Kematian dan Kebangkitan Yesus Merupakan Mukjizat Terbesar

Jumat Agung merupakan peringatan kematian Tuhan Yesus Kristus, dan saat mencekam menjelang kematian-Nya. Dia mengasihi kita semua karena kasih-Nya bagi dunia ini, Ia rela meninggalkan takhta suci-Nya dan datang ke dunia ini. Siapa yang menerima dan percaya kepada-Nya akan diselamatkan, memperoleh kehidupan kekal (Yohanes 3:16). Tetapi hal ini tidak berhenti hanya sampai di situ saja. Menjadi pengikut Yesus berarti kita harus melakukan apa saja yang menjadi kehendak-Nya. Yesus menjalani penderitaan-Nya dengan sangat taat dan tenang sampai Ia mati di atas kayu salib. Pertanyaannya, apakah kita sudah merenungkan betapa dahsyatnya penderitaan Yesus ini? Kalau kita menderita di dunia ini, hal itu belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus. Sebelum mati, Yesus memikul salib dan hal ini memberikan arti bagi hidup kita bahwa kita harus menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan dalam hidup ini, namun percayalah bersama dengan Dia kita akan mampu melewati semuanya itu.

Doa Yesus di Getsemani

Matius 26:36, ketika Yesus berada di taman Getsemani bersama para murid-Nya merupakan peristiwa yang memulai penderitaan Yesus. Di taman ini Ia sangat sedih, gentar, dan berkata kepada para murid-Nya "... Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya" (ayat 38) dan "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku" (ayat 39). Selanjutnya, Ia dijual oleh murid-Nya sendiri (Yudas) senilai 30 keping uang perak, kemudian Ia ditangkap, dibawa menghadap ke Imam Besar Kayafas, diserahkan kepada Pilatus, diolok-olok, disalibkan, dan mati. Jika sekarang Anda dihina, diejek oleh saudaramu sendiri, itu merupakan tantangan, dan berbahagialah jika saudara berhasil melewatinya. Yesus telah melewati hal yang demikian.

Selanjutnya Lukas 22:40-44, Yesus mengajarkan kepada para murid untuk berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Yesus berdoa kepada Bapa agar cawan itu berlalu dari pada-Nya. Ia terus berdoa dan bahkan peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang menetes ke tanah, artinya bahwa Ia menebus dosa pikiran manusia dengan darah. Pikiran manusia sering menyesatkan, menjauhkan kita dari Tuhan, serakah, tidak mau datang beribadah, serta "menuntun" untuk berbuat dosa. Inilah penebusan pertama dan sekaligus penderitaan yang pertama. Penebusan kedua adalah penebusan dosa manusia di atas kayu salib. Penebusan ketiga adalah penyembuhan sakit penyakit fisik serta jiwa.

Setelah ditangkap, Yesus dibawa ke Imam Besar Kayafas. Di sana Ia menghadapi saksi-saksi dusta, diludahi, dipukuli oleh massa. Kemudian Ia dikirim ke Pilatus (Matius 27:1-26). Pilatus sudah dikuasai setan sehingga ia mempersilakan massa untuk memilih siapa yang akan ia bebaskan, seorang kriminal kelas kakap (Barabas) atau Yesus. Massa lebih memilih Barabas bebas dan memerintahkan agar Yesus disalibkan. Hal tersebut merupakan kemenangan buat Yesus karena Tuhan yang mempunyai rencana, Yesus harus mati, menderita karena kasih-Nya buat manusia. Dalam proses penyaliban ini, Ia dicambuk dengan cambuk yang ujungnya tajam luar biasa, dan ketika cambuk itu diayunkan masuk ke dalam daging Yesus, ada daging yang tercabik keluar. Ia sangat menderita, dimahkotai duri, bahkan ditelanjangi, padahal Ia tidak bersalah. Mari kita renungkan Jumat Agung ini.

Sekali lagi, di dalam Tuhan Yesus ada kemenangan, kelepasan, dan kesembuhan. Dia harus memikul salib sendiri menuju Golgota, baru di tengah jalan, Yusuf Arimatea menggantikan-Nya. Iblis tidak bisa menghalangi apa yang Tuhan Yesus lakukan karena iblis sudah jatuh di kaki Tuhan Yesus. Sepanjang jalan Dia diolok-olok, diludahi. Saat ini apa yang engkau berikan untuk Tuhan? Hartamu kah? Itu kecil. Yang dibutuhkan oleh Yesus adalah bagaimana engkau merenungkan penderitaan-Nya 2000 tahun yang lalu. Kalau seseorang sudah mengerti tentang penderitaan-Nya, maka orang tersebut pasti tidak tanggung-tanggung dalam mengiring Tuhan dan melakukan seluruh perintah-Nya sesuai firman Tuhan.

Jumat Agung merupakan peringatan kematian Tuhan Yesus Kristus, dan saat mencekam menjelang kematian-Nya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Matius 27:45-51, "berserulah Yesus dengan suara nyaring, Eli, Eli, lama sabakhtani? Ia mengalami kesakitan yang luar biasa dan hal ini harus kita renungkan. Ia merasa Allah-Nya jauh, itu kemanusiaannya. Bagaimana dengan kita? Ketika kita menghadapi kesusahan, kepada siapa kita mencari pertolongan? Kepada Yesus? Atau kepada dukun, paranormal atau orang pintar? Hanya kepada Dia sajalah kita datang mencari pertolongan. Bukankah Ia berkata, "ketika kita berada dalam kesesakan, berserulah kepada-Ku dan Aku akan menolong engkau".

Lewat kematian Yesus ada tiga hal yang sangat penting untuk kita renungkan yaitu:

1. Allah yang kita sembah dalam nama Kristus Yesus adalah Allah yang tidak pernah meninggalkan kita (ayat 45-50). Yesus menjanjikan seorang penolong, penghibur yaitu Roh Kudus dan kita tidak ditinggalkan sendirian (Yohanes 14:16-18).

2. Yesus berseru dengan suara nyaring, Ia menyerahkan nyawanya (ayat 50-51). Hal ini sudah dinubuatkan oleh Yesaya 53:4-6 "... Ia tertikam oleh pemberontakan kita. Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh". Lewat kematian-Nya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh pengampunan dosa. (Yesaya 1:18; 1 Yohanes 1:9; Kisah Para Rasul 3:19-21)

3. Tirai Bait Suci terbelah menjadi dua bagian dan terjadi gempa bumi. Artinya terjadi pemisahan antara orang yang di dalam Tuhan dengan orang yang di luar Tuhan.

Sebelum kelahiran Yesus atau pada zaman Perjanjian Lama, Paskah dirayakan oleh orang Yahudi pada hari Jumat. Kata Paskah diambil dari bahasa Ibrani Paset atau Passa dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan past over yang artinya dilewati. Dalam tradisi orang Yahudi, Paskah merupakan suatu upacara penyembelihan anak domba yang berumur satu tahun, yang tidak bercacat. Sebelum disembelih, anak domba tersebut disimpan selama 14 hari. Setelah genap harinya ia disembelih dan darahnya oleh orang Israel dilaburkan di ambang pintu. Dengan demikian semua malapetaka tidak dapat masuk ke dalam rumah.

Paskah yang berarti hari kemenangan bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, sekarang dirayakan pada hari Minggu. Ini memang benar karena kebangkitan tidak mungkin ada tanpa Golgota atau penderitaan. Kemenangan itu ada karena didahului oleh penderitaan Yesus Kristus di Golgota. Itulah sebabnya, kita yang percaya kepada Dia memperoleh pengampunan dan diselamatkan untuk mendapat hidup yang kekal, itulah kemenangan. Kalau kita merenungkan paskah, renungkanlah dahulu penderitaan Yesus menuju kayu salib, dari taman Getsemani sampai ke bukit Golgota (Matius 26:36). Karya Allah yang tinggi setelah Yesus mati dan dikuburkan adalah kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Hal ini terbukti dalam Markus 16:1-9, kubur itu sudah kosong.

Kubur kosong

Allah sangat mengasihi Maria Magdalena dan teman-temannya. Pada waktu mereka pergi ke kubur, mereka tahu ada yang menghalangi mereka yaitu batu besar. Sedangkan mereka adalah wanita yang lemah tetapi mereka mempunyai iman, ternyata batu sudah terguling. Hal ini adalah kuasa Tuhan. Yesus telah bangkit, kubur kosong! Mereka hanya berjumpa dengan malaikat Tuhan yang berkata kepada mereka, "Yesus sudah tak ada di sini. Pergilah dan sampaikan kepada sahabat-sahabat bahwa Yesus sudah bangkit". Dari berita kebangkitan Yesus, ada tiga hal yang harus kita imani, yaitu:

1. Lewat kebangkitan Yesus sebagai tanda kemenangan-Nya, maka kita juga akan memperoleh kemenangan dalam setiap persoalan dan tantangan yang kita hadapi.

2. Batu besar yang menghalangi pintu kubur yaitu perbuatan kita akibat dosa, tetapi jika kita datang dan meminta ampun pada Yesus, maka Roh Kudus akan menolong kita untuk menggulingkan batu penghalang itu sehingga kita dapat sampai ke kubur itu dan bertemu dengan Yesus.

3. Yesus Kristus di surga sedang menanti kita semua, Allah melihat setiap hati kita, apa pun yang kita kerjakan. Oleh sebab itu, kita datang kepada Yesus, Ia sendiri setia menanti kita (Matius 11:28). Rasul Paulus katakan tanpa kebangkitan Yesus maka sia-sialah iman kita, (1 Korintus 15:14).

Download Audio

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah : Penyuluh, No. 40, Tahun XVI/2007
Penulis artikel : Pdt. Imanuel Pakan
Penerbit : Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia, Jakarta
Halaman : 21 -- 22

Komentar