Kehidupan Doaku

Oleh: Paulus Radja PS Purba

Nama saya Paulus Radja PS Purba. Paulus adalah nama baptis saya ketika menerima baptisan di salah satu gereja Kharismatik di kota Makassar sebelum saya hidup dalam doa dan sebelum saya menerima baptisan. Saya adalah seorang yang termasuk tidak biasa-biasa saja dalam hal kerohanian, khususnya kehidupan doa saya.

Singkat cerita, tahun 2019 saya keluar dari salah satu perusahaan tempat kerja saya karena ada sesuatu hal yang membuat saya harus meninggalkan pekerjaan dan jabatan saya yang menurut saya jabatan itu sangat istimewa dalam hidup saya selama bekerja. Ya, bisa dikatakan masalah intern kantor, yang membuat saya untuk resign dari perusahaan itu. Setelah tidak bekerja lagi, saya hanya diam duduk di rumah dan menghabiskan waktu di luar, untuk hal-hal yang tidak berguna. Karena tekanan pikiran, stress dan menjadi beban, saya menghabiskan waktu hanya begadang, rokok dan kopi, dan itu sepanjang hari. Bahkan makan pun hanya 2 kali.

Sikap Doa

Berbulan-bulan bahkan tiap pergantian bulan, kalau dalam rumah, saya hanya duduk main HP, merokok, dan minum kopi sendiri, dan tidak menghiraukan kesehatan saya. Ya, karena stress setelah meninggalkan pekerjaan dan jabatan saya. Padahal seharusnya, saya harus move on dan mencari pekerjaan baru. Akan tetapi saya malah sebaliknya. Saya tidak melakukan apa-apa saat itu.

Setelah menghabiskan bulan demi bulan dengan hal-hal yang tidak berguna, bulan Juli (kalau tidak salah) tahun 2019, saya mulai kena suatu penyakit kecemasan, ketakutan. Menurut saya, penyakit itu aneh banget. Awalnya saya tidak mengetahui penyakit apa yang saya alami ini. Seperti ketakutan mati, seperti hidup saya akan berakhir. Dan pikiran itu semakin lama semakin menyerang pikiran saya. Setiap penyakit itu datang, saya sangat ketakutan. Karena penyakit itu, saya takut keluar rumah. Sendiri di rumah juga takut. Kadang jam-jam tertentu, juga takut. Yang membuat saya takut dengan penyakit ini adalah biasanya saya langsung berpikir nyawa saya akan dicabut pada saat itu juga. Itulah yang membuat saya selalu hidup dalam ketakutan dan kecemasan seperti orang gila. Takut keluar rumah, takut mendengar berita-berita yang menakutkan, dan lain-lain.

Bahkan penyakit aneh ini, kalau datang, bisa membuat badan saya dingin, sesak napas, jantung berdebar-debar, dan banyak sensasi-sensasi ke badan saya, saat penyakit pikiran ini muncul. Akan tetapi, justru saat awal saya kena penyakit aneh ini, setiap penyakit itu datang di dalam pikiran saya, seketika itu juga saya berdoa minta ampun kepada Tuhan, sambil berkata, "Ya Tuhan Yesus, janganlah dulu Engkau ambil hidupku, berikan aku kesempatan untuk melayani-Mu dan melakukan hal-hal yang berguna dalam hidupku ini." Kalimat seperti itulah yang selalu kusampaian lewat doaku kepada Tuhan ketika penyakit aneh itu datang tiba-tiba.

Bagaimana saya tidak datang berdoa dan mohon pengampunan, penyakit ini kalau muncul, maka pikiran ini seakan-akan saya akan di panggil Tuhan. Jadi roh ini seperti mau lepas, badan jadi ringan begitu. Pokoknya ngerilah rasanya. Itulah saya mulai menghabiskan waktuku di dalam rumah membaca Alkitab, berdoa, menonton hal-hal kerohanian di YouTube, mezbah doa sendiri; padahal sebelumnya kegiatan-kegiatan seperti itu tidak pernah saya lakukan. Bahkan karena penyakit itu, saya semakin senang dengan doa. Bahkan kalau berdoa di dalam kamar, saya bisa lebih aktif dibanding baca Alkitab.

Bulan Agustus, kalau tidak salah, penyakit aneh itu datang tiba-tiba waktu saya diluar rumah, dan sedang mengendarai motor sendiri. Dan, akhirnya karena penyakit aneh dalan pikiran itu muncul lagi, akhirnya berimbas ke fisik saya, dan muncullah sensasi sensasi di badan saya, leher saya seperi tegang, seperti ditarik (mirip kolesterol), tetapi ini menjalar sampai ke kepala, dan menjalar ke kedua tangan saya. Seperti setrum atau aliran listrik. Kemudian saya dibawa ke rumah sakit, dan di "opname" selama seminggu. Hasil dokter tidak mendapatkan penyakit di dalam diri saya. Setelah pulang dari rumah sakit, saya mulai mengurung diri di dalam kamar, dan menghabiskan waktu untuk berdoa, dan berdoa. Karena makin aktifnya kehidupan saya dengan doa, saya pernah berdoa berjam-jam. Di dalam doa saya berkata, "Ya Tuhan, selama saya hidup ini, Tuhan boleh memakai aku sebagai alat-Mu. Tuhan mau arahkan ke mana, saya siap ya Tuhan. Asalkan itu dapat menyenangkan-Mu Tuhan. Pakailah aku menjadi alat-Mu dan menjadi pelayanMu..."

Sikap Berdoa

Akhirnya beberapa bulan berikutnya, penyakit aneh itu tidak separah bulan-bulan sebelumnya. Saya sudah bisa berani keluar rumah sendiri, saya tidak lagi takut sendiri dalam rumah dan sebagainya. Saya seperti sudah bisa mengendalikan penyakit itu. Kehidupan rohani saya berubah jauh dari hidup saya sebelumnya dan semakin suka berdoa. Karena Doa, kehidupan saya berubah. Bulan November-Desember 2019, muncul keinginan hati saya dan ada kerinduan untuk dibaptis. Padahal saya sebenarnya sudah pernah dibaptis di gereja saya pertama meskipun baptisan gereja pertama saya beda. Sebenarnya saya tidak ada sama sekali keinginan untuk dibaptis lagi meskipun metode baptisan beda. Karena saya merasa saya sudah dibaptis, untuk apa lagi saya dibaptis. Keinginan dalam hati saya jauh lebih kuat. Akhirnya, saya memberikan diri di salah satu Gereja Kharismatik di Makassar, dan saya pun melakukan baptisan bulan Februari 2020. Saya bergumul untuk dibaptis selama 3 bulan. Pada akhirnya, saya pun menyerah dan mengikuti kata hati saya untuk dibaptis di bulan Februari 2020.

Dari situ awal pelayanan saya kepada Tuhan, saya mendoakan orang-orang sakit, dan ajaibnya, penyakit mereka sembuh. Akhirnya saya ketagihan untuk mendoakan orang-orang sakit, bahkan saya mulai turun ke jalan hanya untuk mencari orang-orang sakit. Tidak peduli agamanya, saya langsung berani menawarkan diri untuk mendoakan mereka di jalanan. Saya sadar, Tuhan memakai saya untuk menjadi alat-Nya dalam hal kesembuhan. Meskipun jujur, penyakit aneh ini belum hilang dari saya, saya tetap melayani Tuhan, dan setidaknya penyakit ini datang kalau saya lupa dekat sama Tuhan, dan lupa berdoa. Ketika saya meninggalkan kehidupan doa saya, penyakit ini seperti alarm bagi saya, dan seketika juga muncul kalau saya meninggalkan kehidupan doa dan intim sama Tuhan. Sekarang saya bergabung (baru-baru ini) dan diberi kesempatan oleh gereja tempat saya dibaptis, untuk masuk dalam pelayanan gereja khususnya dalam bidang doa.

Doa membuat saya selalu bisa bertemu Tuhan. Dengan berdoa, saya dengan mudah memanggil Dia dan masuk ke dalam hadirat-Nya. Demikian kesaksian saya dengan kehidupan doa saya. Semoga menjadi berkat. Dengan berdoa, kita menerima panggilan kita dan menerima Karunia Roh. Amin.

Komentar