Tuhan Menyelamatkan Anakku

Shalom,

Perkenankan nama Dhany Irawan dan istri saya Frida Marsitanoe. Kami sekeluarga berjemaat di GIA Dr. cipto Semarang. Kami menikah pada tahun 2007 dan dengan segera Tuhan Yesus mengkaruniakan kami seorang anak perempuan, yang kami beri nama Graciella Celine Irawan. Ketika peristiwa ini terjadi, Celin (demikian kami memanggilnya) baru berusia 2 tahun 10 bulan.

Pada tanggal 2 september 2010 (tepatnya hari jumat), Celine mengalami sakit diare. Pada saat itu, kami memberikan obat diare kepada Celine dan seketika itu Celine terlihat lebih baik. Karena kondisinya sudah membaik, pada hari minggu kami mengajaknya ke sekolah minggu, dan pada malam harinya kami mengajak dia mengunjungi rumah kakek dan nenek untuk main sebentar.

Ketika kami pulang ke rumah, Celine kembali BAB (Buang Air Besar) lagi. BAB ini terulang lagi keesokan harinya -- dari pagi sampai sore. Dengan BAB yang berulang-ulang dalam satu hari, kami memutuskan untuk memeriksakan Celine ke dokter. Kami khawatir dengan kondisinya yang semakin melemah. Pukul 19.00 WIB kami memeriksakan Celine ke Rumah Sakit Bersalin Kusuma, yang berada tidak jauh dari rumah kami. Di sana Celine diperiksa, dan hasil pemeriksaan menyatakan Celine boleh dibawa pulang. Dokter memberrikan resep dan petunjuk untuk kami memberikan oralit, dan yang terpenting jangan sampai Celine kehabisan cairan.

Saya lalu mengantarkan Celine dan istri saya pulang terlebih dahulu ke rumah, karena saya harus mengambil obat di apotek. Selama saya pergi membeli obat, keadaan Celine menjadi tidak stabil. Ia semakin sering buang BAB. Kondisi ini membuat kami sangat khawatir. Saat kami menggantikan celananya, Celine malah berontak dan tidak mau memakai bajunya. Kami beruasaha memakaikan baju untuk Celine, tetapi ia menolah. Akhirnya kami menutuskan untuk membawa Celine masuk ke kamar tidur. Dalam kamat itu AC sengaja kami matikan dan kami memberikan penerangan yang minim, dengan pertimbangan supaya Celine bisa istirahat.

Saya lalu menelpon orang tua saya, mohon saran atas keadaan Celine (karena dokter mengatakan boleh membawa Celine pulang) dan Celine saat itu, Celine masih mau minum walaupun sedikit. Waktu papi saya melihat kondisi Celine, ia menjadi heran, "mengapa dokter tidak menyarankan untuk rawat inap). Sekitar pukul 23.00 WIB, papi pulang dan beliau berpesan, kalau ada apa-apa segera memberi tahu.

Saya dan istri berusaha mebuat Celine tidur, tetapi susah sekali Celine menidurkan dirinya, sampai kami kehabisan akal. Sekitar pukul 24.00 WIB, Celine memegang tangan saya dangan erat -- sangat erat. Saya kaget, dan saat berusaha melepaskan jarinya yang terasa sudah kaku. Saya lalu menggendong Celine, menatap matanya, dan berusaha bicara dengannya, namun Celine tidak memberikan respons. Celine sudah tidak sadarkan diri.

Kami lalu memutuskan untuk membawa Celine ke Rumah Sakit di daerah simpang lima (tidak jauh dari rumah kami, sekitar 10 menit sampai). Segera saya ganti baju dan menelpon papi saya. Istri saya menggendong Celine keluar kamar sambil menangis mengatakan bahwa tubuh Celine kaku. Saya kaget. Saat itu yang terpikir hanya berdoa dan memuji Tuhan -- 1-2 pujian sempat kami nyanyikan. Puji Tuhan tubuh Celine agak berkurang kakunya.

Celine lansung dimasukkan ke UGD. Dan dokter yang memerikas Celine menyatakan bahwa Celine sudah tidak sadar. Celine kekurangan oksigen yang ditandai dengan bercak-bercak merah ditubuhnya dan kekurangan cairan (dehidrasi) yang ditandai dengan mata cekung. Saat itu saya berkata pada Tuhan, mengapa bisa begini, Tuhan? Padahal waktu di mobil, saat digendong Celine sempat memanggil dengan lirih Ma... Pa... pada Opa dan Omanya.

Kami tak dapat menutupi ketakutan dan kecemasan kami, karena kami tidak boleh melihat (di luar tirai) ketika Celine ada di ruang UGD. Apalagi saat papi sempat mendengar dan melihat dari celah tirai di UGD, di mana dokter menyatakan napas Celine sudah lemah sekali, bahkan saat diberi masker melalui hidung dan mulut Celine, reaksi tabung hisap oksigen di dinding sudah tidak ada gelembung. Papi kami menghampiri kami dan memberitahukan hal itu pada kami, serta berbicara KALIAN BERDUA SEBAGAI ORANG TUA BERDOA & MENGUCAP SYUKURLAH, KARENA DOA ORANG TUA UNTUK ANAKNYA BESAR KUASANYA! APAPUN YANG TERJADI PADA CELINE SEKARANG DI DALAM TANGAN TUHAN, MAKA APAPUN YANG TERJADI BAHKAN YANG TERJELEK SEKALIPUN. TETAPLAH MENGUCAP SYUKUR,SEBAB DIA TURUT BEKERJA DALAM SEGALA SESUATU,PERCAYALAH (ROMA 8:28).

Saya dan istri saat itu berdoa, "Tuhan kami ucapkan syukur hanya pada-Mu, kami yakin dengan iman jika semua ini dalam tangan Tuhan, dan kami percaya bahwa yang terjadi, Tuhan pasti akan berikan yang terbaik pada anak kami." Apa yang kami imani benar-benar menjadi kenyataan, di mana napas Celine, yang lama-lama makin menguat. Thanks GOD. Tapi selanjutnya kami dikejutkan lagi dengan laporan bahwa infus tidak bisa di masukan ke dalam nadi Celine, karena nadi Celine sudah mengerut gara-gara kekurangan cairan. Dokter harus segera melakukan pembedahan di pembuluh vena, untuk memasukan selang infus. Dalam hati saya berkata, "Aduh kenapa ini juga mesti terjadi Tuhan?" Kami hanya pasrah pada tindakan dokter. Beberapa waktu kemudian tirai dibuka dan dokter mengatakan operasi pembedahan berhasil dilakukan. Celine dibedah pada bagian selakangan kanan (arteri besar). Puji Tuhan, kami bersyukur dan kami yakin Tuhan turut bekerja dalam semuanya ini.

Masalah kembali ada ketika Dokter kepala UGD mengatakan bahwa Celine harus dibantu dengan mesin ventilator untuk menstabilkan napasnya, karena tidak bisa dengan manual/masker. Rumah sakit tempat Celine dirawat pada waktu itu sedang penuh, sehingga dokter mengatakan kami harus dirujuk ke rumah sakit yang memiliki ventilator. Tetapi, sebelum dipindahkan kami harus menunggu hingga tekanan darah serta napas Celine stabil. Sekitar pukul 04.30 WIB, kami membawa Celine ke rumah sakit H. Kami berterima kasih pada Tuhan, karena dengan diizinkannya Celine pindah, itu berarti Celine sudah mencapai batas stabil. Itu perasaan kami sebagai ORANG AWAM, yang merasa Celine sudah dalam kondisi "aman".

Hari kedua berada di rumah sakit, tepatnya pada tanggal 5 September, Tuhan memberikan ujian lagi kepada kami. Di rumah sakit ini Celine ditetapkan harus masuk ruang ICU dulu, dengan dipasang ventilator, alat deteksi detak jantung yang dihubungkan dengan monitor, deteksi oksigen dalam tubuh, kateter, dll.. Sebagai orang tua kami tidak tega, karena sebelumnya Celine tidak pernah sakit apapun. Kami hanya bisa menjenguknya hanya sekali sehari, waktunya pun dibatasi hanya 2 jam.

Puji Tuhan, hari pertama kondisi Celine menunjukkan ada kemajuan. PAda hari kedua kami bisa melihat wajah Celine yang segar dan benar-benar sudah tidak terlihat kalau dia baru saja mengalami sakit yang berat, walaupun pada waktu itu Celine masih dibius dan tidak begitu sadar. Keesokan harinya ketika kami mengunjunginya, Celine sudah bisa berinteraksi, bercanda, hingga kadang kami membuatnya tersenyum. Tuhan Yesus kami bersyukur karena Engkau telah selamatkan Celine dan sekarang Engkau telah pulihkan keadaan Celine dengan begitu cepatnya. Kami imani bahwa Tuhan Yesus adalah "Penolong kita yang setia". Tuhan Yesuslah yang sanggup memulihkan keadaannya.

Pada hari ketiga, tepatnya hari Kamis malam, Celine sudah diizinkan oleh dokter kepala ICU untuk menempati ruang perawatan biasa, walaupun Celine masih tidur karena pengaruh obat bius. Senangnya hati kami. Para perawat juga berkata kemajuannya cepat sekali, dari dehidrasi berat dan kurang oksigen 3 hari, bisa keluar ICU. Pada Jumat sore, banyak keluarga dan teman gereja yang datang menjenguk. Setelah semua tamu pulang sekitar pukul 19.00-20.00 WIB, mata Celine tiba-tiba berkedip, pada mulanya hanya sesekali, lama-lama agak sering, dan sekitar tengah malam tangan dan kaki mengalami kejang-kejang. Celine dipindahkan ke ruang ICU lagi. Inilah ujian selanjutnya yang harus kami hadapi. Keadaan Celin bukannya menjadi lebih baik, malah sebaliknya, dari hari-kehari semakin buruk. Dokter ICU anak berkata, kalau kejang tanpa disertai panas, itu berarti ada 2 kemungkinan: Epilepsi atau Gangguan saraf otak.

Melalui saran dokter, kami setuju untuk memberikan anti virus yang sedianya untuk antisipasi yang terburuk yaitu meningitis. Jadi sejak hari ini Celine sudah mulai diberikan obat anti virus, yang sehari diberikan sebanyak 4 kali. Untuk epilepsi tidak mungkin, karena tidak ada turunan, dan jika epilepsi gejalanya sudah terlihat sejak dari kecil. Setelah menunggu selama 2 hari, dokter ahli saraf menyarankan untuk CT Scan, sehingga hasil yang sebenarnya bisa diketahui. Setelah Celine menjalani CT Scan, kami diberikan penjelasan mengenai hasil yang sebenarnya, bahwa Celine terkena radang selaput otak/meningitis/ensefalitis dan terlihat di situ ada pembengkakan otak, lalu ada infeksi di saluran makanan ke otak. Saat mengetahui hasil itu kami berdua benar-benar hancur hati, karena beberapa hari lalu kami sudah sangat senang karena Celine sudah disembuhkan Tuhan, tetapi hasilnya hari ini berbalik 180 derajat. TERNYATA CELINE TERKENA SAKIT YANG LUAR BIASA (otaknya terinfeksi, bengkak, dan radang. Ini benar-benar membuat harapan yang kami bangun sejak Celine lahir sampai dewasa kelak, baik dalam setiap ucapan kami mendidik dia, iman kami/doa, sesaat itu hancur total).

Sesaat kami sadar bahwa apa juga daya kami, kami tidak bisa berbuat apa-apa, selain kami hanya punya serpihan-serpihan iman kami terhadap Tuhan Yesus, yang mana Tuhan telah berikan napas baru pada Celine saat dia pertama masuk UGD rumah sakit dan bisa keluar dari ICU. Saya dan istri tetap berdoa dan beriman bahwa kemarin Tuhan sudah memberikan mukjizatnya, maka yang inipun Tuhan Yesus pasti menolong bahkan Tuhan akan tunjukan mukjizatnya yang lebih dahsyat. Tuhan Yesus pasti mendengar serua anak-anak-Nya yang berserah dan bersandar penuh pada-Nya. Beberapa saudara seiman dari GIA Dr. Cipto (rohaniawan, pendeta, dan gembala kami) berkunjung memberi kekuatan iman, doa, dan kesaksian hidup mereka) dan papi saya (Sonny Marsitanoe) selalu berkunjung, berdoa, memberi ayat-ayat, supaya iman kita berdua tidak goyah:

  1. Menanti janji Bapa dengan sabar dan taat seperti Abraham (Kejadian 17: 4-6, 15-16, 18:10) -- Walau sekalipun tidak ada dasar berharap, tapi Abraham tetap berharap juga.

  2. Janji Bapa digenapi (Kejadian 21:1-3, 6,7) dan beberapa pujian yang sampai sekarang kalau dinyanyikan/kita mendengar selalu mengingatkan betapa besar kasih dan anugrah Tuhan bagi anak kami, seperti Jalanmu tak terselami, Kuyakin saat KAU berfirman, Kupanggil namaMU, berseru padaMU sbab Kau Tuhan sgala Raja pemilik hidupnya, dll..

Hari terus berjalan. Seminggu sudah Celine berada di ruang ICU, tetapi kami belum melihat adanya kemajuan terhadap kesehatan Celine. Tuhan sampai kapan ini harus terjadi? Memasuki minggu kedua, waktunya infus di vena kanan yang dari UGD rumah sakit T harus dilepas, dan dipindah di vena kiri. Disitulah masalah baru muncul. Tiap hari, Celine mengalami panas 2-3x tiap hari (keterangan suster jaga ICU). Menurut keterangan dokter, kalau menigitis memang seperti itu, ada panas. Panas Celine bisa mencapai38 hingga 40 derajat celcius, yang menyebabkan Celine menggigil dan ranjangnya bergoyang. Terkadang kami harus memegang tangan dan tubuhnya. Hati kami benar-benar hancur. Bahkan dokter berkata kepada kami berdua, penderita penyakit miningitis, kalau tidak meninggal, ya hidup dengan cacat fisik/mental/gangguan bicara dan berjalan.

Dengan panas yang kadang datang dan pergi, dokter menyuruh Celine bisa keluar ICU ke ruang rawat inap. Sebetulnya kami tidak siap. Tapi semua rencana Tuhan itu indah, walaupun sepertinya berat. Di kamar itu Tuhan menunjukkan bahwa panas yang Celin alami disebabkan oleh abses/infeksi (basah bernanah) dari infus di vena kiri yang mungkin tidak bersih. Kemudian infus dipindah di kaki kanan, tidak beberapa lama, kaki kanan bengkak, kemudian dipindah di tangan dan di tangan pun bermasalah. Sepertinya masalah beruntun tidak tahu kapan berakhirnya (Ingatlah saudara seiman, seperti firman yang saya pernah dengar di gereja) Kalau masalah kita bertubi-tubi sudah seperti mencapai puncaknya, ingatlah itu hampir berakhir.

Saya sudah tidak tahu harus berkata apa lagi kepada Tuhan. Tapi say apercaya Tuhanlah yang paling mengerti. Yang saya lakukan hanyalah mengucap syukur dan memuji Dia. Disamping kalau Celine terjaga, matanya terbuka, tapi sepertinya ia tidak melihat dan tidak bereaksi, semua anggota tubuh lemah, leher tidak bisa tegak selalu jatuh seperti bayi. Dokter ahli saraf anak mengatakan kalau Celine tetap tidak bisa melihat, perlu dilakukan tes Bera/tes pusat kelistrikan di otak. Mendengar itu, kami cuma berdoa dalam hati "kami percaya mukjizat-Mu belum berakhir Tuhan, Graciela Celine pasti sembuh dengan sempurna (Kau Bapa yang Ajaib).

Di rawat inap itu kami menemukan juga kalau BAB nya berlendir, kemudian salah satu teman menyarankan untuk pindah dokter, karena sudah satu bulan di rumah sakit tersebut, tetapi tidak ada kemajuan. Abses di bekas infus vena juga tidak dibersihkan, berak berlendir/ disentri juga tidak dicari penyebabnya dan disembuhkan. Sore itu juga kami segera pindah ke rumah sakit E. Tiba di rumah sakit E, ditemukan kalau infus di tangan ternyata bengkak selama di sana, jadi diputuskan tidak perlu di infus lagi. Penyebab panas juga segera dicari yaitu abses di selakangan dibersihkan dan memerlukan beberapa hari. Efek panas yang terus-menerus menyebabkan di tengah kedua telinga ada air dan harus ditusuk. Obat-obat dari rumah sakit H (sekitar 60%) tidak terpakai karena terlalu banyak dan jangka lama yang menyebabkan berak lendir.

Puji Tuhan dalam 1 minggu dirawat, BAB sudah baik, karena kondisi memungkinkan, maka dokter mau memastikan kondisi otaknya, karena dengan hasil CT Scan dari dokter rumah sakit H kurang detail, maka dilakukan MRI kepala. Dalam waktu hari hasilnya luar biasa. Puji TUHAN hanya bekas luka/lesi di selaput kanan otak dan pembengkakan otak tidak ada. Itu adalah suatu mukjizat Tuhan bagi Graciela Celine dan anugrah-Nya yang besar bagi Celine dan keluarga kami. Saat ini saya bisa membandingkan kita sebagai anak Tuhan dengan bukan anak Tuhan. Di ICU sebelah Celine menderita ensefalitis/miningitis yang sama juga dari diare. Umurnya juga sama, 2,5 tahun, sudah 3 bulan di ICU, tengkorak kepala dan selaput otak dibor untuk mengeluarkan cairan otak dengan selang keluar melalui pipis. Sudah berbagai orang pintar dipanggil dan rutin meminumkan air putihnya, di bawah ranjang ada sesajen, tapi sampai pulangnya pun dokter angkat tangan dan berkata kalau itu cacat mental seumur hidup, kalau minum dari hidung dan kalau tidur melek. Yang sebelahnya meninggal karena SGB .Tapi kita anak Tuhan dibedakan dari dunia, karena kita adalah anak anak Terang supaya menjadi saksi.

Tuhan yang kita sembah Tuhan yang dasyat. Dia hidup, dia dokter di atas segala dokter, sehingga hasil MRI otak sudah tidak ada radang selaput otak/miningitis. Maka apapun vonis dokter, ada gejala sisa, seperti cacat fisik/cacat mental, gangguan bicara dan gangguan berjalan, itu semua, PUJI TUHAN tidak ada pada Grace. Tanggal 15 November dokter mengizinkan Celine pulang.

Sekarang kami tahu kalau sakit OTAK (sekalipun hanya di selaput otaknya saja/apapun lecet) sesedikit apapun, sangat luar biasa efeknya bagi "anggota tubuh yang sehat", karena gerak sekecil apapun itu semua perintah otak, seperti menelan sampai tidak tersedak, buka tutup mata, duduk dan berdiri, dan pada pengontrolan anggota tubuh kita, mengambil/menaruh barang, sampai dengan konsentrasi.

Tiap hari kami melihat, beberapa hal yang kami ajarkan dulu, seperti flashcard–flashcard gambar/tulisan mandarin(huruf hanzi/Tionghoa) dan beberapa kosa kata inggris yang kita ajarkan, serta kejadian-kejadian yang kami pikir dia sudah lupa, ternyata dia ingat betul. Ini semua hanya karena mukjizat dan kasih anugerah Tuhan semata kepada keluarga kami.

Pemulihan fisik Celine dari hari ke hari sangat luar biasa, dari yang tidak bisa apa-apa seperti bayi (pada awal pulang dari rumah sakit) hanya bias tidur, kemudian kami belajar tengkurap, merangkak kembali seperti dulu ketika Celine bayi, dan kami titah berjalan dan berlari. Saat ini Celine sudah kembali aktif bersekolah di playgroup Trilingual Language. Kami berdua saat ini sepakat memanggil dia Grace tidak Celine lagi, karena Pemulihan Tuhan sampai sekarang masih terus terjadi (seperti sejak awal kita memberi nama Graciela yang berarti (Anugerah Tuhan). Saat ini kami masih banyak melatih Grace untuk sensorik dan motoriknya, pemulihan kasehatannya dan kekebalan tubuhnya. Namun kita sekeluarga percaya, kalau Tuhan berkehendak sembuh, pasti tidak setengah-setengah dan kembali sempurna. Anak yang periang, cerdas, aktif, dan sehat.

Sebelum saya tutup kesaksian ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh hamba-hamba Tuhan GIA Dr. Cipto, juga hamba-hamba Tuhan dari GIA dalam kota/luar kota, saudara-saudara seiman yg sudah menjenguk, mendukung doa dan menguatkan iman kami, selama kurang lebih 2 bulan di rumah sakit, baik dari gereja kami, maupun gereja lain. Kiranya Tuhan yang akan membalas segala budi baik bapak/ibu sekalian. Kalau boleh saya mau membagi beberapa ayat, yang saya dapat dari papi saya yang terus-menerus memberi kekuatan iman tetap kuat tidak gampang goyah oleh masalah apapun:

5 HALANGAN & RINTANGAN TERHADAP PENYEMBUHAN:

  1. Dosa kita yang tidak diakui, yang menghalangi penyembuhan (Yakobus 5:16)

  2. Penindasan/perbudakan oleh kuasa kegelapan (Lukas 13:11-13)

  3. Ketidakpercayaan kita dengan iman/masih ragu-ragu (Markus 6:3-6, Markus 9:19, 23-24)

  4. Ketakutan dan kekhawatiran yang sering mengguncang iman (Amsal 3:5-8, Filipi 4:6-7)

  5. Kekecewaan pada masa lalu yang melemahkan iman sekarang (Markus 5:26, Yohanes 5:5-7)

Bapak, Ibu, saudara tetap andalkan Tuhan dan terus beriman teguh. Pasti kita akan melihat mukjizat-Nya dan rencana-Nya yang indah, karena TUHAN kita TUHAN yang luar biasa dan Tuhan yang hidup. DIA SANGGUP MELAKUKAN PERKARA PERKARA YANG MUSTAHIL. AMIN

Komentar