Salomo: Memohon Hikmat

Setelah Daud mangkat, Salomo naik takhta dengan proses yang tidak mulus. Adonia, anak Daud yang tertua, sangat berambisi mewarisi takhta pemerintahan ayahnya (1 Raja-raja 1:5). Adonia mengumpulkan dukungan dan bahkan sempat mengadakan pesta penobatan di En-Rogel. Tetapi akhirnya Salomo yang naik, dengan dukungan penuh dari Panglima Benaya, Imam Zadok, dan Nabi Natan.

Salomo menjadi Raja Israel yang sangat terkenal, terutama karena hikmatnya yang luar biasa. Tercatat bahwa orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu (1 Raja-raja 4:34). Ia lebih bijaksana dibanding tokoh-tokoh bijak dari Mesir, Arab, Kanaan, dan Edom (1 Raja-Raja 4:31).

Kerajaan Israel menjadi sangat kuat selama era kepemimpinan Salomo. Pertahanan militer Salomo adalah berupa benteng-benteng yang dibangun melingkari kota-kota strategis di dekat perbatasan-perbatasan Israel. Di kota-kota tersebut selalu disiagakan kompi-kompi pasukan kereta perang (1 Raja-raja 9:15-19). Lagipula Salomo memunyai kuda di 40.000 kandang untuk kereta-keretanya dan 12.000 orang berkuda (1 Raja-raja 4:26).

Salomo adalah seorang pedagang yang gesit. Ia tahu benar betapa pentingnya posisi Israel sebagai jembatan yang menghubungkan Mesir dengan Asia. Salomo memanfaatkan letak geografis yang strategis itu untuk menguasai jalan kafilah utama dari utara ke selatan. Perjanjian dengan Raja Tirus memungkinkan Israel memonopoli jalur pelayaran laut. Di bawah strategi perdagangannya, tingkat perekonomian Israel menjadi sangat tinggi.

Kekayaan Salomo tidak terbilang besarnya, sampai-sampai seluruh perkakas minuman dan semua perabot di istana terbuat dari emas murni (1 Raja-raja 10:21). Takhta Salomo dibuat dari gading yang disalut dengan emas tua (1 Raja-raja 10:18). Tercatat bahwa raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat (1 Raja-raja 10:23).

Kerajaan Israel berkembang luas: Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari Sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir (1 Raja-raja 4:21a). Di bawah kepemimpinan Salomo, negeri dan rakyatnya hidup makmur dan damai (1 Raja-raja 4:24).

Kehidupan Doanya

Tuhan memberkati kepemimpinan Salomo karena ia tekun berdoa. Ia mengutamakan pembangunan rumah Tuhan (Bait Suci) sebelum membangun istananya sendiri (1 Raja-raja 5-6). Bait Suci merupakan sentral kegiatan ibadah dan doa bagi umat Israel, tempat suci di mana Allah hadir menyatakan diri-Nya.

Untuk konteks saat ini, tubuh kitalah bait suci itu, rumah Tuhan (1 Korintus 6:19). Roh Tuhan tinggal dan memenuhi kita dan kita pun bisa menjalin hubungan roh dengan Allah. Kepenuhan akan Roh Tuhan dan kehidupan doa merupakan perkara utama yang harus kita bangun.

Salomo senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan. Ada kalanya ia berbicara, ada waktunya Tuhan berfirman kepadanya. Ketika mendirikan Bait Suci, Tuhan bersabda kepada Salomo (1 Raja-raja 6:11). Sering kali kita hanya sibuk membangun, membuat proyek, mengerjakan pelayanan, tetapi lupa berdoa untuk mendengarkan suara-Nya. Pemimpin sejati memang harus bekerja keras, tetapi jangan melupakan doa supaya tidak kehilangan kontrol dari Tuhan.

Salomo adalah seorang raja yang tidak mengenal istilah boros ketika memberi persembahan untuk Tuhan. Dalam penahbisan Bait Suci misalnya, Salomo mempersembahkan 22.000 ekor lembu sapi dan 120.000 ekor kambing domba (1 Raja-raja 8:63).

Jangan terlalu berhemat dan kikir di dalam doa. Karena sibuk dan takut tersita waktunya, kadang seorang pemimpin tak mau berlama-lama dalam hadirat Tuhan. Berdoa cukup 5 menit saja, sebab baginya "time is money" (waktu adalah uang). Jangan pula kikir dalam mendoakan orang lain. Kalau perlu doakan semua jemaat Anda, dan seluruh karyawan Anda. Yesus sendiri berdoa semalam-malaman sebelum memilih murid-Nya (Lukas 6:12).

Salomo adalah motivator dan fasilitator gerakan doa. Ia menggerakkan para tua-tua, semua kepala suku, dan para pemimpin puak Israel untuk berdoa (2 Tawarikh 5:2). Salomo memobilisasi para imam dan pemuji dalam ibadah akbar penahbisan Bait Suci (2 Tawarikh 5:11-12). Gerakan doa sekota maupun nasional sekarang ini juga membutuhkan keterlibatan proaktif dari para pemimpin Kristen.

Kehidupan doa Salomo memunyai dimensi pengalaman supernatural yang dahsyat. Bayangkan, setelah Salomo mengakhiri doanya, api pun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan Tuhan memenuhi rumah itu (2 Tawarikh 7:1)!

Permohonan yang Baik

Salomo memulai karier kepemimpinannya dengan doa. Hal itu menunjukkan bahwa ia mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Ia sadar bahwa dirinya masih sangat muda dan belum berpengalaman (1 Raja-raja 3:7). Ia juga menyadari bahwa dirinya menjadi raja karena warisan takhta (ascribed status) dari ayahnya, bukan karena penunjukan profetis oleh seorang nabi Tuhan seperti pada pemilihan Saul dan Daud dulu.

Kini banyak pemimpin muda yang sombong. Mereka bergerak dengan samangat muda dan idealisme yang tinggi, namun tanpa pengalaman. Ketika tidak mengandalkan Tuhan melalui doa, jatuhlah mereka. Salomo memberi kita teladan kerendahan hati.

Setelah mempersembahkan korban, Tuhan menampakkan diri dalam mimpinya pada suatu malam (1 Raja-raja 3:5a). Ini merupakan bentuk "personal encounter" atau perjumpaan pribadinya dengan Tuhan. Seorang pemimpin perlu mengalami Tuhan secara pribadi, meskipun tidak harus sensasional. Tuhan menampakkan diri kepada Musa dalam wujud api di semak belukar, tetapi kepada Salomo Tuhan menyatakan diri melalui mimpi. Jangan membatasi cara Tuhan berbicara, jangan pula merasa "kurang rohani" manakala Tuhan tidak menjumpai kita secara spektakuler. Jangan seperti Tomas yang belum percaya kalau belum menjamah Yesus secara fisik (Yohanes 20:25).

Tuhan pernah memuji Salomo sebab ia menaikkan suatu permohonan (permintaan) yang dianggap baik. Saat itu Tuhan memberi tawaran: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu" (1 Raja-raja 3:5b). Salomo tidak meminta umur panjang, kekayaan, nyawa, atau hal-hal material dan duniawi lainnya. Tetapi, Salomo meminta agar Tuhan memberinya "hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Nya" (1 Raja-raja 3:9) atau "pengertian untuk memutuskan hukum" (1 Raja-raja 3:11).

Coba seandainya Tuhan datang dan bertanya kepada kita tentang apa permintaan kita. Sebagai pendeta, mungkin kita akan berseru, "Tuhan, berilah aku gedung ibadah yang besar!" Sebagai pemimpin perusahaan, mungkin kita akan berdoa, "Tuhan berilah aku modal yang besar!" Belajarlah seperti Salomo, memohon hikmat kebijaksanaan untuk menjadi pemimpin yang baik.

Permintaan Salomo dipandang baik karena berkadar rohani tinggi dan mengutamakan panggilan pelayanannya sebagai pemimpin. Ia tidak serakah, namun hanya ingin menyenangkan hati Bapa dengan menjadi pemimpin yang baik. Karena itu, doanya dijawab plus diberi bonus berupa kekayaan, umur panjang, dan kemuliaan (1 Raja-raja 3:13). Tuhan memberi jauh lebih banyak dari apa yang kita doakan (Efesus 3:20)!

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 33 -- 38

Komentar