Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Doa
PENGUNGSI DI NIL BIRU
Fatima bergegas ke gubuk lumpur kecilnya dan buru-buru mengemasi beberapa barang. Desas-desus tentang konflik di dekatnya telah membuat seluruh kamp pengungsi panik, dan dia memutuskan untuk melarikan diri bersama anak-anaknya. Konflik bukanlah hal yang asing baginya.
Fatima masih remaja ketika dia dan keluarganya pertama kali meninggalkan rumah mereka di negara bagian Nil Biru, Sudan utara, lebih dari satu dekade lalu. Pada saat itu, dia belum bisa menilai sejauh mana perang, dan pelarian keluarganya tampak seperti petualangan yang hebat. Dia sekarang memiliki anak sendiri dan tahu apa artinya perang. Fatima berasal dari Burun, salah satu dari banyak kelompok etnis yang membentuk lebih dari 130.000 pengungsi yang sekarang tinggal di sudut terpencil Sudan Selatan, yang merupakan negara yang dilanda perang. Mereka bergantung pada jatah terbatas yang mereka terima dari PBB, dan kehidupan sehari-hari merupakan perjuangan, terutama karena pandemi Covid telah memperlambat kedatangan bantuan asing. Fatima secara teratur pergi ke semak-semak selama tiga jam untuk memotong kayu bakar dan dia berjuang untuk kesehatan anak-anaknya.
Negara bagian Nil Biru tidak dapat diakses oleh orang luar selama bertahun-tahun sehingga sedikit yang diketahui tentang beragam kelompok etnis yang menyebut wilayah tersebut sebagai rumah. Meski lokasi pengungsi saat ini masih sulit dijangkau, mereka kini tinggal di negara yang bisa mendengar Injil.
POKOK DOA:
BONUS:
Renungan Visual "40 Hari Bersama Isa"
Hari 32 - "Last Supper":
https://www.jesusfilm.org/watch/40-days-with-jesus.html/day-32-last-supper/indonesian-isa.html
Kontak: doa(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: https://sabda.org/publikasi/40hari
(c) 2022 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"