Enam Kuasa Istimewa Doa

Enam Kuasa Istimewa Doa

"Lebih banyak hal yang dikerjakan dengan doa daripada yang diimpikan oleh dunia" (Alfred, Lord Tennyson)

Pernah saya jumpai seorang ibu yang sangat menderita ketika ia masih muda. Kurang dari 24 jam sesudah melahirkan anak kedua, ia mendapat kabar bahwa suami dan anak pertamanya berumur 6 tahun, meninggal karena kecelakaan mobil.

"Aku tak menangis," katanya. "Aku merasa sekitarku gelap gulita. Tak mau aku menemui atau ditemui siapa pun. Mengasuh bayiku pun aku tak mau. Aku tak peduli agama, dan tak mencoba berdoa. Aku merasa benci dan mencari sesuatu yang harus kubenci. Dalam gulita aku terus berteriak: 'Aku benci! Benci aku. Benci! Aku tak mau sembuh. Aku mau mati!!' Setelah itu kuteriakkan berkali-kali, tiba-tiba air mata bercucuran. Kini kusadari, ungkapan 'Aku benci Kau' telah berubah menjadi 'Aku perlu Kau' dan akhirnya menjadi "Tolonglah aku".

Wanita muda ini telah mulai berdoa. Doa merupakan jeritan untuk beroleh pengertian yang tak kita miliki; jeritan untuk beroleh kekuatan agar hidup kita bermakna. Setiap orang yang memohon dalam doa -- termasuk kita semua --- memiliki suatu pengertian yang mendalam tentang jeritan itu. Lebih jauh dari hanya ungkapan -- "Tolonglah saya" ada berbagai ragam doa, sebagaimana ada bermacam-macam pengalaman manusia. Di bawah ini Anda dapat baca enam buah bentuk doa yang sangat kuat. Setiap macamnya, dengan cara masing-masing dapat menolong kita bertumbuh. Setiap doa itu keluar dari hati yang dalam seperti rerumputan tumbuh segar di tanah subur sesudah turun hujan.

1. Penuh Ucapan Syukur, Sukacita, dan Pujian

Saya ingat suatu pagi bertahun-tahun yang lalu di Arizona (AS). Ketika dini hari, saya bangun dan berjalan ke arah gurun melihat matahari terbit di atas bukit. Seekor burung berkicau sendirian. Kemudian tiba-tiba ia berhenti dan saya tersekap dalam keheningan. Dengan sangat riang, takjub, dan sadar, saya mendengar suara saya sendiri: "Tuhan ada di bait-Nya, biarlah bumi berdiam diri di hadapan-Nya".

Seorang ahli teologi serta pengarang terkemuka bernama Rabbi Abraham Joshua Heschel pernah menyatakan bahwa intipati doa adalah suatu kidung. Ia benar. Kita perlu mendendangkan rasa syukur kita atas dunia yang penuh keindahan ini. Memang dunia juga penuh kesusahan dan ketidakadilan, namun dunia itu sendiri tetap sebagai tempat yang mengagumkan. Dengan menyampaikan doa pengucapan syukur, maka di hati yang gelap itu bersinar cahaya yang tak kunjung padam.

Saya mengerti. Baru-baru ini saya mengalami kematian dari anak tunggal. Karena terlalu duka, dengan agak liar, saya menggusari Allah. Setiap mengucap syukur rasanya seperti mengolok-olok Tuhan. Kepada seorang teman saya ungkapkan betapa sedihnya kehilangan anak. Dengan tenang dia berkata, "Saya tak pernah punya anak." Setelah itu saya mulai sadar bahwa doa satu-satunya yang sesuai dengan kesedihan itu ialah, "Terima kasih Tuhan, karena anak itu pernah Engkau berikan untuk hamba." Itulah yang sering saya ucapkan setiap hari.

Bagaimana doa pujian kita sampaikan? Tak ada jawaban yang rasanya lebih tepat dari pada doa pengucapan syukur orang Yahudi. Mereka memuja "Terpujilah Engkau", setiap mereka mengalami kesukaan kecil. Misalnya tidur enak, kawan yang baik, langit bertabur bintang, pikiran yang cerah. Doa sedemikian menghasilkan sukacita malahan ketika itu diucapkan.

2. Ada Pengakuan dan Permohonan Ampun

Kesalahan dan dosa menghimpit hati kita seperti batu berat. Para rohaniwan dan ahli penyakit jiwa sepakat bahwa agar kita merasa enteng, haruslah kita membuang semuanya itu. Doa pengakuan perlu disampaikan agar isi hati tercurah keluar dan hati itu dibersihkan.

Dahulu, saya mengunjungi anak saya di hari Minggu Paskah. Ia seorang pendeta. Rupaya ia terjaga sepanjang malam untuk berdoa. Saya tanya, "Mengapa?" Dengan senyum ia memeluk saya. "Lebih mudah berbicara mengenai kebangkitan Kristus jika kita lebih dahulu dibebaskan dari dosa dan salah." jawabnya. Kemudian ia menyampaikan khotbah dengan jelas dan penuh kehangatan.

Kekuatan lain yang dihasilkan oleh doa pengakuan ialah kemampuan untuk mengampuni orang lain. "Ampunilah kami akan kesalahan kami," demikian Yesus mengajar kita berdoa. "Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami." Bila kita hanya mohon ampun, itu berarti kita terlalu melayani diri sendiri. Betapa kurang pekanya kita. Nah, kita telah mencoba berbuat benar, namun kita membuat kesalahan demi kepentingan sendiri. Itulah sifat manusia, dan orang-orang lain juga begitu.

Kita perlu tahu bagaimana menyampaikan doa penyesalan atas perbuatan yang telah dilakukan serta yang belum selesai dilaksanakan. Pertama, doa semacam itu harus khusus. Betapa mudah mengatakan "tolonglah saya agar menjadi orang yang lebih baik". Betapa tak mudah mengakui dosa tertentu yang telah diperbuat. Misalnya, "Hari ini untuk menutup malu, saya memukul dan menyakiti seseorang", "Hari ini saya membohongi teman". Doa pengakuan dan penyesalan haruslah tulus. Kita harus sampaikan segalanya mengenai diri kita dan apa yang mendorong kita. Secara jujur. Juga kita harus mempunyai kemauan untuk berubah.

3. Mendoakan Orang Lain

Doa sedemikian sangat kuat, pertama-tama karena itulah cara yang menakjubkan untuk "melupakan diri sendiri". Kedua, itu penuh kuasa karena dapat mengubah kehidupan orang lain.

Ada seorang wanita menceritakan penderitaannya kepada saya. Ia terbaring di rumah sakit, mengidap penyakit berbahaya. Karena putus asa, ia tak mau menjalani pemeriksaan yang sebenarnya perlu. Ia merasa tak tahan lagi. Pada suatu hari ada kabar datang dari gerejanya (di gereja itu persekutuan doa sudah lama ketinggalan mode). Dikabarkan kepadanya bahwa kawan-kawannya telah membentuk doa berantai dan sepanjang malam ia didoakan. "Kira-kira jam satu", katanya, "saya tertidur, dan lelap seperti bayi" Esok paginya ia dengan senang memeriksakan diri dan kemudian berangsur sembuh.

Suatu doa akan penuh kuasa bila itu dinaikkan untuk orang yang kita musuhi. Pernah saya merasa sangat dilukai oleh seseorang. Dengan tak sengaja saya membuka-buka halaman sebuah buku di perpustakaan dan menemukan ungkapan yang menawan. "Jika kau mau mengerti musuhmu, kau dapat mengasihinya". Ketika saya mendoakannya, saya menyadari, betapa ngeri pengalaman "musuh" itu ketika ia kanak-kanak. Kemudian saya mendoakannya, saya insyaf bahwa dalam hubungan kami, saya juga patut dipersalahkan walaupun tak langsung. Saya doakan kiranya pengalaman hidupnya akan jauh lebih indah dari pada sebelumnya. Dengan berdoa demikian, kepedihan dan luka hati itu berangsur hilang.

Kita mendoakan orang lain bukan hanya dengan kata-kata. Kita juga perlu ikut mengalami penderitaan orang lain dalam hati kita. Mendoakan orang lain berarti memikirkan apa yang sungguh mereka perlukan. Mendoakan orang lain berarti memikirkan bagaimana Anda dapat menolongnya.

Sukarkah? Ya! Apakah ada gunanya mencoba? Jutaan orang di sepanjang masa bertanya begitu. "Bila engkau membiasakan diri berdoa dengan tulus, kata seorang dokter terkemuka bernama Alexis Carrel, "maka hidupmu akan jelas; sangat terasa berubah. Doa adalah bentuk energi yang paling kuat yang dapat dihasilkan seseorang".

4. Ada Penemuan dan Pengharapan

Saya telah menanjak dewasa sebelum menyadari sesungguhnya bahwa doa merupakan dialog (percakapan dua arah) dan bukan monolog (percakapan tunggal). Suatu hari saya ketinggalan kereta api. Selama beberapa jam saya harus nganggur di kota yang bagi saya asing itu. Saya merasa kurang enak, karena sehari sebelumnya ada pertengkaran di dalam keluarga kami. Masalahnya belum selesai.

Akhirnya saya nyelonong masuk melalu sebuah pintu gereja dan tenang sebentar. Rasanya bukan berdoa, cuma menggerutu kepada Allah. Saya protes, "Saya telah berusaha sedapat-dapatnya. Bukan saya yang salah." Hening. Lalu saya rasa terdorong untuk meninjau kembali, berpikir lagi ke suatu hari dan jam tertentu. Seperti yang di layar putih, seolah-olah saya lihat kejadian itu diulangi. Saya lihat orang-orang yang ikut dalam peristiwa itu, dan saya tidak terlibat. Tiba-tiba dengan hikmat dan tanpa rasa gusar, terlihatlah bentuk baru peranan saya. Kemudian peranan keluarga saya. Nah! Itu cara baru yang dapat mempersatukan kami! Sambil keluar dari gereja itu, saya menggumam dengan penuh takjub. "Allah berbicara kepada saya", walaupun saya tidak mendengar kata-kata.

Memang aneh, bila kita sedemikian sering beranggapan bahwa doa itu seperti jalan satu arah! Kita berbicara kepada Allah, namun kelihatannya Ia tak berbicara kepada kita. Mendengar suara Allah, tentu saja dapat diartikan bermacam-macam. Mungkin kita harus menyerahkan seseuatu yang kita sukai, atau kita harus mulai tugas baru yang bukan pilihan kita sendiri. Nah, kita sering melarikan diri dari "doa penemuan" (yaitu doa untuk mencari, menemukan, dan melaksanakan kehendak Allah).

"Saya tak minta agar Allah menunjuk arah," kata seorang pendeta muda kepada saya dengan nada setengah serius. Ia sedang memilih apakah akan melayani gereja di pedesaan atau gereja di perluasan kota. "Sebenarnya saya agak takut atas jawaban Tuhan," katanya. Doa penemuan itu kadang-kadang memnuntut agar kita melepaskan apa-apa yang kita senangi; itu juga menyebabkan segala kemampuan, bakat serta kasih kita dapat dipakai sebaik-baiknya.

Bagaimana kita menyampaikan doa pengharapan? Dengan senyap, menunggu dan rela, mohon iman. Menutup mata untuk melihat, menutup telinga untuk mendengar.

5. Ada Anugerah

Betapa menarik kata kasih karunia atau anugerah itu! Biasanya itu berarti "pemberian Allah". Ada kamus yang mengartikannya sebagai "kasih dan kebaikan Allah yang tak tersukat dan gratis". Itulah yang datang kepada Rasul Paulus ketika ia berjalan ke Damaskus. Itulah juga yang datang kepada John Newton, seorang kapten laut yang berdagang budak, lalu mengalami pengalaman hebat dalam kasih karunia Allah. Itulah yang mengilhaminya untuk menulis lagu kesayangan "Amazing Grace" (Sangat Besar Anugerah-Nya).

"...sesat aku dulu kala,

Slamatlah 'ku kini

Dulu aku buta, kini melihat".

Bagaimana Anda meminta anugerah sedemikian? Dengan segenap hati kita akui, kita tak berdaya mengusahakannya. "Saya bertekuk lutut dalam keadaan putus asa." Kata seorang senator bernama Harold Hughes. Ketika itu ia sedang merusak hidupnya dengan minuman keras. "Saya berseru kepada Allah, dan mulai saat itu hidup saya berubah".

Pintalah kiranya Allah memberi kekuatan dan semangat untuk menahan apa yang tak tertahankan; belas kasihan yang mendalam agar dapat mengampuni yang tak terampuni, dan hikmat untuk mengerti sesuatu yang kelihatannya tak dapat ditembus. Doa anugerah adalah permohonan doa yang dinaikkan, bukannya agar Allah berbuat ini atau kekuatan untuk melakukannya.

6. Doa yang Dipraktekkan

Ada kelompok yang berpakaian celana biru dan kaus oblong berlutut di depan mimbar gereja pada suatu Sabtu pagi. Pendeta, dengan pakaian yang mirip, terdengar memimpin, "Berkatilah cangkul, sekop, dan sikat cat ini, ya Tuhan, kiranya boleh kami memakainya demi nama-Mu." Lalu kelompok itu bangkit dari sikap berlutut, keluar bekerja untuk membersihkan kampung berdebu. Mereka bekerja bakti membersihkan desa agar layak untuk ditempati.

Pemandangan sedemikian diulang dan diulangi di suatu negeri. Inilah beberapa orang muda berkumpul berdoa sebelum mereka mengusahakan sebuah tempat tinggal bagi remaja yang mengalami kesulitan. Itulah juga yang diperbuat perintis yang lebih dahulu berdoa sebelum melayani orang di penjara ataupun tempat-tempat lain.

Di Gereja "Penebus" di Houston (AS) umat berdoa dengan menyebut tiap nama: yang tuna wisma, yang tuna indera, maupun yang kesepian. Kemudian mereka berdatangan kepada Pendeta dan berkata: "Gadis yang ingin bunuh diri itu, -- Saya mau membawanya ke rumah kami dan boleh tinggal sementara di sana". "Anak laki-laki yang dalam kesusahan itu, -- kami akan memeliharanya".

Jikalau begitu apa perlunya berdoa? Mengapa tidak bertindak saja? Di belakang jawaban pertanyaan itu ada sesuatu kenyataan sederhana. Kita hanya manusia; ada rasa takut, dan daya kita dapat habis. Doa menyatakan kuasa untuk bertindak, kekuatan untuk berbuat. Doa membangkitkan semangat. Malahan hati yang penuh kemauan perlu dituntun dengan kasih. Kemauan harus dikuatkan, dengan pengertian bahwa kuasa Allah beserta kita. Doa dapat menunjukkan keadaan kita. Menjuruskan kekuatan kita. Menggairahkan kasih kita. Memperlengkapi kita dalam membangun masyarakat yang adil dan dewasa. Doa kata ahli filsafat Soren Kierkegaard, "tidak mengubah Allah, sebaliknya mengubah orang yang menaikkannya".

Diambil dari:

Judul majalah : Sahabat Gembala, Agustus/September 1992
Penulis : Ardis Whitman
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2005
Halaman : 54 - 59

Komentar