Ketika Tuhan Berkata, "Tunggu!"

Oleh: Mei

Sebagai orang percaya, kehidupan kita sangat lekat dengan doa. Di mana pun dan kapan pun kita dapat berdoa, dalam segala keadaan, baik suka maupun duka, untuk mengucap syukur ataupun sebagai salah satu cara kita meminta kepada Tuhan. Kita dapat meminta segala hal yang baik kepada Tuhan. Entah meminta pertolongan, meminta kekuatan, meminta berkat, dan masih banyak hal yang lain. Kita dapat berdoa, meminta untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Dan, jawaban doa yang kita kenal ada 3: "ya", "tidak", dan "tunggu". Dengan tulisan ini, saya hendak berbagi sedikit pengalaman doa yang telah saya alami.

Saya menyukai kepastian. Karena menurut saya, jika menjalani hal-hal yang tidak pasti itu hanya akan membuang waktu. Seperti misalnya dalam menjalin hubungan, saya tidak suka menjalin hubungan dengan seseorang yang berbeda iman. Mungkin bagi beberapa orang tidak masalah jika menjalin hubungan yang berbeda keyakinan, yang penting dijalani dulu. Tetapi saya tidak bisa seperti itu, karena menurut saya lebih baik tidak memulai hubungan yang tidak kita ketahui bagaimana ujungnya. Dan, ketika suami saya saat itu hendak mengutarakan niatnya untuk menjalin hubungan yang spesial (menjadi pacar), saya berkata, "Saya ingin melakukan pemberkatan dengan cara Kristen. Kalau kamu keberatan, lebih baik tidak perlu memulai hubungan ini". Saat itu, pacar saya tidak keberatan dan kami menjalin masa pacaran selama kurang lebih 5 tahun hingga akhirnya Tuhan mempersatukan kami dalam ikatan pernikahan kudus.

Sama halnya dengan kehidupan doa saya. Saya menyukai kepastian jawaban dalam doa. Biasanya, Tuhan sering menjawab doa saya dengan "ya" atau "tidak". Saya tidak menunggu waktu lama untuk mendapatkan jawaban doa itu. Tuhan menjawab doa saya dengan "cepat" dengan cara-Nya yang ajaib. Ini adalah salah satu jawaban doa saya ketika Tuhan berkata "ya". Waktu itu, saya melamar pekerjaan di tempat kerja yang lama. Saat itu, saya melamar pekerjaan pada pagi hari, dan sore harinya langsung dipanggil untuk tes dan wawancara. Supervisor saya saat itu berkata, "Kamu diterima karena kebetulan, karena beberapa orang yang sebelumnya saya hubungi tidak mengangkat panggilan telepon saya." Akan tetapi, saya percaya tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Semua adalah rencana Tuhan yang indah dalam kehidupan saya.

Tentu saja, Tuhan tidak selalu menjawab doa saya dengan "ya". Ada kalanya, Tuhan mengatakan "tidak" untuk permohonan doa saya. Seperti ketika saya masih ingin mendaki gunung setelah menikah. Tuhan menjawab doa saya dengan jawaban "tidak" melalui suami saya. Dan, masih banyak doa saya yang lain yang Tuhan berkata "ya" ataupun "tidak".

Setelah saya menikah, saya selalu berdoa dan berharap akan segera mendapatkan momongan. Namun, untuk doa ini Tuhan berkata "tunggu". Dalam kelemahan saya, terkadang saya mengeluh kepada Tuhan. Mengapa Tuhan membuat saya menunggu, biasanya Tuhan segera mengabulkan doa saya? Mengapa saya mengalami hal ini, padahal di keluarga saya setiap ada anggota keluarga yang menikah selalu segera mendapat momongan? Dan, masih banyak hal lain yang membuat saya semakin tidak sabar dan seakan "tidak mendapat kepastian dari Tuhan". Apalagi ketika bertemu dengan teman atau keluarga yang lain, selalu bertanya tentang momongan membuat saya semakin bersedih.

Akan tetapi, Tuhan mengubahkan cara pandang saya dalam melihat permasalahan ini. Tuhan ingin saya belajar bersabar menunggu jawaban doa sehingga iman saya semakin dibentuk. Saya belajar mengerti kehendak Tuhan dan memperbaiki motivasi saya mengenai memiliki momongan. Saat itu, saya diingatkan oleh Tuhan melalui doa Hana "Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya" (1 Samuel 1:11). Dalam hati, saya memang sudah memiliki banyak angan ketika saya memiliki anak kelak. Akan saya arahkan seperti apa dan masih banyak hal lain. Tuhan yang mengerti hati saya, mengetahui bahwa motivasi saya salah. Anak bukanlah piala yang dibangga-banggakan ketika sudah memilikinya. Anak bukanlah boneka yang dapat diatur sesuai cara kita. Tetapi anak adalah karunia Tuhan, dan sebagai orangtua, kita harus merelakan anak kita dipakai Tuhan menurut cara Tuhan, bukan cara kita.

Saat ini, saya bersyukur karena Tuhan memilih jawaban "tunggu" untuk doa saya tersebut. Saya percaya bahwa ketika jawaban doa itu hadir saya akan lebih bersukacita dan lebih bersyukur daripada ketika saya mendapat jawaban doa itu dengan segera. Dan, saya juga percaya, ketika anak itu hadir, saya sudah siap menjadi orangtua sesuai standar Tuhan. Bagian saya saat ini adalah berdoa dan berusaha memantaskan hidup saya untuk menerima berkat Tuhan itu.

Semoga tulisan saya ini dapat menjadi berkat bagi saudara yang membacanya dan kita yang sedang menanti jawaban doa sama-sama dikuatkan oleh firman Tuhan. Saya ingin membagi satu ayat Alkitab yang menjadi kekuatan saya dalam menanti jawaban Tuhan. "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa." (Roma 12:12)

Tuhan Yesus memberkati.

Komentar