Paulus: Doa Dalam Roh Kudus

Nama Paulus disebut sebanyak 180 kali dalam 15 kitab di Perjanjian Baru. Dua puluh dua di antaranya adalah sebutan Saulus, namanya sebelum menjadi Kristen. Teologinya sangat penting dan berpengaruh, sebab ia menulis 13 kitab dari 27 kitab dalam Perjanjian Baru.

Paulus adalah seorang pemimpin atau bapa gereja yang sangat legendaris, terutama karena perubahan hidup dan pekerjaannya yang berbalik 180 derajat. Sebelum bertobat, Saulus adalah seorang tokoh Farisi, anggota sinagoge atau Dewan Sanhedrin yang memunyai kekuasaan resmi untuk mengatur penganiayaan orang Kristen (Kisah Para Rasul 26:10; Filipi 3:6). Dengan latar belakang pendidikan tingginya, Paulus merupakan tokoh kaya dan terkemuka yang berkedudukan tinggi.

Sebagai tokoh anti-Kristen, Saulus menganiaya jemaat Tuhan tanpa batas untuk membinasakan mereka sama sekali (Galatia 1:13). Paulus menyebut dirinya seorang penganiaya yang kejam (1 Timotius 1:13). Saulus sering masuk dari rumah ke rumah untuk menyeret orang-orang Kristen keluar, menjebloskan mereka ke penjara, sambil dianiaya dan disesah supaya menyangkal iman mereka (Kisah Para Rasul 8:3; 22:4, 19; 26:10-11).

Tetapi setelah bertobat, Paulus menjadi tokoh pemimpin Kristen yang sangat militan. Ia bersaksi: "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu ...." (2 Korintus 11:23-25).

Paulus adalah seorang pemimpin dan pelopor misi. Tiga kali ia melakukan perjalanan penginjilan untuk menanam jemaat (church planting). Paulus juga membangkitkan pemimpin-pemimpin baru guna meneruskan pekerjaan penggembalaan jemaat-jemaat tersebut.

Paulus adalah seorang pemimpin Kristen dengan kapasitas yang sangat tinggi. Dari segi rohani, Paulus sangat luar biasa, penuh kuasa, dan penuh urapan Roh Kudus. Pelayanannya penuh mukjizat, bahkan saputangan atau kain yang pernah dipakainya mengandung urapan yang dahsyat (Kisah Para Rasul 19:11-12). Dari segi intelektual, ia setara dengan seorang doktor teologi masa kini. Setiap hari ia mengajar teologi di ruang kuliah Tiranus (Kisah Para Rasul 19:9c).

Kehidupan Doanya

Kehidupan doa Paulus sarat dengan pengalaman adikodrati. Sejak awal, Paulus telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus secara supernatural. Ia mendengar suara-Nya dan melihat sinar kemuliaan-Nya (Kisah Para Rasul 9:3-5). Dalam doanya, Paulus pernah mengalami diangkat Tuhan ke surga tingkat tiga, melihat firdaus dalam segala kemuliaannya (2 Korintus 12:2-4)

Banyak pemimpin Kristen masa kini memunyai kapasitas intelektual yang luar biasa. Mereka pakar dalam teologi dan meraih tingkat pencapaian akademis yang tinggi. Tetapi, apakah mereka juga memunyai kehidupan doa yang mendalam, itu persoalan lain.

Paulus memberi kita sebuah teladan tentang kapasitas kepemimpinan yang lengkap: rohani dan intelektual. Beberapa pemimpin Kristen hanya menekankan salah satu di antaranya saja. Ketika telanjur berpendidikan sangat tinggi dan bergelar doktor, kita merasa sudah cukup. Sebaliknya, ketika pelayanan kita sudah sedemikian dahsyat, pendidikan teologi kita remehkan, bahkan kita anggap sesat.

Pada awal pertobatannya, Saulus didoakan dan dilayani oleh Ananias sehingga penglihatannya pulih, penuh Roh Kudus, dan kemudian dibaptis (Kisah Para Rasul 9:10-19a). Setelah itu, untuk beberapa tahun, Paulus tinggal di Gurun Arab sebelum kemudian masuk dalam pelayanannya yang dahsyat (Galatia 1:16-17).

Meskipun telah berpendidikan tinggi, untuk menjadi seorang pemimpin sejati, kita perlu banyak dilayani, didoakan, dan mengambil masa persiapan rohani. Persiapan untuk menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya persiapan secara intelektual. Yesus sendiri mengambil doa dan puasa untuk jangka waktu yang lama, sebelum kemudian tampil dalam pelayanan-Nya (Mattius 4:2, 17).

Dalam pelayanan, Paulus menjadikan doa sebagai fondasi dan senjata kehidupannya. Dalam masa sulit di Filipi, setelah didera dan ditahan di ruang tengah penjara setempat, dalam keadaan terbelenggu, Paulus dan Silas berdoa memohon mukjizat Tuhan (Kisah Para Rasul 16:22-25). Doa persepakatan itu dijawab Tuhan sesuai janji Yesus dalam Injil Matius 18:19. Mukjizat ajaib pun terjadilah.

Sebagai seorang pemimpin, Paulus melindungi jemaat dan anak-anak rohaninya dalam doa syafaat. Kepada Timotius yang masih belia, Paulus berkata bahwa ia selalu mengingatnya dalam permohonan, baik siang maupun malam (2 Timotius 1:3b). Doa seorang bapa rohani sangat berkuasa bagi kehidupan anak-anak rohaninya.

Bahasa Roh

Salah satu karunia yang menonjol berkaitan dengan kehidupan doa Paulus adalah bahasa roh. Ia sendiri mengakui hal itu, katanya kepada jemaat di Korintus: "Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kala dengan bahasa roh lebih dari kamu semua." (1 Korintus 14:18)

Bagi Paulus, berdoa dan memuji Tuhan dengan bahasa roh merupakan salah satu pola yang ia terapkan. Katanya: "Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku." (1 Korintus 14:15)

Menurut Paulus, bahasa roh merupakan salah satu bentuk karunia Roh Kudus (1 Korintus 12:10b). Dalam pandangan Paulus, pertumbuhan karakter harus diutamakan, tetapi setiap orang percaya juga harus berusaha untuk memperoleh karunia-karunia itu (1 Korintus 14:1). Dalam terjemahan lain (RSV), kita harus mengingini karunia-karunia supernatural dari Roh Kudus itu dengan sungguh-sungguh (earnestly desire).

Dalam bahasa aslinya, ada dua istilah untuk bahasa roh atau bahasa lidah. Pertama "xenolalia", yaitu bahasa-bahasa baru yang terpahami secara akal budi yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Kedua "glossolalia", yaitu bahasa yang tak terpahami, yang memancar keluar dari dalam roh kita menurut pimpinan Roh Kudus.

Bahasa roh menurut Paulus adalah bahasa doa yang tak terpahami secara akal budi, bersifat rahasia (1 Korintus 14:2). Dengan berbahasa roh, roh kita berkomunikasi dengan Allah yang adalah Roh. Jadi, doa dan penyembahan dalam bahasa roh merupakan jenis hubungan spiritual yang mendalam dengan Tuhan.

Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:4). Doa dalam bahasa roh sangat membantu pertumbuhan iman pribadi. Mengapa Paulus begitu kuat rohnya? Karena ia mengembangkan doa dalam bahasa roh. Banyak orang Kristen dan pemimpin Kristen lemah imannya karena kurang berdoa dan tidak mengembangkan doa dalam bahasa roh.

Doa dalam bahasa roh juga merupakan salah satu senjata peperangan rohani (Efesus 6:18). Pada ayat ini, Paulus menulis tentang "segala doa dan permohonan" yang dalam terjemahan lain diartikan bahwa doa memunyai banyak macamnya. Ada doa permohonan, syafaat, ratapan, puasa, dan salah satunya adalah doa dengan bahasa roh. Paulus adalah seorang pemimpin yang tekun mempraktikkan beragam bentuk doa, sehingga kemenangan demi kemenangan diraih dalam hidup dan pelayanannya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 105 -- 110

Komentar