Membangun Kehidupan Doa

Ditulis oleh: Amidya

Banyak orang berkata bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Saat manusia bernafas, rasanya tidak ada beban, tidak ada masalah, karena manusia dapat menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan itu semua adalah gratis. Tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa doa tidak seperti kita bernafas? Doa membutuhkan ketekunan dan sikap berdoa yang benar. Terkadang saat kita sedang sehat, rasanya bernafas itu mudah sekali, asal hidung tidak mampet, ya kita bisa menghirup udara baik-baik. Akan tetapi, saat kita sedang sakit bahkan dalam keadaan kritis, betapa mahalnya dapat bernafas itu akan sangat terasa. Berapa banyak uang yang harus kita keluarkan untuk satu tabung oksigen yang kita hirup? Mengapa saat kita sehat, kita sering menyepelekan berkat yang Tuhan berikan atas lancarnya pernafasan kita.

Kehidupan doa orang percaya, pasti seperti kondisi manusia pada umumnya. Ada naik dan turunnya. Saya pribadi pernah merasakan betapa sulitnya mengambil waktu khusus untuk berdoa. Mengapa rasanya waktu saya selalu habis dan saya tidak memiliki waktu menikmati Tuhan dan hadirat-Nya? Akhirnya, saya membuat satu komitmen untuk meluangkan waktu khusus untuk berdoa dan menikmati hadirat-Nya. Dalam sehari, memang saya sudah berdoa mulai bangun tidur, mau makan, mau pergi, dan saat mau tidur lagi. Tetapi, doa orang percaya seharusnya tidak sebatas berdoa untuk berbagai aktivitas yang kita lakukan. Orang percaya seharusnya memiliki gairah untuk terus dekat dengan Tuhan. Berdoa tidak sebatas meminta untuk semua kebutuhan kita, berdoa adalah mencari kehendak dan ketetapan-Nya.

Kini saya mengkhususkan jam 05.00 WIB untuk berdoa dan bersaat teduh. Puji Tuhan, semua berjalan dengan baik. Lebih bersyukur bersama dengan komunitas alumni PESTA, kami memiliki jam kontak doa bersama yaitu jam 21.00 WIB. Dengan demikian, saya bersyukur karena dapat berdoa dan bersyafaat bagi bangsa dan negara, misi dan penginjilan, dan mendoakan sesama yang membutuhkan dukungan doa. Kehidupan doa perlu dibangun, dan kita perlu berkomitmen untuk membangunnya. "Tetaplah berdoa" (1 Tesalonika 5:17). Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan!

Komentar