Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Bayangkan apa yang akan dialami para murid-murid Yesus jika pada akhir pekerjaan-Nya di bumi, Yesus Kristus tiba-tiba menghilang, mengabaikan hal yang paling ditakutkan dalam peradaban manusia -- maut. Mungkin tiba-tiba firman-Nya hanya akan menjadi sekadar kata-kata tidak berarti, dan makna agung dari pengorbanan-Nya di kayu salib mungkin hilang. Semua hal yang dilakukan-Nya, selain kematian-Nya, mungkin akan membuat firman-Nya dianggap palsu, sedangkan Tuhan tidak memberikan segala sesuatu yang palsu kepada kita.
Yesus Kristus, Pribadi Kedua dari Trinitas Allah, bersedia meninggalkan surga, menjadi manusia, dan turun ke bumi. Dia datang bukan karena kebetulan. Dia memiliki suatu tujuan saat datang dan menyatakan diri dalam beberapa kesempatan di bumi. Kepada para murid-Nya, Dia berkata bahwa Dia "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45). Dia berkata kepada Zakheus bahwa tujuan kedatangan-Nya adalah "untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10). Kepada orang-orang Farisi, Dia menyatakan diri sebagai gembala yang baik yang "memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya" (Yohanes 10:11, 14, 18).
Jelas bahwa tujuan utama dari kedatangan-Nya ke bumi adalah untuk menebus dosa. Dia datang ke dunia di mana hubungan antara Allah dan umat-Nya terputus karena dosa, sehingga Dia bisa memberikan pengampunan dan mengembalikan kita ke dalam hubungan kasih yang semula Allah inginkan. Menurut Roma 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Kemudian, Roma 6:23 mengatakan bahwa "upah dosa ialah maut". Namun demikian, Pribadi Kedua dari Trinitas Allah, Yesus, menjadi manusia sehingga Dia bisa memberikan nyawa-Nya dan menggantikan kita di bukit Kalvari -- untuk menebus dosa kita. Kematian-Nya membuat orang yang percaya pada-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat dapat berdamai dengan Allah, dan dosanya diampuni.
Karya penebusan-Nya yang menyelamatkan kita dari hukuman kekal dosa dan menyatukan kita kembali dengan Allah, tidak dapat dipisahkan dari sifat-Nya, baik sebagai Allah maupun manusia. Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Oleh karena itu, jika Yesus bukan benar-benar Allah, Dia tidak dapat menjadi Juru Selamat dan mengampuni dosa kita. Jika Dia tidak benar-benar menjadi manusia, Dia tidak dapat mati demi dosa kita. Menjadi Allah membuat-Nya memenuhi syarat untuk menjadi Juru Selamat kita, namun pengorbanan-Nya bagi kita dalam kemanusiaan-Nya benar-benar membuat-Nya menjadi Juru Selamat kita.
Pemahaman yang benar akan pribadi manusia Yesus Kristus penting agar dapat memahami dengan baik karya penebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti karya penebusan-Nya semata-mata karya dan kehendak Tuhan. "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus." (2 Korintus 5:19) Karena ini adalah karya Allah, maka tidak dapat menjadi karya manusia. Karya-Nya bukanlah karya penebusan Allah ditambah dengan karya lainnya, tetapi semata-mata hanyalah karya penebusan-Nya saja.
Pemahaman yang benar dari pribadi Yesus Kristus -- sifat dan karakter-Nya -- penting untuk memahami keefektifan karya penebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti karya keselamatan-Nya tidak hanya untuk satu kali, satu tempat, atau satu situasi saja. Nilainya tak terbatas dan kekal. Karya penebusan itu ada bagi semua orang dalam segala zaman. Penebusan yang sifatnya kekal memerlukan pengorbanan yang kekal, pengorbanan besar yang hanya bisa diberikan oleh Allah-Manusia.
Pemahaman yang benar akan pribadi Yesus Kristus juga penting agar kita dapat menerima dan mengalami karya tebusan-Nya. Fakta bahwa Yesus adalah Tuhan berarti seseorang tidak bisa mendapat keselamatan apabila dia pada saat yang sama tidak mengakui keilahian Yesus. Yesus menyampaikan hal tersebut secara terus terang pada orang Yahudi: "Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." (Yohanes 8:24)
Di sini kita melihat bahwa karya penebusan Yesus tidak dapat dipahami secara terpisah dari sifat-Nya sebagai Allah dan manusia.
Yesus, Korban Kita atas Dosa
Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada sistem korban pada Perjanjian Lama. Pada masa Perjanjian Lama, seekor hewan disembelih dan darahnya diletakkan di atas altar. Itu adalah cara manusia, yang terpisah dari Allah karena dosa, untuk mendapat pengampunan dan berdamai dengan Allah. Namun demikian, darah binatang tidak dapat menghapus dosa, seperti penulis Ibrani katakan, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa." (Ibrani 10:4) Mengorbankan hewan untuk Tuhan juga tidak dapat menghapus dosa manusia: "Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa." (Ibrani 10:11)
Kalau begitu apa tujuan dilakukannya pengorbanan itu? Pengorbanan hewan itu memberikan pengampunan dosa sementara yang diterima manusia dengan iman, dan memungkinkan mereka diterima Allah. Namun lebih daripada itu, cucuran darah dan ketentuan kehidupan yang ada di antara para pendosa, menekankan perlunya korban pengganti.
Yesus Kristus melakukan pengorbanan darah kekal di kayu salib, demi semua dosa dengan memberikan diri-Nya sebagai korban pengganti. Penulis Ibrani mengatakan bahwa kedatangan-Nya adalah "untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya" (Ibrani 9:26). "Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, ..., tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa." (Ibrani 10:12,18)
Karena pengorbanan Yesus, dosa yang memisahkan kita dengan Allah, dihapuskan jika kita percaya pada Yesus, dan kita bisa berdamai dengan Allah -- artinya, kita dapat menjalin hubungan baik dengan-Nya lagi.
Jadi, mereka yang dengan iman memberikan persembahan korban dalam Perjanjian Baru menanti-nantikan kayu salib dan percaya bahwa seseorang akan datang untuk menebus dosa mereka. Kita dengan iman mengingat kembali kayu salib dan Pribadi yang mati di atasnya untuk menggantikan dan menebus dosa kita.
Yesus, Anak Domba Paskah Kita
Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada Paskah, yang dirayakan pada zaman Keluaran. Orang Israel tinggal di Mesir selama empat ratus tahun, dari menjadi budak sampai warga negara Mesir. Allah, untuk memaksa Firaun mengizinkan umat Israel kembali ke tanahnya sendiri, mengirim sembilan wabah, menunjukkan kuasa-Nya pada Firaun. Wabah terakhir adalah kematian anak sulung di Mesir. Agar tidak terkena wabah itu, umat Israel harus mengorbankan seekor domba tak bercela (Keluaran 12:5), membunuhnya (Keluaran 12:6), dan membubuhkan darahnya pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas (Keluaran 12:7). Darah itu adalah tanda. Saat Allah melihat tanda itu di pintu rumah, Dia melewati rumah itu dan tidak mengambil nyawa anak sulung yang ada di dalamnya (Keluaran 12:13).
Dalam Paskah, kita sekali lagi dapat melihat korban pengganti dan manfaatnya dengan iman (Ibrani 11:28). Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Yesus memenuhi kriteria sebagai anak domba Paskah. Rasul Paulus mengatakan bahwa Dia adalah Anak domba Paskah kita (1 Korintus 5:7). Petrus menyatakan-Nya sebagai "Anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" (1 Petrus 1:19) dan Yohanes Pembaptis, saat melihat Yesus, menggambarkan-Nya dengan berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Karena kita, oleh iman dalam Yesus, dibasuh oleh darah-Nya, malaikat maut tidak akan mendatangi kita (Yohanes 11:26).
Yesus, Mesias Kita yang Menderita
Untuk memahami arti dan tujuan kematian Yesus, kita harus merujuk pada penderitaan Mesias dalam Yesaya 53. Di sini, kita melihat bahwa Mesias "menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah" (Yesaya 53:10). Dia mengorbankan diri-Nya. Dia menjadi penanggung dosa. Kita bisa juga melihat bahwa kematian-Nya adalah kematian pengganti, satu kematian yang menggantikan kematian banyak orang. Dia tidak mati demi dosa-Nya sendiri, tapi demi dosa orang lain. Yesaya mengatakan, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, ... Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita ... TUHAN telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian ... kejahatan mereka dia pikul."(Yesaya 53:4-6, 11)
Dari hal itu, kita bisa simpulkan bahwa Perjanjian Lama jelas-jelas menunjuk pada perlunya pengorbanan agung demi dosa, karena pengorbanan dalam Perjanjian Lama tidak akan pernah dapat menebus dosa kita. Perjanjian Lama juga mengatakan tentang Pribadi yang akan memberikan pengorbanan agung dan penebusan itu sekali dan untuk selamanya dengan kematian-Nya: Yesus Kristus, yang "menggantikan kita sebagai persembahan dan korban kepada Allah" (Efesus 5:2). Adalah Dia yang "memikul dosa kita dalam tubuh-Nya di kayu salib" (1 Petrus 2:24), mendamaikan kita dengan Allah "melalui darah-Nya di kayu salib" (Kolose 1:20).
Yesus, Sang Penebus Agung
Meskipun kita tidak bisa benar-benar memahami karya penebusan Yesus Kristus, Perjanjian Baru menyajikan beragam pikiran untuk menjelaskan dan mengilustrasikan makna kematian-Nya di bukit Kalvari.
Kita dapat melihat elemen pengorbanan dalam karya penebusan-Nya. Karena dosa, kita pantas mati (Roma 3:23; 6:23). Tapi Yesus berkorban bagi kita. "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah." (1 Petrus 3:18).
Kita dapat melihat elemen pemulihan hubungan dalam karya penebusan-Nya. Karena dosa, kita telah terpisah dari Allah yang kudus. Tapi Yesus mati untuk menghapus sebab dari perpisahan itu -- dosa -- dan mendamaikan kita kepada Allah. Sebab "ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma 5:10).
Kita dapat melihat elemen tebusan dalam karya penebusan-Nya. Kita telah jatuh ke dalam dosa dan dikuasai olehnya. Tapi Yesus mati untuk menebus dosa kita, memenuhi semua persyaratan kudus hukum Allah dan kutukan-Nya, dan menebus kita dari kuasa dosa (1 Timotius 2:6).
Karena dosa, kita telah melawan Allah dan membangkitkan angkara-Nya. Namun dalam karya penebusan-Nya, Yesus mati untuk menghindarkan kita dari angkara murka Allah dengan mengorbankan diri-Nya. Yesus adalah "pendamai dosa-dosa kita" (1 Yohanes 4:10).
Kita dapat melihat elemen penyelesaian dalam karya penebusan-Nya. Di kayu salib Yesus berkata, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30) Yesus telah melakukan apa pun yang perlu untuk menyelamatkan kita. Dia telah menjalani hidup yang tidak akan pernah kita bisa jalani, dan kematian-Nya menebus dosa kita. Seperti yang dikatakan Yohanes, "Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7) Benar adanya jika kita masih memerlukan penyucian dan pengampunan dosa setiap hari (1 Yohanes 1:9) selama kita hidup, namun kita menerima pengampunan itu atas dasar apa yang telah diselesaikan oleh Yesus Kristus. Kematian-Nya yang sekali dan untuk selamanya menebus semua dosa -- dahulu, sekarang, dan selamanya.
Dalam Perjanjian Baru, kita melihat kasih Allah ditunjukkan melalui Yesus Kristus. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita" (1 Yohanes 3:16).
Memeroleh Faedahnya
Seperti yang telah kita lihat, melalui kematian Anak-Nya di kayu salib, Allah menebus dosa kita. Dia sudah melakukannya. Pertanyaannya untuk kita sekarang adalah bagaimana kita mengaplikasikan karya penebusan-Nya dan bagaimana mengalami keuntungan dari penebusan itu.
Alkitab jelas mengatakan bahwa penebusan itu tidak diberikan bagi semua orang. Yesus sendiri mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21) Yesus juga mengatakan, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya." (Matius 25:41) Tidak ada seorang pun yang akan selamat.
Alkitab mengatakan bahwa segala usaha dan kemampuan kita tidak akan dapat membuat kita pantas untuk ditebus. Paulus mengatakan bahwa itu "bukan hasil usahamu ... bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9).
Alkitab juga jelas menyatakan bahwa kita akan pantas ditebus jika kita melaksanakan Sepuluh Perintah Allah. Paulus mengatakan, "Tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, ... Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat." (Galatia 2:16).
Lalu apa yang akan membuat kita pantas ditebus jika usaha, prestasi, dan kemampuan kita tidak mampu membuat kita pantas ditebus? Alkitab jelas menyatakan bahwa kita pantas ditebus karena "iman pada Yesus Kristus" (Galatia 2:16). Karena iman kita pada-Nya, kita dibenarkan dan pantas mendapatkan pengampunan-Nya Galatia 2:16; (Efesus 2:8-9).
Perhatikan penekanan yang diulang-ulang pada iman dalam Kristus. Sifat dan karakter Yesus Kristus tidak dapat dipahami terpisah dari karya penebusan-Nya. Adalah iman terhadap Sang Penebus -- Pribadi yang menyerahkan diri-Nya menjadi korban tebusan -- yang menyelamatkan.
Kesimpulannya, keselamatan adalah anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, yang pantas diterima siapa pun yang mau dengan iman menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Kisah Para Rasul 16:31; (Roma 6:23). Iman tidak hanya berarti mengakui penebusan yang telah dilakukan-Nya, tapi juga menyerahkan hidup kita di tangan-Nya. Yesus berkata, "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36)
Menentukan Kehidupan Kekal Seseorang
Sudah atau belumnya seseorang mendapatkan karya penebusan karena iman-Nya pada Tuhan dan Juru Selamat, menentukan kehidupan kekal seseorang. Mereka yang menerima-Nya pasti akan memeroleh hidup kekal. Mereka yang menolak-Nya akan selamanya terpisah dari-Nya dan akan dilempar ke lautan api, tempat penyiksaan Matius 8:11-12, 13:40-42,49-50; 2 Petrus 2:17; Yudas 13; (Wahyu 20:13-14).
Dalam Lukas 16:19-31,Yesus dengan jelas mengungkapkan perbedaan kehidupan setelah kematian antara orang-orang yang dengan iman menerima-Nya dan yang menolak-Nya. Keselamatan kekal untuk orang-orang yang percaya bertentangan dengan hukuman kekal untuk orang-orang yang tidak percaya (Matius 25:46), dan hal itu ditentukan oleh penerimaan atau penolakan akan pribadi dan karya Yesus Kristus.
Kesimpulannya, Yesus Kristus adalah Pribadi Kedua dalam Trinitas Allah, Pribadi yang sangat mencintai kita sampai-sampai Dia mau meninggalkan surga, menjadi manusia untuk menebus dosa kita agar kita, melalui iman kepada-Nya, memeroleh hidup kekal dan tinggal bersama-Nya. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 4:12) Dia adalah "Allah Mahabesar dan Juru Selamat kita" (Titus 2:13).
REFLEKSI
1. Yesus mati. Apa makna kematian-Nya bagi Anda? Apa yang Anda dapat dari pengorbanan-Nya?
2. Apakah Anda telah menerima Yesus Kristus secara pribadi dan menerima-Nya sebagai Juru Selamat Anda?
3. Apakah penting bagi keselamatan Anda bahwa Yesus Kristus itu Allah? Mengapa?
4. Jika Anda ada di hadapan Yesus Kristus sekarang, dan Dia bertanya kepada Anda mengapa Dia harus mengizinkan Anda masuk ke surga, apa jawaban yang akan Anda berikan?
Diterjemahkan dari : | ||
Judul buku | : | Conterfeits at Your Door |
Judul asli bab | : | Jesus Death and Saving Sacrifice |
Penulis | : | James Bjornstad |
Penerbit | : | G/L Publications, California 1979 |
Halaman | : | 38 -- 46 |