Nabi yang Kebingungan Bertanya, "Mengapa?" (Yeremia 12:1-4)

Pertanyaan itu sudah ada sejak jaman dahulu, "Mengapa mujur hidup orang-orang fasik?"

Doa ini mulai dengan: "Engkau memang benar, ya Tuhan." Tetapi Nabi Yeremia ingin beperkara dengan Allah tentang mengapa Ia membiarkan orang-orang fasik hidup mujur. Kita boleh beperkara dengan Allah, karena Ia telah berfirman, "Marilahbaiklah kita berperkara" (Yesaya 1:18). Yeremia dianiaya bukan hanya oleh keluarganya dan warga kotanya, tetapi juga oleh para imam dan para pemimpin Yehuda. Mereka datang mendekat kepada Allah dengan perkataan mereka, tetapi hati mereka terikat kepada patung-patung dan dosa-dosa mereka (ayat 2). Kaum imam berusaha untuk membunuh Yeremia, kaum imam seperti ini jugalah yang berusaha untuk membunuh Kristus (Yeremia 11:21). Yeremia memandang mereka sebagai para pengkhianat yang seharusnya dibinasakan. "Ia tidak akan melihat tingkah langkah kita," yaitu musuh-musuhnya merasa yakin akan suatu masa depan yang berhasil bagi mereka sendiri dan bagi Yerusalem. Mereka berkeyakinan bahwa Yeremia tidak akan melihat hal itu sebab mereka akan membunuh dia.

Allah menjawab Yeremia dalam ayat 5 dan 6. "Pejalan kaki" dalam perumpamaan ini menggmbarkan sanak saudara Yeremia dan orang Anatot; "orang berkuda" menggmbarkan para imam dan para penguasa di Yerusalem. Perbandingan ini menyiapkan Yeremia untuk pertempuran yang lebih dahsyat yang akan dihadapinya dan perlindungan Allah terhadap dirinya. Allah mengungkapkan pengkhianatan keluarganya sendiri terhadap diri Yeremia (ayat 6). Ia dilatih untuk dapat merasakan betapa pahitnya kepedihan yang melukai hati Allah. Jika ada seseorang yang pernah diajar untuk menjadi sabar melalui kesengsaraan, Yeremialah orangnya.

Jika Anda telah diberikan suatu tugas yang sulit seperti yang dialami Yeremia dan Anda sungguh-sungguh berdoa kepada Allah dan Ia menjawab doa Anda seperti Ia menjawab doa Yeremia, apakah Anda akan setia kepada Allah dan terus bekerja melayani pekerjaan-Nya? Apakah Anda akan berkata, "Engkau memang benar, ya Tuhan?"

Komentar