desember dan bahkan pada Januari.

Menurut "Niebuhr" nisbah antara Injil Kristus dan kebudayaan merupakan masalah yang tidak habis-habisnya (enduring problem). Itu adalah masalah iman yang dihayati dan diamalkan di tengah-tengah kebudayaan yang beraneka ragam. Masalah ini dapat ditelusuri dalam Alkitab. Kesetiaan dan ketaatan umat Allah diukur dari pola hidupnya, sampai di mana umat Allah sebagai suatu persekutuan mempunyai pola hidup tersendiri dan dapat mengamalkan pola hidup itu. Dapatkah pola hidup orang Yahudi disebut pola hidup yang dikehendaki Allah? Bagaimana sikap Yesus mengenai adat-istiadat dan kebudayaan Yahudi? Yesus berkata, "Sesungguhnya Kerajaan Allah itu ada di antara kamu." Jadi, kebudayaan Kristen itu ada di antara kita, karena itulah pola hidup Kerajaan Allah yang ada di antara kita. Proklamasi dan penampakan Kerajaan Allah itulah misi kita, misi umat Allah. Pengalaman kehidupan Kristen menurut kebudayaan Kerajaan Allah adalah misi umat Allah.

Kebenaran firman Allah itu dikomunikasikan, diberitakan seterusnya ke dalam kontek-konteks yang lain.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Kebudayaan Kristen menampakkan dirinya sebagai tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah-tengah kebudayaan di mana orang Kristen hidup. Hanya kita harus waspada terhadap pengidentikan kebudayaan Kristen sebagai sub-kebudayaan dengan pola hidup yang dikehendaki Allah, yaitu pola hidup Kerajaan Allah. Setiap kebudayaan, termasuk sub-kebudayaan yang berorientasi kepada Kristus harus ditransformasi terus-menerus dari kebudayaan yang nyata ke tingkat kebudayaan yang sesuai dengan kehendak Allah, yaitu kebudayaan Kerajaan Allah. Kaidah kita adalah firman Allah.

Kalau kita mendengarkan Injil Kristus Yesus yang diberitakan kepada kita, lalu kita berusaha mengertinya dan menghayatinya dengan cara kita merasa, berpikir, dan bertindak yang dibentuk dan ditentukan oleh adat-istiadat dan kebudayaan kita, lalu hasil penghayatan itu kemudian kita tuangkan ke dalam bentuk-bentuk yang dapat kita pahami dan hayati, kita sudah terlibat dalam usaha kontekstualisasi.

Dalam memahami dan menghayati Injil sebagai kebenaran dalam kategori-kategori, bentuk-bentuk kebudayaan kita, kita harus sadar akan tiga hal:

1. Firman Allah adalah kebenaran, datang ke dalam konteks/kebudayaan tertentu. Ia memasuki konteks tertentu, berkomunikasi dan dikomunikasikan dalam konteks itu. Ajaran-ajaran atau dogma-dogma dirumuskam dalam kategori-kategori kontekstual.

Peta dunia

2. Kebenaran firman Allah itu dikomunikasikan, diberitakan seterusnya ke dalam kontek-konteks yang lain.

3. Dalam perjalanan kebenaran firman Allah, Injil Yesus Kristus sampai ke ujung bumi dengan berbagai macam kebudayaan dan dihayati, dituangkan ke dalam bermacam-macam bentuk penghayatan dan perumusan. Hal itu dapat dijelaskan melalui peristiwa Natal.

- Injil ialah: firman Allah telah menjadi manusia, Yesus Kristus lahir, itu berita kesukaan = Injil = berita yang membahagiakan.

- Berita itu diceritakan dalam bahasa Aram, kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani.

- Kemudian Injil diberitakan ke Eropa; ia mendapatkan pula budaya Eropa antara lain pohon Natal, dan kidung-kidung Natal, "Malam Kudus" misalnya, baru mulai dinyanyikan pada abad XIX. Pohon Natal dan kidung-kidung Natal bukan lagi unsur-unsur kebudayaan Eropa Barat semata, tetapi sudah menjadi milik dunia.

Download Audio

Komentar