Kunjungi Situs Natal
https://natal.sabda.org
Dalam Perjanjian Baru, nama Daud disebut sebanyak 58 kali, termasuk gelar "Anak Daud" yang berulang-ulang diberikan kepada Yesus. Kebesaran Daud dikaitkan dengan keberadaannya dalam silsilah Yesus Kristus. Menurut rasul Paulus, Yesus adalah yang "menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" (Roma 1:3). Sedangkan menurut Yohanes, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa dirinya keturunan Daud: "Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud." (Wahyu 22:16)
Berawal dari keterampilan bermain kecapi, Daud beroleh kesempatan menginjakkan kaki di istana untuk menghibur raja dengan permainan musiknya itu (1 Samuel 16:18-23). Karir kepemimpinannya terbuka setelah secara heroik berhasil membunuh raksasa Filistin yang bernama Goliat (1 Samuel 17:48-51). Sontak orang Israel memujanya, mengagungkan Daud sebagai pahlawan baru, yang mengalahkan reputasi militer Raja Saul (1 Samuel 18:7).
Sesudah Saul meninggal, Daud yang saat itu berusia 30 tahun diurapi menjadi raja oleh teman-teman sesukunya. Ia menjadikan Hebron sebagai pusat kerajaan yang diperintahnya selama 7,5 tahun. Sesudah masa itu, setelah kepemimpinannya diakui oleh ke-12 suku Israel, Daud memindahkan ibu kota kerajaannya ke Yerusalem.
Dengan ibu kota baru itu, bangsa Israel berkembang menjadi kerajaan yang sangat kuat. Daud memerintah selama 33 tahun. Kepiawaian Daud dalam strategi militer sebagai seorang panglima, membawa Israel menundukkan musuh-musuhnya secara teratur: Filistin, Kanaan, Moab, Amon, Aram, Edom, dan Amalek.
Bangsa Israel masuk dalam era pembangunan nasional. Secara fisik, mereka memunyai istana yang megah (2 Samuel 5:11). Daud membangun jalan-jalan raya sehingga perdagangan menjadi maju. Daud juga menegakkan supremasi hukum demi keamanan dan ketenteraman seluruh rakyatnya (2 Samuel 8:15). Daud mengembangkan tim kepemimpinan yang terdiri atas orang-orang hebat di bidangnya (2 Samuel 8:16-18).
Pembangunan di bidang mental spiritual juga menjadi prioritas dalam pemerintahan Daud. Ia memindahkan tabut Allah ke Yerusalem (2 Samuel 6). Itulah sebabnya hadirat Tuhan melingkupi segenap bangsa ini, menjadikan Israel sangat kokoh sampai akhir hayatnya (1 Raja-Raja 2:11-12). Daud menikmati masa tuanya, meninggal dalam kedamaian dan kelimpahan berkat.
Kehidupan Doanya
Tanpa Roh Kudus, kehidupan rohani seseorang takkan bertumbuh. Daud sendiri hanyalah seorang remaja penggembala yang bersahaja. Namun, setelah nabi Samuel mengurapinya (1 Samuel 16:13), permainan kecapinya penuh kuasa, Goliat pun dikalahkan. Daud bergaul semakin karib dengan Tuhan, pengurapan atas dirinya pun bertambah-tambah. Kehidupan doa seorang pemimpin takkan bertumbuh jika tanpa Roh Kudus. Para pemimpin perlu berdoa dan didoakan supaya Roh Tuhan memberi urapan khusus.
Kehidupan doa Daud sangat kuat jika kita mencermati pengalaman-pengalaman mukjizatnya bersama Tuhan. Ketika Saul meragukan kemampuannya, Daud bersaksi bahwa Tuhan sudah sering menolongnya secara ajaib: "Tuhan telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang." (1 Samuel 17:37) Jelas bahwa Daud adalah seorang gembala yang mengandalkan Tuhan.
Dalam urusan-urusan teknis, seorang pemimpin harus mengandalkan Tuhan. Ada beberapa orang yang membedakan urusan teknis (materi) dengan urusan rohani (spiritual), itu konsep yang salah. Tanpa Tuhan, pekerjaan teknis bisa kacau balau. Pemimpin Kristen haruslah seorang profesional yang diurapi. Tanpa urapan, seprofesional apa pun kita, takkan berhasil. Buktinya adalah tentara-tentara Israel, mereka profesional, namun karena tanpa urapan, mereka takut menghadapi Goliat.
Kehidupan doa Daud bersifat dialogis. Ia bertanya jawab dengan Tuhan. Perhatikan percakapan Daud dengan Tuhan berikut ini (2 Samuel 2:1).
Daud: Apakah aku harus pergi ke salah satu kota di Yehuda?
Tuhan: Pergilah!
Daud: Ke mana aku pergi.
Tuhan: Ke Hebron.
Banyak pemimpin Kristen malas berkomunikasi dengan Tuhan, ia lebih senang berdiskusi dengan dewan direksi atau timnya. Padahal, Tuhan adalah Penasihat Ajaib (Yesaya 9:5). Kebanyakan kita juga berdoa satu arah saja, bicara terus tanpa memberi-Nya kesempatan untuk berbicara. Banyak pemimpin terlalu sibuk seperti Marta, tidak mau duduk diam seperti Maria untuk mendengar perkataan Yesus (Lukas 10:41-42).
Dalam doanya, Daud sangat memerhatikan kehidupan keluarganya sendiri (2 Samuel 7:25-29). Ia melindungi keluarganya di dalam doa. Banyak pemimpin Kristen melalaikan keluarganya dan tidak membentenginya dalam doa. Karier dan pelayanannya sendiri mungkin hebat, tetapi keluarganya berantakan dan anak-anaknya telantar.
Meskipun sempat jatuh dalam dosa yang berat, Daud berdoa memohon ampun kepada Tuhan setelah ditegur keras oleh nabi Natan (2 Samuel 12:13-16). Mezbah doa seorang pemimpin Kristen tidak hanya membutuhkan iman, tetapi juga kerendahan hati.
Pujian dan Penyembahan
Sejak muda, Daud adalah seorang pemazmur. Ia datang ke istana bukan sebagai seorang "penghibur", tetapi seorang pemuji. Permainan kecapi yang dilantunkannya tidak memberi hiburan secara kejiwaan bagi raja Saul, tetapi mendatangkan kelepasan dari ikatan roh-roh jahat (1 Samuel 16:23). Alkitab mencatat Daud sebagai pemazmur yang diurapi dan disenangi oleh seluruh rakyat Israel (2 Samuel 23:1).
Daud memuji dan menyembah Tuhan dengan segenap hati dan tenaganya. Ketika tabut Allah diusung ke Yerusalem, Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga ... Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan Tuhan (2 Samuel 6:14, 16a). Melihat perilaku suaminya itu, Mikhal memandang rendah (2 Samuel 6:16b) dan menganggapnya sebagai kebodohan (2 Samuel 6:20).
Daud tidak pernah malu dan menjaga gengsi di dalam beribadah, karena itu Tuhan berkenan kepadanya (2 Samuel 6:21-22). Daud percaya bahwa Tuhan hadir dalam setiap pujian umat-Nya (Mazmur 22:4). Mikhal yang tidak menghargai pujian dan penyembahan, dihukum Tuhan sehingga menjadi mandul (2 Samuel 6:23).
Bagi Daud, pujian penyembahan merupakan bentuk doa dan komunikasi dengan Tuhan. Sebagian besar penulis kitab Mazmur adalah raja Daud (pasal 1-72 dan 107-150). Banyak syair dalam mazmur ini merupakan doa-doa yang dinyanyikan kepada Tuhan. Karena itu tidak salah jika Alkitab versi LAI banyak memberi judul perikop yang berkaitan dengan doa: "Doa pada Malam Hari" (Mazmur 4), "Doa pada Pagi Hari" (Mazmur 5), "Doa dalam Pergumulan" (Mazmur 6), "Doa Minta Tolong terhadap Orang yang Curang" (Mazmur 12), "Doa Kepercayaan" (Mazmur 13), "Doa Mohon Kemenangan bagi Raja" (Mazmur 20), "Doa Mohon Dibenarkan oleh Tuhan" (Mazmur 26), "Doa Minta Tolong terhadap Musuh" (Mazmur 35), "Doa pada Waktu Sakit" (Mazmur 38), "Doa Minta Pertolongan" (Mazmur 86), "Syukur dan Doa" (Mazmur 108), "Doa Seorang yang Kena Fitnah" (Mazmur 109), "Doa Sejahtera untuk Yerusalem" (Mazmur 122), dan lain-lain.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Mezbah Doa Para Pemimpin |
Penulis | : | Haryadi Baskoro |
Penerbit | : | Yayasan ANDI Yogyakarta, 2004 |
Halaman | : | 27 -- 32 |