Doa Merupakan Nafas Hidupku

Ditulis oleh: Ariel

Perkenalkan, nama saya Ariel. Saya tumbuh di lingkungan keluarga Kristen sejak kecil. Saya diajar untuk rajin berdoa, membaca Alkitab dan melakukan renungan pribadi seperti anak-anak Kristen pada umumnya. Saya juga diajar untuk rutin berdoa, baik doa sebelum makan, sebelum tidur, dan doa untuk meminta sesuatu. Namun, beranjak dewasa saya menyadari bahwa masih ada yang kurang. Saya merasa memanfaatkan Tuhan. Saat saya butuh sesuatu, saya berdoa. Akan tetapi, saat saya sedang tidak membutuhkan sesuatu, saya pun tidak berdoa. Bukankah doa adalah nafas hidup orang percaya? Apakah kita bernafas pada saat kita butuh dan hanya pada jam-jam tertentu saja? Akhirnya, saya mulai mengubah pola kehidupan doa saya.

Kehidupan doa saya biasa saja, bahkan saya tidak memiliki jam doa secara rutin. Akan tetapi, saya berusaha selalu menjaga hubungan pribadi bersama Tuhan. Kapan pun saya ingin berdoa, saya berdoa, dan kapan pun saya ingin menyembah Tuhan, saya menyembah-Nya saat itu juga. Saya tidak mau hanya berdoa jika butuh sesuatu, karena saya tahu Tuhan lebih mengetahui kebutuhan saya. Yang lebih Dia inginkan adalah persekutuan dan hubungan pribadi bersama-Nya. Saat kita menginginkan sesuatu, Tuhan mengetahuinya dan jika itu sesuai kebutuhan kita, Dia pasti menyediakannya sehingga kita tidak perlu meminta. Banyak sekali keinginan saya yang terkabul, baik dalam perkara kecil maupun besar, tetapi tidak sedikit pula yang tidak Dia kabulkan karena memang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Bagaimanapun juga, Tuhan tidak pernah mengecewakan saya.

Doa sebagai nafas hidup orang percaya memang benar adanya. Doa bukanlah merupakan suatu kewajiban, tetapi kebutuhan. Doa adalah kesempatan kita untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta yang berdaulat atas hidup kita. Oleh sebab itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Jalinlah komunikasi dengan Tuhan melalui kehidupan doa Anda.

Komentar