Sebuah Beban dan Bagaimana Mendoakannya

Sebuah beban adalah perasaan yang sedang dirasakan Allah dan, seperti doa, diberikan ke dalam hati kita melalui Yesus, oleh Roh Kudus. Kemudian, kita mengembalikannya kepada Allah yang Mahakuasa oleh Roh Kudus, melalui Yesus dan diterima dan dijawab oleh Bapa, atau dengan kata lain mengambil beban itu.

dari Allah Bapa --> kepada Yesus --> oleh Roh Kudus --> untuk kita

dari kita --> oleh Roh Kudus --> kepada Yesus --> untuk Allah Bapa

Setiap beban berbeda-beda untuk setiap orang dan setiap beban unik bagi orang itu. Pendeta atau pasangan Anda mungkin tidak memahami perasaan Anda, sama seperti Anda tidak dapat memahami perasaan mereka. Namun, Anda harus melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada Anda, mengizinkan saya melakukan apa yang saya terima dari Dia, dan membiarkan orang lain melakukan kehendak Allah juga. Dengan cara seperti ini, tujuan Allah dapat dicapai sepenuhnya.

Saya melihat bahwa melalui hidup saya sebagai pendoa syafaat, beban turun ke atas saya melalui dua cara yang berbeda, saya menyebutnya dengan beban sesaat dan beban berperiode (jangka panjang).

Beban Sesaat

Salah satu keahlian saya sebagai perawat bersertifikat (sebelum saya menjadi misionaris) adalah perawatan gawat darurat. Apa pun yang sedang saya kerjakan -- menulis laporan, merawat pasien, atau sedang minum teh -- begitu tanda darurat terdengar, saya akan segera meninggalkan segalanya dan berurusan dengan keadaan gawat yang sedang terjadi. Mengapa? Karena itu adalah masalah hidup dan mati. Saya tetap tinggal di Instalasi Gawat Darurat sampai semuanya beres atau masalah itu diambil alih oleh departemen lain.

Beban sesaat adalah panggilan gawat darurat dari Roh Kudus. Sekarang semakin jelas bahwa Allah tidak membutuhkan pertolongan dari manusia yang begitu lemah, tetapi dalam kasih-Nya yang begitu indah kepada kita, Dia telah melibatkan anak-anak-Nya dalam pekerjaan-Nya. Sama seperti seorang ayah mengajak anaknya yang masih muda untuk mengerjakan hal yang sederhana dalam bisnisnya, untuk mengajarinya dan mencontohkan proses pengerjaannya, dan juga karena ayah ini suka bekerja bersama dengan anaknya, demikianlah Bapa surgawi kita melibatkan kita di dalam pekerjaan-Nya. Bukan karena ayah ini membutuhkan bantuan anaknya. Bahkan, terkadang pekerjaan itu tambah bermasalah, bukannya semakin cepat beres, tetapi karena ayah ini sayang kepada anaknya itu, kasih itu menang. Masalah itu bisa dibereskan nanti!

Beban sesaat, dalam istilah gawat daruratnya yang benar, menuntut perhatian, dan ketaatan yang sekarang juga. Beban ini membutuhkan kepekaan terhadap Allah yang paling tinggi. Menerima panggilan saja tidaklah cukup, respons sesaatlah yang membereskan kekacauan!

Bayangkan adegan di rumah sakit tadi, yaitu saat tanda darurat terdengar. Saya menerima panggilan itu, tetapi jika saya tidak meresponsnya, saya tidak dapat berurusan dengannya. Hal yang sama berlaku pada beban sesaat, tidak ada gunanya bila Anda hanya sadar bahwa Anda sedang menerima sebuah beban dari Allah semesta alam. Jika Anda tidak bertindak berdasarkan beban itu sesegera mungkin, tidak akan ada yang terjadi. Tidak ada gunanya berpikir begini, Ah, ya, aku menerima beban yang mendesak dari Allah untuk hal ini dan itu. Aku akan mendoakannya nanti malam di rumah. Sekarang aku harus belanja dahulu. Yang seperti ini tidak akan mengubah apa-apa! Roh Kudus mengizinkan Anda merasakan isi hati Allah pada detik itu karena ada seseorang atau situasi tertentu yang membutuhkan perhatian saat itu juga.

Sekarang, banyak orang yang berkata begini kepada saya, "Kamu sih bisa Suzette -- kamu kan pendoa syafaat sepenuh waktu, dan kesibukanmu hanya berdoa saja." Kenapa orang bisa salah kaprah seperti ini? Sudah berkali-kali terjadi, ketika saya sedang makan bersama dengan para pemimpin dan pendeta, tiba-tiba saja ini menyergap dan memaksa saya berdoa. Saya segera permisi, berjalan menuju toilet, dan berdoa! Kemudian, saya kembali ke meja dan bergabung dalam obrolan, tanpa seorang pun menjadi saksi terhadap apa yang baru saja terjadi antara Bapa dan saya. Akan tetapi, di alam roh, Bapa tahu dan iblis juga tahu saya baru saja bermitra dengan Bapa saya untuk mengurus situasi itu, walaupun kerja sama itu hanya butuh satu atau dua menit.

Beban Sesaat Menuntut Perhatian dan Ketaatan yang Sekarang Juga.

Saya sering mendengar sesuatu dan segera menyadari bahwa saya harus mendoakannya. Contohnya, seperti yang saya sebutkan dalam bab satu, saat itu saya berada di kamar sebuah hotel, sedang bekerja dengan laptop, dan mendengar suara sirene meraung masuk melalui jendela yang terbuka. Begitu sirene itu tertangkap telinga saya, sesuatu menendang roh saya -- itu adalah panggilan Allah untuk berdoa. Sekarang, setiap kali sebuah ambulans melintas atau saya melihat sebuah kecelakaan, saya segera berdoa bagi orang-orang yang terlibat. Karena setiap saat saya terhubung dengan Bapa surgawi saya -- tidak hanya saat saya berlutut atau bersaat teduh, tetapi juga saat saya sedang bekerja -- saya dapat mengenali panggilan-Nya untuk bertindak.

Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada(Kisah Para Rasul 17:28a).

Ketika saya mengetik di komputer, saya ada di dalam Dia. Ketika saya berbelanja, saya ada di dalam Dia. Kita ada di dalam Dia setiap waktu dan oleh karena itu kita bisa menerima beban sesaat itu kapan saja! Kita melayani Allah yang Mahatahu. Jadi, ketika beban sesaat itu datang, Dia sepenuhnya memahami kondisi dan kemampuan Anda. Dia adalah Bapa Anda dan Dia tidak akan meminta Anda melakukan hal yang mustahil untuk dikerjakan! Dia tidak akan memaksa Anda berdoa tiga jam penuh sedangkan dua jam lagi Anda ada janji. Dia adalah Allah yang tertib!

Berikut ini adalah contoh-contoh beban sesaat di dalam Alkitab:

Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus (Yohanes 11:33-35).

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya (Lukas 19:41).

Setelah Malaikat Tuhan mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras (Hakim-hakim 2:4).

Tetapi banyak di antara para imam, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang tua-tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan (Ezra 3:12).

Sebelum saya menyelesaikan subjek ini, saya ingin menceritakan sebuah ilustrasi praktis yang memperbaiki pemahaman saya terhadap beban sesaat ini. Contoh ini akan menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan Roh Kudus dan menaati dorongan-Nya.

Saya sudah selesai berkhotbah di sebuah konferensi besar, dan sedang mendoakan orang-orang yang sakit ketika seorang wanita naik ke panggung dari arah samping. Dia mendekati saya, dengan sopan meraih tangan saya, dan berkata, "Suzette, bersediakah engkau mendoakan suami saya sekarang? Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat sedang berlangsung di auditorium itu, tetapi wanita ini meminta saya mendoakan suaminya saat itu juga. Biasanya, saya akan meminta staf di panggung untuk melayani orang ini, tetapi begitu dia meraih tangan saya, Roh Kudus berkata dalam hati saya, "Suaminya akan bunuh diri sekarang!"

Apa yang Anda lakukan dalam keadaan seperti itu? Saya tidak dapat memberi tahu wanita itu apa yang baru saja diwahyukan Roh Kudus kepada saya, dan saya masih bertanya-tanya apakah yang saya dengar itu tepat. Seraya memandang sekeliling, beban dari Allah turun ke atas saya, dan saya tahu bahwa pria ini akan mati.

Saya berpaling kepada para pemimpin dan berkata, "Tolong maafkan saya, tetapi kita harus mendoakan sesuatu sekarang juga." Pendeta berkata tidak apa-apa, jadi saya meminta para pemain musik mengiringi dengan lembut dan mengajak jemaat untuk tetap menyembah dan berdoa. Dan mereka melakukannya. Mereka bedoa, menyembah, dan berdoa lebih lagi; tetapi di dalam hati saya, saya merasakan beban itu semakin berat. Saya berdoa dan berdoa dan berdoa. Jika saja saya bukan pembicara tamu dan masih berdiri di atas panggung sambil menggenggam mikrofon, saya akan pergi ke tempat yang sepi dan mencurahkan doa-doa saya kepada Tuhan di sana. Sayangnya, saya tidak bisa ke mana-mana, jadi saya lanjutkan doa saya, dan jemaat berdoa bersama saya.

Sepuluh menit bertambah menjadi lima belas menit, dan masih belum ada terobosan. Pendeta datang dan mengatakan bahwa sebaiknya acara dilanjutkan karena waktu terus berjalan. "Percaya kepada saya," kata saya. "Mari kita berdoa lagi."

Beberapa saat kemudian, beban itu terangkat dari hati saya dan saya merasa damai. Saya menatap wanita itu dan berkata, "Pulanglah dan datanglah besok dan beri tahu kami apa yang terjadi."

Keesokan harinya, wanita itu kembali dan membawa kesaksian berikut ini.

"Semalam," katanya, "saya pulang dan menunggu suami saya di rumah. Saya menunggu dan menunggu. Akhirnya, kira-kira pukul dua ia datang dan duduk di tempat tidur saya, dan berkata, 'Kamu tahu kehidupan kita sedang dirundung masalah besar, bukan hanya masalah keuangan, pernikahan kita juga. Yah, semalam aku memutuskan untuk bunuh diri. Aku mengambil pistolku, masuk ke mobil dan pergi ke luar kota. Aku akan meledakkan kepalaku. Aku mengisi pelurunya, dan menempelkannya ke keningku, dan pada saat itu, aku melihat jam tanganku dan berkata, "Oh Tuhan." Aku berseru kepada Tuhan dan menekan pemicunya. Tidak meletus, jadi kuarahkan ke jendela mobil dan pemicunya kutekan sekali lagi. Dor! Pistol itu berfungsi. Aku mengisi pelurunya kembali dan memasukkan moncongnya ke mulutku. Kutekan pemicunya sekali lagi. Klik. Kucoba sekali lagi. Klik. Baru kusadari bahwa Tuhan sedang melakukan sesuatu di dalam hidupku. Aku ke luar dari mobil, jatuh berlutut dan menyerahkan hidupku kepada Yesus Kristus.'"

Wanita itu bertanya kepada suaminya kapan itu terjadi. Benar, peristiwa itu terjadi tepat pada saat kami berdoa!

Kisah ini adalah contoh sebuah beban sesaat yang berkaitan dengan keadaan gawat darurat. Keadaannya tidak selalu sedramatis ini. Tetapi, setiap kali Roh Kudus memercayakan kepada Anda sebuah beban, Anda harus tahu bahwa hal itu penting bagi Allah, tidak peduli betapa besar atau kecilnya Anda memandang situasi itu.

Beban Berperiode

Seperti namanya, beban berperiode adalah beban yang kita doakan terus-menerus. Contohnya adalah beban terhadap kota, gereja, lingkungan, dan keluarga yang belum diselamatkan.

Mendoakan beban berperiode adalah sama seperti membangun sebuah jalan raya rohani yang membelah gurun -- butuh waktu, usaha, dan ketekunan agar proyek itu selesai.

Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk bangsa-bangsa! (Yesaya 62:10).

Semua itu adalah perintah, bukan sekadar saran-saran dari Tuhan -- "Berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang! Persiapkanlah jalan! Bukalah jalan raya! Singkirkanlah .... Tegakkanlah!"

Demikian juga, doa syafaat, dan juga penginjilan, bukanlah saran -- keduanya adalah perintah.

Paulus mengetahui sesuatu tentang beban-beban berperiode ketika ia menulis surat kepada orang-orang Galatia -- perikop yang sudah kita bahas sebelumnya.

Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu (Galatia 4:19).

Dia terus-menerus mendoakan dan memerhatikan gereja-gereja. Lebih lagi, di dalam perikop yang terkenal yang mengisahkan tentang perjalanannya yang penuh bahaya dan deraan, ia mengakhiri kisahnya dengan kalimat:

Dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari (apa yang menimpaku sehari-hari, yang menjadi fokus utama bagiku), yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat (2 Korintus 11:28).

Setiap hari, ia memikirkan dan memerhatikan jemaat, walaupun nyata-nyata fisiknya hanya bisa hadir di satu tempat pada satu waktu, ia tetap saja berdoa dan mengalami sakit bersalin bagi mereka yang berada di tempat-tempat lain. Perhatikan ayat berikut:

Pada waktu itu beban yang ditimpakan mereka atas bahumu akan terbuang, dan kuk yang diletakkan mereka atas tengkukmu akan lenyap (karena minyak urapan) (Yesaya 10:27a).

Tanyakan diri Anda, "Apa yang akan terbuang pada hari itu?" Beban itu! Beban yang dari pada-Nya akan diangkat dari bahu Anda.

Saat kita mengalami sakit bersalin karena beban yang diberikan Roh Kudus, kita mengambil beban itu dan menaruhnya ke pundak kita. Dengan begitu, kita memikul kuk itu bersama-sama orang yang sedang menderita, kita merasakan sakit dan penderitaannya. Inilah belas kasihan yang sejati -- turut merasakan dan melakukan sesuatu berkaitan dengan situasi yang dialami seseorang. Kuk ini, yang sekarang berada di atas pundak Anda berdua, dihancurkan karena urapan Anda saat Anda berdoa.

Posisi Anda berdua sama seperti sepasang lembu yang membawa kuk untuk membajak sawah. Keduanya menarik bajak bersama-sama, membagi beban kerja. Kemudian, pada sore harinya kuk itu dilepas dan kedua binatang itu bebas dari kerja keras.

Diambil dari:

Judul asli buku : Discovering the Secret to A Successful Prayer Life
Judul buku terjemahan : Menemukan Rahasia Kehidupan Doa yang Dijawab
Judul bab : Sebuah Beban dan Bagaimana Mendoakannya
Penulis : Suzette Hattingh
Penerjemah : Tim Metanoia Publishing
Penerbit : Metanoia Publishing, Jakarta 2008
Halaman : 123 -- 130

Komentar