Menemukan Hati Gembala dari Allah

Daud, penulis Mazmur 16,, mengetahui banyak mengenai air kehidupan yang berasal dari Allah. Ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk minum dari mata air hadirat-Nya yang ilahi melebihi siapa pun dalam Alkitab. Merujuk pada pernyataan Alkitab bahwa ia adalah seorang yang berkenan di hati Allah, Daud memiliki hubungan yang terikat dengan Allah melebihi siapa pun pada zamannya, sebuah hubungan yang ditempa dalam api kesengsaraan.

Dijauhi sebagai seorang anak oleh keluarganya, Daud menghabiskan tahun-tahun kehidupannya dalam pengasingan. Sebagai seorang pemuda, ia menggembalakan domba seorang diri di pegunungan Yudea. Dilupakan dan tidak dipedulikan oleh ayah dan saudara-saudaranya ketika Samuel datang untuk mengurapi salah satu dari mereka untuk menjadi raja, mereka menganggap Daud sangat tidak layak sehingga mereka tidak mau repot-repot memanggilnya dari ladang penggembalaan. Bahkan, setelah namanya terkenal sesudah mengalahkan Goliat, Daud menderita penolakan. Menjalani hidup kesepian sebagai seorang buronan, Daud menghabiskan bertahun-tahun untuk bersembunyi dari Saul yang ingin membunuhnya.

Namun, dengan semua alasan manusiawi untuk merasa diabaikan dan dilupakan, Daud tidak merasakan hal-hal tersebut. Bahkan, menurut orang-orang Yahudi yang bijaksana:

"Daud menemukan padang rumput yang subur dan air yang mengalir pada jiwanya dari Bapanya, yaitu Allah, yang juga menjadi saudara dan temannya. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan hadirat ilahi Allah dan pancaran cahaya-Nya yang mengisi seluruh kehidupan Daud dalam segala hal. Daud menciptakan kidung dan pujian sebagai hasil dari kedekatannya dengan Allah. Kehidupannya padang belantaranya diubah menjadi suatu kehausan akan Allah yang hidup, kecintaan kepada Allah yang begitu melekat dan penuh hasrat."

Tampaknya, semakin dijauhkan, dituduh, disalahkan, dan dipermalukan oleh keluarga dan bangsanya, Daud semakin berusaha menantikan pertolongan dari Tuhan. Dan, semakin ia menanti, semakin ia dipersiapkan dan ditempatkan untuk takdirnya yang hebat. Inilah yang Iblis maksudkan dengan rencana jahat yang berubah menjadi hal baik. Bukannya menghancurkan Daud, tahun-tahun yang Daud lalui sendiri bersama Tuhan justru telah membuka pintu pewahyuan kepada kebaikan dan cinta kasih Tuhan, sebuah pewahyuan yang menginspirasi Daud untuk menulis Mazmur, yang terus bergema di sepanjang generasi penerusnya dengan kata-kata ini:

"Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia menuntunku ke air yang tenang. Ia menyegarkan jiwaku ...." (Mazmur 23:1-3)

Sebagai orang percaya (masa) Perjanjian Baru, kita terkadang mengambil kebenaran ayat-ayat tersebut dengan meremehkannya. Kita mengganggap bahwa karena pekerjaan awalnya, Daud dengan mudah memiliki pengertian yang istimewa mengenai hubungan antara domba dan gembala. Sebagai contoh, ia mengerti bahwa untuk dapat berbaring dengan tenang, seekor domba harus bebas dari rasa takut dan dari gesekan dengan domba lainnya dalam kawanannya. Domba harus bebas dari gangguan lalat, parasit/penyakit, dan rasa lapar. Mereka memerlukan persediaan, kenyamanan, dan perlindungan yang hanya dapat diberikan oleh seorang gembala.

Konsepnya terlihat sangat sederhana sehingga kita terkadang mengabaikan kenyataan bahwa ketika Daud mengatakan bahwa Allah akan menyediakan hal-hal tersebut baginya, ketika ia menyatakan bahwa sang Pencipta akan melakukan kepada umat-Nya seperti apa yang Daud sendiri lakukan kepada dombanya, Daud sedang memperlihatkan hati Gembala yang dimiliki Yang Maha Kuasa. Ia sedang membuka jalan kepada sebuah kebenaran yang tidak terdengar pada masanya.

Dalam kehidupan Daud, ketenangan merupakan mesin penetas untuk membuka hal-hal tersebut.

Begitu juga dengan kita hari ini. Walaupun persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya memiliki tempat yang penting dan walaupun khotbah dan pengajaran, serta kegiatan pelayanan adalah menolong dan penting, waktu-waktu penantian ketika kita mendengar langsung dari Allah dapat mengubah kita sedemikian rupa sehingga tidak ada cara lain yang dapat melakukannya.

Ratusan tahun yang lalu, Thomas Goodwin, seorang pengajar puritan, menjelaskan hal itu dalam kata-kata berikut ini:

"Ketika kita menanti-nantikan Tuhan, Roh Kudus masuk ke dalam hati kita, terkadang dalam doa dengan pancaran cahaya dari surga, yang melaluinya kita melihat lebih banyak Allah dan kemuliaan-Nya, berbagai pemikiran yang menakjubkan dan pemahaman akan Allah yang diperluas, banyak cahaya menyatu dan jatuh ke dalam pusat hati kita. Dengan turunnya aliran ilahi ini, Allah hadir ke dalam hati kita dengan sinar dari diri-Nya sendiri. Kita bukanya datang kepada Allah untuk bersekutu dengan-Nya dengan cara menyatukan seluruh pemikiran yang salah, melainkan dengan menyatukan berbagai cahaya dari surga yang memancar ke dalam jiwa kita, sehingga kita dapat lebih mengenal Allah dalam persekutuan itu daripada yang dapat kita pelajarai dari hikmat manusia dalam setahun."

Diterjemahkan dari:

Nama Situs : cfaith.com
Alamat URL : http://www.cfaith.com/index.php?option=com_content&view=article&id=16895:discovering-the-shepherd-heart-of-god&catid=50:prayer-
Judul asli artikel : Discovering the Shepherd Heart of God
Penulis artikel : Lynne Hammond
Tanggal Akses : 12 April 2013

Komentar