Merayakan 30 tahun
melayani bersama
Apakah doa Anda pernah dijawab? Demikian pertanyaan yang saya ajukan dalam suatu artikel di surat kabar. Saya sendiri tak berharap memperoleh banyak jawaban. Namun ternyata saya memerlukan waktu hampir 1 minggu untuk membaca semua jawaban itu. Saat membaca surat-surat yang saya terima itu, saya terkesan akan kenyataan bahwa Tuhan tak mengenal pilih kasih terhadap manusia.
Beberapa jawaban datang dari pengusaha-pengusaha ternama yang ditulis di atas surat berkop mewah. Sebagian lagi ditulis di atas kertas surat yang amat sederhana dan ditulis dengan pensil. Beberapa dari surat itu kelihatannya ditulis oleh orang-orang terpelajar, sedangkan yang lain datang dari orang-orang yang dengan susah payah mengutarakan isi hatinya.
Beberapa surat mengungkapkan bahwa penulisnya adalah orang yang hidupnya dekat dengan Tuhan, sedangkan penulis yang lain menceritakan betapa besar dosa mereka dan betapa malunya mereka akan hidupnya. Tapi dalam doa, kita semua berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, setiap orang memunyai hak untuk berhubungan dengan Tuhan. Yang terpelajar maupun tak terpelajar, yang kaya dan yang miskin, yang saleh maupun orang berdosa, semuanya datang memohon pertolongan kepada Tuhan, dan bilamana mereka berdoa serta memohon sesuatu kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab. Seperti kata Tuhan Yesus, "Karena setiap orang yang meminta, menerima, ...."
Saya juga terkesan dengan ketulusan mereka yang menulis kepada saya. Dalam meremehkan doa, beberapa orang menganggap bahwa apa yang dikatakan jawaban doa itu sebenarnya hanya merupakan kebetulan saja, bahwa berdoa atau tidak sebenarnya sama saja. Akan tetapi, banyak sekali orang yang percaya bahwa doalah yang membuat perbedaan itu. Dan sungguh berat untuk berdebat dengan seseorang yang telah berdoa dan telah mendapatkan jawaban atas doanya itu.
Dalam beberapa hal, jawaban datang berupa pemberitahuan Tuhan kepada orang yang berdoa itu tentang segala sesuatu yang harus dilakukan. Seorang penulis mengatakan, "Sebenarnya aku ingin berbuat sesuatu untuk sekolah Chinzei Gakui di Nagasaki, Jepang. Banyak di antara guru-guru dan murid yang telah mati akibat meledaknya bom atom. Tapi aku tak memiliki uang. Aku telah berdoa kepada Allah agar ia menunjukkan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Beberapa hari kemudian, aku membaca sebuah artikel di Wesley Christian Advocate. Dalam artikel itu dikatakan bahwa sekolah itu memerlukan majalah National Geographic. Ayahku berlangganan majalah itu dan aku memiliki banyak terbitan lama. Aku sangat senang dapat memberikan majalah-majalah tua itu kepada sekolah itu. Inilah jawaban doaku. Kepala sekolahnya, yaitu Pendeta Taneo Chiba, kelihatan sangat berterima kasih atas pengiriman majalah tersebut."
Seorang wanita berumur 82 tahun menceritakan bahwa setelah menjalani pembedahan, ia diberitahu bahwa ia tidak akan dapat berjalan lagi. Dia menulis, "Esok harinya aku berkata kepada perawat bahwa aku ingin berdiri dan jika aku jatuh, saya yakin Tuhan akan memegangku. Juru rawat itu berkata bahwa aku tidak boleh berbuat demikian, tapi aku berkata kepadanya agar jangan menghalangiku, lalu aku berjalan dan aku tetap berjalan selama 5 tahun ini. Puji Tuhan sumber segala berkat." Hal ini mengingatkanku akan Tuhan Yesus yang berkata kepada orang lumpuh, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (Yohanes 5:8). Sebenarnya banyak orang dapat berjalan dengan berbagai cara, asalkan mereka memiliki cukup iman dan semangat seperti wanita itu. Ia yakin bahwa doa dapat memberikan apa yang ia butuhkan.
Dalam menanggapi doa-doa manusia, Tuhan sering bekerja melalui orang lain. Seseorang menulis, "Seorang istri pendeta yang tinggal dekat rumahku sering menolong seorang anak perempuan tetangganya. Orang tua anak itu memang membutuhkan pakaian yang lebih baik. Aku mengatakan kepada istri pendeta itu bahwa aku ingin mempersembahkan sedikit uang untuk dibelikan sesuatu untuk anak itu. Istri pendeta itu hampir menangis karena terharu. Ia berkata bahwa pagi itu, sebelum berangkat ke gereja, ia telah berdoa agar ada orang yang mau menolong membelikan pakaian anak itu. Beberapa wanita lain yang mendengar percakapan itu juga ingin memberi dan kini anak perempuan itu telah mendapatkan apa yang dibutuhkannya." Apakah kita mengira bahwa Tuhan telah menggerakkan hati wanita-wanita itu sehingga mereka memunyai keinginan untuk memberi pakaian kepada anak itu? Wanita yang telah memberi dan istri pendeta yang telah mendoakannya percaya bahwa hal itu adalah berkat doa. Ya, saya pun percaya.
Selama bertahun-tahun, saya membaca banyak tentang telepati mental, pemindahan pikiran, dan lainnya. Di antara jawaban-jawaban doa, banyak yang bisa digolongkan dalam kategori itu. Sebagai contoh, pada saat-saat tertentu, saya memprihatinkan anak saya yang bertugas dalam Perang Dunia II. Bila perasaan itu datang, saya segera berlutut dan memohon kepada Allah kiranya Ia ingin dekat sekali dengan anak saya. Pada suatu malam, saya menulis surat kepadanya dan bertanya apakah ia pernah merasa sedih dan kecil hati, dan dia menjawab bahwa ia memang merasa begitu, tapi kemudian ia merasa hatinya menjadi ringan dan ada perasaan damai dalam hatinya. Lalu saya tahu bahwa Allah telah menjawab doa saya.
Seorang ibu lain menulis sebagai berikut: "Salah seorang putraku jatuh sakit beberapa waktu lamanya, ia tidak memberi kabar sedikit pun tentang keadaannya kepadaku. Aku merasa amat bingung, akhirnya aku tak dapat bertahan lebih lama lagi. Karena aku tak mengetahui nomor teleponnya, aku bertelut di hadapan Tuhan dan mohon agar anakku mau menulis surat kepadaku sehingga aku dapat mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Pada saat itulah telepon berdering. Ternyata anakku yang sakit itu meneleponku, Ia berkata "Mama, malam ini saya terus-menerus memikirkan engkau, maka saya meneleponmu." Tuhan mendengar doaku dan menjawab. Apakah anak itu kebetulan saja menelepon ibunya ataukah ada suatu kuasa yang lebih tinggi yang mendorongnya?
Apakah Tuhan memimpin kita secara langsung dalam mengambil keputusan tertentu? Seseorang menulis, "Aku sedang menghadapi sebuah persoalan. Ada sesuatu yang tak ingin aku lakukan. Namun aku ingin melakukan kehendak Tuhan. Aku lalu pergi ke ruang duduk dan bertelut untuk mohon kepada Tuhan agar aku diberitahu dengan jelas apakah aku harus melakukannya atau tidak. Kelihatannya aku tak mendapat jawaban, maka aku berdiri dan meninggalkan ruangan. Pada saat aku memegang knop pintu, jelas sekali aku mendengar suara yang berkata, "Lakukanlah, lakukanlah!" Pada saat itu bebanku telah diangkat dan melakukan perkara itu terasa mudah sekali karena aku tahu Tuhan menghendaki aku berbuat demikian."
Tentang jawaban-jawaban doa ini, seseorang yang lain menulis, "Kita ingat bagaimana cerita di dalam Alkitab tentang Nabi Elia dan Samuel yang masih kecil, bagaimana Tuhan berbicara kepada anak itu dan mengatakan apa yang harus ia lakukan. Nah, aku percaya bahwa jika Tuhan telah berbicara kepada Samuel yang kecil itu, pasti Ia juga akan berbicara kepadaku. Kami pergi ke Miami untuk tinggal di sana. Seseorang menawarkan untuk memiliki sebuah flat bersama-sama. Kelihatannya ini memang suatu kesempatan baik. Ibu, suami, serta saudaraku berpendapat bahwa ini merupakan pembelian yang akan menguntungkan dan mereka mendesakku supaya menyetujuinya. Aku mengambil keputusan untuk berdoa, menanti suara Tuhan. Lalu kudengar suara Tuhan yang meminta aku tidak membeli flat itu. Kemudian, mereka yang telah membeli dan menanam uangnya di flat itu ternyata kehilangan segalanya. Bagi beberapa orang, cerita ini mungkin tak masuk akal. Namun aku sendiri mengenal banyak orang yang berhasil dalam bidang bisnis, mereka tak pernah memutuskan sesuatu sebelum mereka berdoa dan mencari bimbingan Tuhan."
Banyak di antara surat-surat yang aku terima berisi tentang jawaban doa yang berhubungan dengan penyakit dan kesembuhan. Saya sungguh percaya akan penyembuhan ilahi. Tiada 1 hari pun berlalu tanpa saya mendoakan orang-orang yang sedang menderita sakit. Surat-surat yang saya terima dan berisi tentang jawaban doa, bisa memenuhi satu buku dan ini memperkuat iman saya sendiri.
Ada juga yang menulis, "Aku baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengalami serangan jantung yang parah 1 minggu yang lalu. Setelah aku cukup sembuh dan boleh menerima kunjungan orang lain, cucu perempuanku yang berumur 9 tahun datang mengunjungi aku bersama orang tuanya. Waktu mereka pamit pulang, cucuku kembali mendekati aku dan berkata, 'Kek, tahukah engkau mengapa engkau sembuh kembali?' Aku menjawabnya, 'Tidak, mengapa?' Lalu cucuku menjawab, 'Karena aku telah berdoa dengan sungguh-sungguh agar engkau sembuh kembali.' Percayakah Anda bahwa doa anak umur 9 tahun dapat memengaruhi sesuatu? Aku percaya bahwa Allah telah mendengar doa cucuku itu dan telah menjawabnya."
Yang lain lagi menulis tentang kekhawatirannya akan pembedahan yang harus ia jalani. "Aku mohon kepada Allah agar Ia memimpin para ahli bedah dan para pembantunya dan agar Tuhan mendampingi aku selama pembedahan itu. Aku berdoa kiranya Tuhan mengambil alih seluruh diriku dan, terlepas dari apa pun hasilnya, kiranya aku dapat merasa puas karena aku tahu bahwa Ia lebih mengetahui apa yang paling baik untukku. Aku telah menyerahkan seluruh persoalan, termasuk diriku, kepada-Nya dan berkata, 'Tuhan, di sinilah aku. Jika Engkau menginginkan aku hidup maka aku akan hidup, jika Engkau menghendaki aku mati, aku akan mati.' Maka pada saat itu juga kekhawatiranku lenyap dan seluruh beban telah diambil dari padaku. Lalu segera aku merasakan kehadiran-Nya. Aku tahu Ia ada di sampingku, Ia telah menjawab doaku."
Memang ada kemungkinan bahwa perasaan damai dan ketenangan di dalam hati dan pikiran seseorang dapat sangat memengaruhi hasil pembedahan itu. Di dalam hal ini, Allah telah bekerja melalui para dokter, tapi dokter itu juga memerlukan kerja sama dari si pasien. Dan hal ini mungkin terjadi karena Tuhan telah menjawab doa itu.
Memang sungguh menakjubkan mempelajari jawaban-jawaban doa, terutama dalam contoh berikut ini: "Anakku meninggal dunia karena mengalami kecelakaan mobil dan meninggalkan seorang istri yang masih muda. Hatinya hancur sehingga mentalnya hampir mengalami keruntuhan total. Kami semua menghibur dan menolongnya sedapat-dapatnya, tapi tampaknya tidak berhasil. Aku kemudian mulai berdoa kiranya Tuhan mencarikan orang lain untuk menggantikan tempat anakku di dalam hatinya. Tuhan telah menjawab doaku. Tuhan memang mengirim seorang perjaka di dalam hidupnya, dan tak lama kemudian, kesedihannya berubah menjadi sukacita. Mereka telah menikah dan kini sudah dikaruniai seorang putra. Mereka sangat bahagia sehingga orang tua menantuku maupun aku sendiri juga bahagia. Aku tahu bahwa Allah telah mendengar doaku dan memungkinkan kedua anak muda itu untuk saling bertemu. Aku telah mendengar bahwa pernikahan ditentukan di surga. Bagaimanapun juga, kelihatannya memang demikian."
Yang lain menulis, "Aku ingin menceritakan kepada Anda tentang jawaban Tuhan terhadap doaku selama 4 tahun ini. Aku memunyai anak laki-laki yang masih kecil. Ketika ia berumur 1 tahun, kami menginginkan anak lagi, agar anakku yang pertama memunyai kawan bermain. Tidak lama setelah ulang tahun anakku yang pertama, kami mendapat berita bahagia bahwa kami akan mendapat seorang anak lagi. Anda dapat membayangkan betapa kami kecewa karena kandungan istriku ternyata gugur. Ini merupakan kekecewaan yang pertama, kemudian kami kehilangan 2 bayi lagi dalam 3 tahun berikutnya. Sepanjang masa itu, aku tetap berdoa kiranya Tuhan memberikan seorang anak lagi kepada kami. Setiap malam kami berdoa dengan segenap hati. Namun lama-kelamaan, aku mulai bertanya kepada diri sendiri apakah aku ini orang yang egois. Kami telah memiliki seorang anak, sedang banyak orang lain tidak memunyai sama sekali. Lalu mulai berdoa, "Bukan kehendakku, tapi kehendak-Mu yang jadi." Dan saat itu keputusasaanku lenyap. Aku meminta agar Tuhan membimbing aku sesuai dengan rencana-Nya. Mungkin kesediaanku untuk menerima sesuatu yang tidak kuinginkan membuat doaku dijawab. Akhirnya, 2 minggu setelah hari ulang tahun keempat anakku, kami dianugerahi seorang anak laki-laki yang manis. Aku betul-betul percaya bahwa Allah telah menjawab doaku, dan setiap malam aku bersyukur kepada-Nya atas semua berkat itu.
Kadang Allah memang berkata, "Tunggu." Mungkin Ia harus menunggu sampai kita siap untuk menerima anugerah dan berkat-Nya. Pengertian saya tentang doa tak lebih banyak daripada pengertian saya tentang listrik. Tapi saya mengerti bahwa manusia membangun pembangkit tenaga listrik untuk membuat tenaga listrik dan kita menggunakan tenaga itu untuk memenuhi bermacam-macam keperluan kita. Tuhan telah menciptakan tenaga listrik ini dan saya percaya bahwa Allah yang telah membuat tenaga untuk menerangi rumah-rumah kita, tidak lupa menciptakan tenaga untuk menerangi hidup kita. Allah yang membuat tenaga untuk menjalankan mesin-mesin, tidak lupa untuk menolong anak-anak-Nya di sepanjang jalan hidupnya.
Doa ialah alat yang kita gunakan untuk mendapatkan kekuatan Allah. Tuhan, ajarilah kami berdoa!
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa |
Penulis | : | Charles L. Allen |
Penrbit | : | Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988 |
Halaman | : | 55 -- 60 |