Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
"Dalam doa ini kedalaman dan kekuatan karakter Musa bersinar dengan mulianya yang hanya dapat disejajarkan dengan keimanan Tuhan Yesus Kristus" (A.B. Simpson dalam Christ in the Bible -- Exodus, halaman 93). Sementara Musa berada di atas gunung menerima sepuluh Perintah Allah, umat Yahudi membuat dan menyembah sebuah anak lembu emas, diikuti dengan perbuatan tak bermoral yang pernah mereka lihat di Mesir.
Allah memerintahkan Musa untuk turun dari gunung sambil berkata: "Sebab bangsamu yang kuupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya." Dengan perkataan lain Allah tidak mengakui mereka sebagai umat-Nya. Ia memanggil mereka sebagai umat Musa. Allah berdalih kepada Musa, sambil berkata, "Biarkanlah Aku, (ini mungkin berarti, "Diam, jangan berdoa") supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engaku akan Kubuat menjadi bangsa yang besar" (ayat 10). Seseorang yang kurang lemah lembut, kurang memiliki kasih, dan yang mempunyai harga diri yang lebih besar daripada Musa mungkin berpikir, "Ini adalah kesempatan emas" dan ia mungkin berkata, "mereka patut menerima hukuman itu, lakukanlah seperti yang Engkau katakan." Apa yang akan dilakukan Allah terhadap Musa, tidak pernah mempengaruhinya sedikit pun dan bahkan tidak menyentuh keakuannya. Musa adalah seorang yang paling lemah lembut di muka bumi ini (Bilangan 12:3).
Musa dalam doanya berkata: "Mengapakah, Tuhan, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu?" Musa menolak menerima sebagai umatnya dan dengan sungguh-sungguh, ia berkata, "Tuhan, bangsa ini umat-Mu, bukan umatku." Musa dalam doanya menekankan kenyataan bahwa Allah telah membawa umat Israel "keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat." Pertama, Musa mengingatkan Allah tentang perbuatan-perbuatan-Nya sebelumnya yang memperlihatkan kekuasaan yang besar (ayat 11). Perbuatan-perbuatan Allah yang memperlihatkan kekuasaan-Nya yang besar adalah Hari Raya Paskah di tanah Mesir, penyeberangan Laut Teberau, kehancuran orang-orang Mesir dan kemenangan atas Firaun; yang kesemuanya mungkin akan menjadi suatu pembuangan kuasa-Nya dengan sia-sia, jika Ia memusnahkan umat Israel. Allah tidak pernah menyia-nyiakan kuasa-Nya. Kita juga harus mengingatkan Allah tentang apa yang pernah dilakukan Allah kepada kita.
Kedua, Musa bertanya, "Mengapakah orang Mesir akan berkata" (Bagi kita hal itu berarti, "Apakah yang akan dikatakan dunia?" Orang Mesir itu akan berkata "Dia membawa mereka ke luar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi" -- ayat 12). Mereka akan berkata bahwa Allah orang Ibrani tidak dapat membawa mereka ke Tanah Perjanjian, jadi Ia membunuh mereka di padang gurun. Mereka akan mengatakan bahwa orang-orang Mesir masih tetap hidup, tetapi orang-orang Isreal sudah mati; oleh karena itu dewa Firaun lebih besar daripada Allah Yang Mahatinggi dari Israel. Allah bukanlah Allah yang jahat. Ia mempunyai suatu maksud yang benar dalam segenap tindakan-Nya. Musa berdoa: "Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu." Dapatkah seorang manusia memberi perintah kepada Allah? (Yesaya 45:11). Dapatkah seorang manusia meminta Allah supaya menyesal? (mengubah pikiran-Nya?) Musa pernah melakukan hal itu!
Ketiga, Musa meminta Allah untuk mengingat akan janji-janji-Nya yang besar dan mulia kepada Abraham, Ishak dan Israel, kepada mereka Tanah Kanaan. Seolah-oleh Musa berkata kepada Allah, "Janji-Mu sama sekali tidak berarti jika Engkau membinasakan orang-orang ini." "Dan menyesallah Tuhan karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya" (ayat 14). Perkataan "menyesal" dalam ayat ini hanyalah berarti bahwa "Allah telah menbuah pikiran-Nya." Ia mengubah pikiran-Nya karena dosa Musa. Mereka menjadi umat-Nya lagi. Ya, Tuhan, pimpinlah kami menuju tingkatan berdoa yang lebih tinggi.
Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa Musa membawa Allah ke dalam suatu dilema. Kekudusan Allah, kebenaran sifat-sifat-Nya, kesetiaan-Nya pada kata-kata-Nya, wewenang dari sepuluh Perintah Allah yang mengharuskan Dia untuk membinasakan umat Israel. Sebaliknya, jika Allah membinasakan mereka, orang-orang Mesir akan berkata bahwa Ia adalah Allah yang jahat, dan sifat-sifat Allah akan disalahartikan. Lebih daripada itu, janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Israel akan dilanggar. Bagaimana Allah dapat lepas dari dilema ini? Doa Musa yang selanjutnya akan menjelaskannya.