Senin, 30 Maret 2020 -- Indonesia

03/30/2020 7:25 am
Asia/Jakarta

Orang-orang percaya dari latar belakang "M" sering menghadapi penganiayaan dari keluarga dan komunitas mereka dan berada di bawah tekanan untuk melepaskan keyakinan mereka. Gereja sulit dibangun; bahkan, jika sidang berhasil memenuhi semua persyaratan hukum pun, otoritas setempat masih dapat menolak izin mereka. Anak-anak orang percaya sering menghadapi pelecehan verbal -- mereka disebut kafir dan kadang-kadang dibuat untuk duduk di belakang di kelas.

Sementara orang-orang percaya di Indonesia biasanya tidak menghadapi penganiayaan dengan kekerasan, pada 2018, ada 18 orang Kristen terbunuh dan banyak lagi yang terluka dalam serangan bom bunuh diri yang terkoordinasi di tiga gereja di kota Surabaya. Robby (nama samaran) adalah salah satu korban yang selamat. Luar biasanya, dia mampu mengampuni mereka yang menyerang gereja. Dia berkata, "Sebagai orang percaya, kita diajarkan untuk mengampuni. Balas dendam tidak membawa kita ke mana pun; siklus kekerasan tidak akan pernah putus." Alkitab berkata, "jangan biarkan matahari terbenam saat kamu masih marah." Dukungan dan doa-doa Anda membantu YSLI untuk memberikan dukungan keuangan bagi keluarga yang terkena dampak pengeboman.

Komentar