Mengampuni Musuh (Kisah Para Rasul 13:35)

Saya mencintai musuh saya. Apakah saya juga mencintai kepribadiannya yang buruk? Jika saya tidak mencintai kepribadiannya yang buruk, itu berarti saya tidak mencintainya secara keseluruhan.

Tuhan terlebih dulu memberkati mereka yang telah membunuh Anak-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kita juga harus memperlakukan musuh kita sama seperti kita memperlakukan teman baik kita. Prinsipnya adalah kasih terhadap musuh kita harus total. Ini berarti bahwa kita harus mengasihi musuh kita sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Hanya dengan cara inilah, kasih tersebut dapat menjadi nyata dalam kehidupan kita.

Ada sebuah ilustrasi sebagai berikut: Ada seorang kaya yang memiliki banyak sekali budak. Ia memunyai seorang budak yang bernama Paulus. Ia memercayakan seluruh urusan rumah tangga kepadanya. Pada suatu hari, ia pergi bersama Paulus ke pasar budak untuk membeli budak-budak yang baru. Sebelum mengadakan transaksi, mereka terlebih dulu mengecek kondisi fisik dari budak-budak yang akan dibeli. Paulus melihat seorang tua yang sudah lemah, dijual. Ia memohon kepada majikannya untuk membeli budak tua tersebut. Tetapi, majikannya menjawab, "Ia tidak berharga. Tidak ada yang dapat dilakukannya."

"Belilah ia," Paulus memohon lagi. "Ia murah. Saya berjanji bahwa pekerjaan rumah tanggamu akan menjadi lebih baik."

Akhirnya, majikannya menyerah dan membeli budak tersebut. Dan, memang benar bahwa pekerjaan rumah tangga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Majikannya melihat bahwa sekarang Paulus bekerja untuk 2 orang, yaitu: untuknya dan untuk budak yang sudah tua tersebut. Paulus memerhatikan budak tua ini, memberinya makanan terbaik, dan memberikan waktu istirahat yang lebih banyak kepadanya.

Majikannya berkata kepada Paulus, "Engkau tahu bahwa aku menghargaimu. Aku tidak keberatan jika engkau melindungi orang tua ini. Hanya katakanlah kepadaku, siapakah orang tua ini? Apakah ia ayahmu?"

Paulus menjawab, "Saya berutang kepada orang ini lebih daripada ayahku."

Majikannya bertanya lagi, "Apakah ia gurumu?"

Paulus menjawab, "Bukan. Saya berutang kepada orang ini lebih daripada guruku. Ini adalah musuhku. Ia telah membunuh ayah saya dan menjual kami, anak-anaknya menjadi budak. Saya adalah seorang pengikut Kristus yang harus melaksanakan perintah-Nya. Salah satu di antaranya adalah mengasihi musuh kita dan membalas kejahatan dengan kebaikan."

Inilah yang seharusnya dirasakan oleh orang Kristen di dalam hatinya. Tak seorang pun akan merasa diterima jika bagian terburuk dalam kehidupannya tidak diterima. Kasih yang penuh pengampunan inilah yang menaklukkan semuanya. Saudara-saudari yang saya kasihi, cintailah musuhmu. Apakah engkau sudah mengampuni musuhmu dan berdoa bagi mereka yang telah menganiaya kamu?

Diambil dari:

Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Mei -- Juni 2002
Penulis : Richard Wurmbrand
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 2

Komentar