Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Transkrip Audio
Mengapa kita begitu nyaman untuk tidak berdoa? Atau, dengan pertanyaan lain, apa yang memotivasi kehidupan doa kita? Apa yang dapat menopang kita berdoa? Apa yang menimbulkan urgensi dan mengaktifkan kembali doa syafaat kita? Ini sepertinya topik yang relevan untuk direnungkan oleh setiap orang Kristen. Dan, dengan topik itu sebagai bahasan kita hari ini, kita beralih pada klip klasik John Piper dari khotbahnya pada akhir 1980-an. Klip itu dikirimkan kepada kami oleh Summer, yang tinggal di Niceville, Florida. Terima kasih banyak, Summer. Berikut khotbah Pendeta John mengenai pengabaian doa.
Memang, kami masih hidup dalam kedagingan, tetapi kami tidak berjuang secara daging. Sebab, senjata-senjata peperangan kami bukan dari daging, melainkan dari kekuatan ilahi untuk kehancuran benteng-benteng. (2Kor. 10:3-4, AYT)
Jadi, pelayanan adalah peperangan. Berjuang bagi iman di hati saya adalah perang. Berjuang bagi jiwa manusia adalah perang. Semua aspek kehidupan Kristen adalah peperangan. Jika saya bertanya kepada Anda, "Bagian firman Tuhan manakah yang paling krusial tentang peperangan?" Anda semua akan menjawab apa? Efesus 6. Mari kita membacanya sedikit.
Sebab, perjuangan kita bukan melawan daging dan darah, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, kekuatan-kekuatan dunia kegelapan ini, dan melawan kekuatan roh dari si jahat yang ada di langit. Karena itu, pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat tetap bertahan saat hari yang jahat itu datang, dan setelah semuanya selesai kamu tetap berdiri. (Ef. 6:12-13, AYT)
Kemudian, disusul dengan daftar komponen baju zirah. Hidup adalah perang. Musuhnya luar biasa, dan Anda tidak dapat melihatnya.
Konflik Rohani Universal
Kebanyakan orang tidak percaya ini. Bagaimana Anda bisa membuat mereka berdoa ketika mereka tidak percaya? Maksud saya, mereka akan mengatakan bahwa mereka memercayainya, tetapi perhatikan hidup mereka. Ada kesantaian yang ditimbulkan oleh masa damai di gereja, kesantaian tentang hal-hal rohani. Tidak ada bom yang jatuh dalam hidup mereka, tidak ada peluru yang memelesat di atas kepala, tidak ada ranjau yang harus dihindari, tidak ada raungan di cakrawala. Semuanya baik-baik saja di Amerika, Disneyland dari alam semesta. Mengapa berdoa?
Pada masa perang, surat kabar memuat berita utama tentang apa yang dilakukan oleh para pasukan. Pada masa perang, keluarga berkumpul, dan mereka berbicara tentang putra dan putrinya di garis depan, dan mereka berdoa dengan keprihatinan yang memilukan untuk keselamatan mereka. Pada masa perang, mereka waspada, mereka bersenjata, mereka berjaga-jaga. Pada masa perang, mereka membelanjakan uang mereka dengan sangat berbeda dibandingkan pada masa damai. Ada penghematan dan kesederhanaan hidup, bukan karena hal itu sendiri dianggap berharga, tetapi karena ada sesuatu yang begitu besar, ada alasan lebih penting untuk membelanjakan uang Anda daripada memperindah rumah Anda.
Pada masa perang, semua orang tersentuh. Kita semua mengalihfungsikan kapal-kapal pesiar. Mungkin Anda pernah membaca kisah hebat oleh Ralph Winter: Kapal pesiar menjadi pengangkut pasukan. Di tempat orang biasa tidur bertiga, pada masa perang orang tidur bersembilan. Di tempat mereka biasa mengatur meja makan untuk lima belas orang, pada masa perang ada piring-piring timah. Semuanya berubah pada masa perang.
Jelas sekali bahwa orang-orang tidak percaya kita sedang berperang. Setiap rumah menyalakan lilin (untuk berdoa - Red.) sampai anak laki-laki mereka pulang ke rumah pada masa perang. Orang-orang tidak percaya bahwa kita berada dalam perang yang lebih buruk daripada Perang Dunia II, lebih buruk daripada Perang Dunia III nuklir yang dapat kita bayangkan. Korbannya tidak hanya kehilangan satu tangan, mereka tidak hanya kehilangan satu kaki, mereka tidak hanya kehilangan satu nyawa; mereka kehilangan segalanya untuk selamanya di neraka. Jika kita percaya bahwa hidup adalah perang, alangkah sangat berbeda hal-hal yang akan terjadi.
Walkie-Talkie Masa Perang
Sekarang, hubungan antara doa dan perang tidak perlu kita tebak sendiri.
Ambillah ketopong keselamatan serta pedang Roh, yaitu firman Allah, sambil berdoa setiap waktu dalam Roh dengan semua doa dan permohonan. Dalam doamu itu, berjaga-jagalah dengan segala ketekunan sambil menaikkan semua permohonan bagi semua orang kudus. (Ef. 6:17-18, AYT)
Tidak diperlukan kemampuan eksegesis sama sekali untuk melihat bahwa doa adalah kekuatan yang yang membuat kita dapat menggunakan senjata perang. "Ambillah ... pedang Roh ... berdoa." Ambillah, berdoa - bukankah begitu? Doa adalah kekuatan yang memampukan kita untuk menggunakan senjata perang. Doa bukanlah alat yang digunakan dalam keadaan biasa.
Berikut teks dari Yohanes 15:16 (AYT) yang membutuhkan sedikit kemahiran eksegesis, karena tidak semua orang terbiasa memperhatikan konjungsi. Saya akan membacanya dengan sangat perlahan, dan saya ingin agar Anda memperhatikan kata-katanya dengan saksama. Ini adalah koneksi logis yang sangat penting jika Anda ingin memahami inti dari doa dalam kehidupan pada masa perang.
Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang telah memilih dan telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu tetap sehingga apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu.
Sekarang pikirkan. Kenakan topi berpikir Anda. Apa Anda memahaminya? Mengapa Bapa akan menjawab doa-doa yang kita panjatkan dalam nama Yesus? Jawab: karena Yesus telah memberikan misi untuk pergi menghasilkan buah. Atau sebaliknya: Mengapa Yesus memberi kita misi untuk pergi menghasilkan buah yang kekal? Agar kita menikmati mendapat jawaban atas doa kita. Oleh karena itu, mengapa ada doa? Untuk perang -- untuk masa perang, bukan untuk keadaan biasa.
Saya tidak pernah bosan memberi tahu Gereja Baptis Betlehem bahwa alasan nomor satu mengapa doa tidak berfungsi di tangan orang percaya adalah karena mereka mencoba menggunakan walkie-talkie masa perang dan mengubahnya menjadi interkom domestik di mana mereka menggunakannya untuk menghubungi pelayan agar membawakan bantal lagi. Alat ini tidak digunakan sesuai fungsinya. Alat ini dibuat untuk kendaraan perang. Alat ini dibuat untuk lubang-lubang perlindungan. Alat ini dibuat untuk perang. Alat ini tidak akan berfungsi saat Anda memasangnya di kapal pesiar Anda. Alat ini tidak akan bekerja di kabin (rumah/pondok kecil untuk berlibur - Red.) danau. Alat ini tidak akan bekerja di mobil kedua, dan ketiga, dan keempat Anda.
Biarkan saya memberi Anda sedikit sajak. Saya tidak tahu itu adalah sajak sampai saya membaca naskah saya kedua kalinya. (Seperti halnya kalimat itu.) Sampai nanti kita percaya bahwa hidup adalah perang, kita tidak akan tahu apa fungsi dari doa. Apakah Anda dapat mengingatnya? Sampai nanti kita percaya bahwa hidup adalah perang, kita tidak akan tahu apa fungsi dari doa.
Apa Fungsi Doa?
Inilah yang saya yakini telah terjadi. Allah mengutus Putra-Nya ke dunia untuk sebuah misi. Sang Putra datang pada kita dan berkata, "Bapaku ingin Aku memberikan misi-Ku kepadamu. Itu misi yang berbahaya. Kamu tidak bisa kalah. Misi itu akan berhasil. Dia memberi-Ku pemancar ini. Aku akan memberikan setiap kamu sebuah pemancar. Pemancar ini telah diberi kode untuk terhubung pada frekuensi Sang Jenderal. Selama kamu ada dalam pertempuran, berperang dengan cara-Nya, kamu akan selalu memiliki akses cuma-cuma kepada Sang Jenderal melalui pemancar ini. Sekarang, pergi dan gunakanlah. Aku akan melakukan apa pun yang kamu minta untuk perang ini, untuk misi ini."
Namun, apa yang telah dilakukan oleh jutaan orang Amerika? Mereka berhenti percaya adanya perang. Hidup adalah damai, bukan perang. Tidak ada urgensi; tidak ada penjagaan; tidak ada kewaspadaan; tidak ada perencanaan strategis -- hanya kemakmuran masa damai yang mudah. Mereka mengambil walkie-talkie, mereka mencoba memasangnya di tempat-tempat domestik, di tempat-tempat mewah, dan alat itu tidak akan bekerja. Mereka tidak tahu mengapa alat itu tidak dapat bekerja. Alat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Mereka tidak mendapatkan sinyal apa pun.
Poin pertama saya pagi ini adalah: Jika kita akan memobilisasi gerakan doa di gereja-gereja dan kota-kota kita, jika kita ingin mempertahankan hati yang berdoa, kita harus percaya dan merasakan bahwa hidup adalah peperangan. Kita harus menanamkan mentalitas masa perang, dan mengeluarkan mentalitas masa damai dari pikiran kita yang ditekankan sepanjang hari oleh televisi dan radio dan surat kabar dan majalah. Mereka semua berkata, "Janganlah Anda percayai itu. Penuhi saja hidup Anda sendiri." "'Damai, damai,' padahal tidak ada kedamaian." (Yer. 6:14; 8:11). Sampai nanti kita merasakan keputusasaan akibat serangan bom dan ketakutan akan serangan strategis baru, kita tidak akan pernah berdoa dengan Roh Yesus. Itulah poin yang terutama. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
Alamat situs | : | https://desiringgod.org/interviews/why-comfortable-christians-go-prayerless |
Judul asli artikel | : | Why Comfortable Christians Go Prayerless |
Penulis artikel | : | John Piper |