Doa Yesus di Taman Getsemani (Lukas 22:41-46; Matius 26:39; Markus 14:34-36)

Yesus berkata, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya" (Matius 26:38). Penderitaan jiwa-Nya yang kudus dan penderitaan jasmani di Taman Getsemani terlalu sulit dimengerti oleh kita. Pengalaman ini merupakan pencobaan-Nya yang terbesar, dan pergumulan-Nya adalah atas kehendak-Nya sendiri. "Tetapi janganlah seperti Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Tubuh-Nya hampir-hampir tak kuat menghadapi perjuangan dan mati. Tetapi Yesus tidak berani mati sebelum waktunya di Taman Getsemani, kecuali di atas kayu salib terkutuk itu untuk menebus dosa-dosa umat manusia di seluruh dunia.

Betapa menjijikkan bagi jiwa-Nya yang benar bahwa Ia harus mati di atas kayu salib; tetapi betapa menggembirakan bagi Roh-Nya yang kekal bahwa kematian-Nya akan menyediakan pengampunan dosa bagi semua orang yang percaya kepada Dia.

Tiga kali Ia berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah CAWAN ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Cawan itu adalah pengadilan dan penghukuman atas dosa-dosa umat manusia. Setiap saat tampaknya ada penderitaan jiwa yang lebih mendalam dan penderitaan jasmaniah yang semakin besar. Pergumulan itu begitu hebatnya sehingga akhirnya peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah, Lukas memberitahukan kepada kita bahwa seorang malaikat datang untuk mengutakan Dia. Tampaknya tubuh-Nya hampir-hampir tak kuat lagi karena pergumulan batin, dan Ia perlu kekuatan dari malaikat. Akhirnya kepahitan akan kematian berlalu dan penderitaan jiwa yang berat pun berakhir. Perjuangan Allah melawan dosa telah dimenangkan.

Masa krisis telah lewat, kemenangan telah diperoleh; Ia akan mati di atas kayu salib; bukan sebagai korban, tetapi sebegai Pemenang. Kemenangan di Taman Getsemani ini memungkinkan Dia berseru dengan penuh di atas kayu salib: "Sudah selesai."

Ada tiga hal yang kita pelajari dari doa ini:

 

  1. Meskipun menghadapi segala penderitaan dan kesakitan, Yesus tetap bertekad ingin melakukan kehendak Allah.
  2.  

     

  3. Dalam pencobaan dan penderitaan jiwa-Nya yang sangat hebat, murid-muridtertidur.
  4.  

     

  5. Berjaga-jaga dan berdoa, merupakan satu-satunya cara untuk mencegah pencobaan.

 

Yesus berkata kepada murid-murid, "Bangunlah, marilah kita pergi." Pada saat itu Ia akan pergi untuk disalibkan; apakah mereka mengikut Dia dengan sepenuh hati?

Komentar