Doa Musa untuk Masuk ke Tanah Perjanjian (Ulangan 3:23-28)

Dalam doa ini Musa memohon kepada Allah agar memperkenankan dirinya masuk ke Tanah Perjanjian walaupun Allah telah berkata kepadanya bahwa ia tak boleh memasukinya. Sementara Allah tidak menjawab doa itu dalam cara yang diinginkan Musa, Allah memerintahkannya untuk naik ke puncak Gunung Pisga dan mengizinkan ia melayangkan pandangannya ke tanah yang indah itu dan bertahun-tahun kemudian ia masuk ke tempat itu bersama Yesus, suatu jawaban doa yang ditangguhkan cukup lama.

Alasan mengapa Musa tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian itu ada dalam kitab (Bilangan 20:1-13). Perintah Allah dimengerti sepenuhnya; ia diperintahkan untuk berbicara kepada bukit batu, bukan memukulnya. Musa tidak menaati perintah itu. Ia berkata, "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit bukit batu ini?" Kemudian Musa memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali. Dengan melakukan hal itu, Musa tidak menguduskan Allah di hadapan umat-Nya. Harus ada suatu ketaatan mutlak untuk melaksanakan perintah Allah. Sebaliknya Musa ingin melakukannya menurut caranya sendiri dan untuk meninggikan dirinya dan bukan meninggikan Allah. Pemimpin umat Israel seharunya menjadi teladan yang sepenuhnya kepada firman Allah.

Allah berkata kepada Musa, "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah itu masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka" (Bilangan 20:12). Benarlah bahwa umat Israel itu bangsa yang tegar tengkuk dan telah seringkali menimbulkan kemarahan Allah dan Musa, dan karena hal itu, Musa kehilangan kesabarannya. Perhatikan perkataan Allah, "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku." Ada cukup banyak kasih karunia tersedia pada saat itu, tetapi ia tidak percaya kepada Allah. Ia tidak menguduskan Allah di depan mata umat Israel dan Allah tidak dapat mengizinkan hal itu terjadi dalam diri pemimpin umat-Nya.

Kita harus ingat bahwa orang yang terbesar sekalipun tidaklah sempurna. Orang yang terbesar juga pernah mengalami saat-saat lemah bukan hanya Musa, tetapi juga Elia dan yang lain. Hal ini bukanlah untuk memaafkan kesalahan-kesalahan mereka karena kasih karunia Allah itu memang cukup bagi setiap situasi dalam hidup ini. Pelajaran yang harus diambil oleh orang banyak ialah bahwa kepercayaan mereka harus kepada Allah saja dan bukan kepada kekuatan manusia, yang cenderung mereka percayai. Musa diampuni, tetapi betapa besar kesedihannya karena doanya untuk dapat memasuki Tanah Perjanjian tidak dikabulkan. Walaupun demikian Musa akhirnya masuk juga ke Tanah Perjanjian itu ketika ia bersama Yesus dipermuliakan di atas gunung dan hal ini jauh lebih baik daripada dan hal ini jauh lebih baik daripada masuk bersama bangsa yang tegar tengkuk.

Marilah kita waspada dan berdoa supaya jangan ada di antara kita memiliki hati jahat yang tidak percaya. Marilah kita menerima kasih karunia Allah agar kita taat sepenuhnya sepanjang waktu. Allah berkata kepada Paulus, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu."

Komentar