Janji Tuhan Ya dan Amin

Oleh: Rode Pardede

Bacaan: Yosua 21:43-45

Setiap orang mempunyai beban hidup yang menyesakkan dan ingin membagikan beban itu kepada orang lain. Untuk mencurahkan isi hati, kita butuh sahabat atau orang yang dapat kita percayai. Namun, ketika kita ingin mencurahkan isi hati kepada orang tersebut, belum tentu mereka memiliki waktu yang tersedia bagi kita.

Demikian juga dengan Hana (1 Samuel 1:15). Kesesakan hatinya tidak dapat dia ceritakan kepada siapa pun karena bagi orang Israel wanita mandul adalah wanita yang kena kutuk. Itu ditambah dengan tindakan madunya Penina yang selalu menyakiti hatinya. Ketika ada kesempatan setiap tahun untuk mempersembahkan korban kepada Allah ke Rama (pada masa Imam Eli Tabut Tuhan ada di Rama), di sanalah Hana mencurahkan kesesakannya kepada Tuhan, sampai Imam Eli mengatakannya mabuk anggur. Namun, setelah dia menjelaskan isi hatinya kepada Imam Eli, Imam Eli akhirnya mendoakan dan memberkatinya.

Saya pernah mengalami masa tersulit di dalam hidup saya yang menyesakkan hati seperti yang dirasakan Hana.

Pada tahun 2016 di bulan November, saya menyelesaikan studi dari salah satu Universitas di Sumatera Utara. Setelah itu, orangtua saya mengajak saya untuk kembali ke kota Solo untuk membantu pelayanan orangtua sebagai Pendeta.

Di Solo, saya bekerja di Pusat Pengembangan Anak dan Taman Kanak- Kanak yang dimiliki oleh gereja saya sebagai guru Bahasa Inggris. Akan tetapi, di dalam hati, saya merindukan tempat bekerja yang tidak bergantung kepada orangtua. Pada saat ada waktu luang, saya mencoba melamar pekerjaan sebagai guru ke berbagai tempat dan saya mendapatkan panggilan wawancara berulang- ulang kali di tempat yang berbeda. Namun, setiap kali ada panggilan dan wawancara, saya gagal pada sesi wawancara. Setelah merasa gagal dan sedih, saya pun mengutarakannya di dalam doa. Sampai akhirnya seorang kakak saya menyarankan saya untuk melamar di Yayasan Lembaga SABDA.

Sebenarnya lowongan yang disarankan ini sudah saya dengar semenjak kedatangan saya ke Solo pada bulan Desember 2016. Namun, saya tidak mengiyakan saran teman saya itu karena saya lebih tertarik untuk menjadi seorang guru. Pada tawaran kedua ini pun saya hampir menolaknya karena merasa kemampuan saya masih kurang untuk bekerja di Yayasan Lembaga SABDA. Namun, beberapa teman yang mendengarkan kakak saya berbicara kepada saya berusaha membuat saya yakin untuk mencoba melamar.

Saya pun menyiapkan CV saya, dan malam sebelum melamar saya berdoa kepada Tuhan. Saya meminta Tuhan campur tangan atas pekerjaan yang akan saya lamar. Setelah berdoa, saya merasakan ketenangan dan kekuatan karena Tuhan mengingatkan saya pada pernyataan-Nya melalui seorang hamba Tuhan bahwa Tuhan akan melakukan hal yang lebih besar dari pada apa yang dapat saya pikirkan. Saya pun diteguhkan kembali dengan Firman Tuhan dari Efesus 3:20. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita

Esok harinya saya mengantar lamaran dengan Kakak saya, dan wawancara akan dilakukan sehari setelah penyerahan CV. Tes masuk dilakukan keesokan harinya pada pukul 09.30 hingga pukul 12.30, dan saya melakukannya sebaik yang saya mampu. Setelah hari itu, saya menunggu panggilan dari YLSA. Namun, hingga seminggu lebih saya tidak mendengar kabar, yang belakangan baru saya ketahui disebabkan karena pimpinan Yayasan sedang berada di luar kota. Karena alasan itu, saya masih menaruh sedikit harapan.

Namun, setelah saya tahu pemimpin YLSA sudah pulang dan panggilan pun belum kunjung tiba, hal itu membuat perasaan saya hancur. Itu membuat saya berpikir bahwa saya adalah orang yang gagal dan tidak mampu berbuat apa-apa, yang bahkan membuat saya kemudian mengalami demam. Pada saat saya sakit, saya mengambil sikap berdoa dan berseru kepada Tuhan dengan air mata yang terus mengalir. Saya mengutarakan segala kesesakan hati saya, kesedihan saya, dan rasa hancur hati di hadapan Tuhan, hingga akhirnya berserah kepada kehendak Tuhan, dan Dia menenangkan hati saya.

Pada pagi hari tanggal 7 Februari 2018, teman saya menawarkan pekerjaan sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Solo. Saya pun berpikir mungkin ini jawaban Tuhan. Setelah itu, saya pun mempersiapkan segala berkas untuk melamar esok harinya. Namun, pada sore hari saya mendapat pesan dari salah satu pimpinan Yayasan Lembaga SABDA kalau saya dipanggil untuk wawancara kembali. Saya merasa kaget, gembira luar biasa dan tidak jadi mengirim berkas ke sekolah tersebut. Keesokan harinya, saya pergi ke kantor YLSA dan diwawancarai. Puji Tuhan, saya diterima bekerja dan segera mulai bekerja pada tanggal 8 Februari 2018. Hal ini membuat saya gembira, apalagi ditambah dengan kesadaran bahwa di Yayasan Lembaga SABDA saya dapat bekerja sambil melayani Tuhan dan jiwa-jiwa.

Dari pengalaman ini, saya menyadari rencana Tuhan lebih besar daripada rencana saya, Tuhan selalu ada bagi saya di saat senang sedih dan saat terburuk dalam hidup saya, dan janji Tuhan Ya dan Amin. Sebab, Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah (2 Korintus 1:20). Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "amin" untuk memuliakan Allah.

Percayalah kepada Tuhan di dalam segala hal. Dia Allah yang tidak akan pernah meninggalkan kita, tidak pernah bosan dengan cerita-cerita kita. Walaupun kita pernah meragukan janji-Nya, tetapi Tuhan tidak pernah lalai menepati segala janji-Nya. Tuhan akan selalu menunjukkan segala kasih dan setia kepada setiap orang yang datang dan berseru kepadanya tanpa henti. Tuhan setia dan adil kepada setiap anak-Nya yang mau datang dan mencari Tuhan. Jangan pernah menyerah terus berdoa dan berusaha sampai kita mendapatkan jawaban doa.

Tuhan memberkati.

Komentar