Pentingnya Berdoa bagi Orang Lain

Oleh: Yoel

Saya mungkin orang yang egois. Saya sangat jarang berdoa khusus untuk orang lain. Namun, sejak magang di SABDA, saya sadar bahwa mendoakan orang lain itu penting. Di SABDA, setiap PA (Pendalaman Alkitab) dan PD (Persekutuan Doa) diakhiri dengan mendoakan pokok doa dari setiap anggota. Pokok doa tersebut isinya bukan hanya umtuk mereka sendiri, tetapi juga orang lain. Itu menjadi wujud dari kepedulian mereka terhadap masalah orang lain. Sebelum itu, pemikiran saya adalah, cukuplah pendeta dalam doa syafaat saat kebaktian yang mendoakan berbagai kepentingan orang lain. Jika ada orang lain yang minta didoakan, contohnya, "Doakan aku ya supaya cepat dapat pacar". Saya akan bilang, "Ya." Namun prakteknya, jujur, saya tidak mendoakan orang itu. Ya, mungkin kalo ingat saja. Mungkin karena saya tidak percaya, apa bedanya doa sendiri dan didoakan orang lain? Pokoknya, saya sangat jarang mendoakan kepentingan orang lain. Biasanya jika masalah itu besar, baru saya memohonkannya dalam doa saya.

Saya mengakui bahwa saya malas untuk mencari alasan pentingnya mendoakan orang lain. Padahal, di Alkitab sendiri banyak sekali ayat yang memerintahkan supaya kita mendoakan orang lain. Ayat yang paling jelas adalah dari Matius 5:44,"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Tuhan Yesus sendiri menginginkan kita supaya kita mendoakan musuh. Musuh yang biasanya kita benci, malah harus kita doakan, terlebih lagi terhadap orang yang kita kasihi. Tentu saja kita harus mendoakan setiap orang menurut keadaanya. Saya sungguh dikuatkan saat membaca Matius 21:22, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” Yesus menyatakan dengan jelas bahwa ada kuasa yang sangat besar di balik doa yang disertai iman penuh. Ini terbukti dari kesaksian-kesaksian orang yang berdoa memohon dengan sungguh, seperti sembuh dari penyakit parah, perubahan sikap orang menjadi lebih baik, pemulihan keluarga, dan sebagainya. Terkhusus penegasan tentang kuasa doa, Yakobus 5:16 berkata, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Dengan ini saya sadar bahwa doa kita itu benar-benar didengar Tuhan, dan mempunyai kuasa yang sangat besar. Jadi, ini menyadarkan saya untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan tulus karena Tuhan langsung yang kita ajak berkomunikasi. Memercayai bahwa doa itu bisa merubah realitas dunia yang mungkin tidak masuk akal. Bukan hanya untuk kepentingan saya sendiri tetapi juga kepentingan orang lain.

Saya merasa aneh saat beberapa staf di SABDA membawa-bawa hal yang menurut saya remeh, atau kurang penting dalam pokok doa. Hal-hal yang sehari-hari yang jarang orang memintanya dalam doa. Bagi saya, tidaklah perlu membawa permasalahan kecil ke dalam pokok doa. Saya jarang membawa hal-hal kecil dalam doa. Namun, ternyata ada manfaat yang tidak disadari saat kita berbagi pokok doa. Kita dapat berbagi permasalahan dengan komunitas Kristen meski masalahnya mungkin tidak terlalu besar. Satu contoh adalah di dalam Lukas 22:32, "tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu." Tuhan Yesus berdoa supaya murid-murid-Nya dikuatkan imannya. Dengan demikian Tuhan Yesus memberi pengertian bahwa saling menguatkan antara saudara seiman itu sangat penting, salah satunya lewat doa. Hal ini juga dipraktikan oleh Rasul Paulus, yaitu mendoakan sesama orang percaya. Ia berdoa supaya orang percaya dikuatkan oleh Roh Kudus yang berada di dalam diri mereka, dan supaya mereka mampu memahami kasih Allah, dan dipenuhi dengan kepenuhan Allah (Efesus 3:14-19) dan juga nasihatnya yang terdapat dalam 2 Korintus 13:7. Dengan doa, hubungan antara anggota komunitas Kristen menjadi lebih erat.

Saya tidak tahu apakah saya orang yang mengandalkan Tuhan atau orang yang merasa diri kuat. Lagi pula saya juga masih berusaha memahami ungkapan, "mengandalkan Tuhan". Setahu saya, mengandalkan Tuhan itu mirip dengan berserah. Nah, berserah menurut pemahaman yang saya terima adalah, kita berusaha semaksimal mungkin sampai mentok, barulah kita menyerahkan kepada Tuhan sisanya. Jika suatu masalah dapat selesai dengan penanganan kita sendiri, maka menurut saya, berusaha dengan maksimal adalah solusi. Namun, jika itu merupakan masalah yang besar, maka boleh dibawa dalam doa. Ternyata itu salah. Tuhan Yesus sendiri berkata dalam Matius 26:41, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Mungkin ini salah satu alasan mengapa saya sering jatuh dalam dosa, yaitu tidak dekat dengan Tuhan melalui doa. Berjaga-jaga dan berdoa adalah kunci untuk menghadapi pencobaan di dunia yang penuh dengan godaan ini. Banyak juga pokok-pokok doa itu adalah ungkapan syukur dari hal-hal yang biasanya jarang dibawa orang di dalam doa. Misalnya, tiba di tempat tujuan dengan selamat, supaya bisa beristirahat dan lain sebagainya. Dengan ini, beban kita menjadi lebih ringan dan ungkapan syukur kita tidak kita nikmati sendiri. Ini juga bisa menjadi sarana bagi saya untuk peka dalam mengucap syukur. Terlebih lagi, untuk tidak meremehkan masalah. Biasakanlah untuk selalu melibatkan Tuhan dalam usaha kita melalui doa.

Dalam sejarah hidup saya, saya hanya tekun berdoa saat bangun tidur, mau makan, dan akan tidur. Sudah. Dan, itu pun rutinitas belaka. Sangat jarang saya berdoa khusus selain itu. Biasanya saya hanya berdoa khusus saat setelah merasakan hadirat Tuhan. Memahami bahwa ada sesuatu yang Tuhan mau dalam hidup saya. Sebenarnya, banyak keinginan saya yang terkabul. Tergantung kepekaan dalam melihat kesempatan yang Tuhan sediakan. Saya juga heran, mengapa Tuhan banyak mengabulkan doa saya. Sementara di sisi lain, saya melihat banyak orang yang berdoa, tetapi katanya hanya sebagian kecil dari doa mereka yang dijawab, itu pun belum tentu sesuai keinginan mereka. Mulai sekarang, saya akan berdoa untuk orang lain. Dengan saya magang di SABDA, saya sadar untuk membawa permasalahan orang lain dalam doa saya. Tentu saja, kalau bisa membantu lebih dari doa, ya harus membantu. Berdoa untuk orang lain adalah kebutuhan bagi orang percaya.

Komentar