Yohanes: Dimensi Pewahyuan Ilahi

Demi menerima panggilan pelayanan dari Yesus, Yohanes meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. Ia juga meninggalkan kebersamaan dalam hubungan keluarga dan kerja dengan ayahnya yang memunyai banyak orang upahan itu (Markus 1:20). Bersama saudaranya, Yakobus, ia setia menjadi rasul Kristus.

Bersama Petrus, Yohanes menjadi tokoh penting di antara para murid. Mereka berdualah yang diberi mandat untuk mencari seekor keledai yang akan ditunggangi Yesus ketika penduduk Yerusalem mengelu-elukan-Nya (Lukas 19:29-30). Petrus dan Yohanes pulalah yang dipercaya Yesus untuk mempersiapkan perjamuan terakhir menjelang kematian-Nya (Lukas 22:8).

Bersama Petrus dan Yakobus, Yohanes adalah orang kepercayaan Yesus. Dalam pelayanan-pelayanan tertentu yang berat, seperti membangkitkan anak perempuan Yairus, mereka bertiga sajalah yang diajak Yesus (Markus 5:37). Dalam peristiwa Yesus dipermuliakan di atas gunung (transfiguration of Christ), mereka bertiga jugalah yang diperkenankan untuk menyaksikan kemuliaan itu (Matius 17:1).

Kesetiaan kepemimpinan Yohanes terlihat dalam peristiwa penyaliban Yesus. Pada waktu itu semua murid telah melarikan diri (Matius 26:56b). Tetapi, Yohanes -- murid yang dikasihi-Nya -- tetap setia berdiri di dekat salib Yesus (Yohanes 19:26). Kepada Yohanes pulalah Yesus memercayakan ibu-Nya (Yohanes 19:27).

Setelah pencurahan Roh Kudus, Petrus dan Yohanes tampil menjadi pemimpin Gereja mula-mula. Melalui mereka berdua mukjizat-mukjizat dinyatakan (Kisah Para Rassul 3:1-8). Melalui pelayanan mereka, jemaat saat itu bertumbuh hingga mencapai jumlah 5.000 orang (Kisah Para Rasul 4:4). Mereka juga tampil berbicara di hadapan Mahkamah Agama. Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka (Kisah Para Rasul 4:13).

Yohanes bersama dengan Yakobus dan Kefas (Petrus) dipandang sebagai soko guru jemaat (Galatia 2:9). Yohanes dan Petrus adalah para pemimpin yang pelayanannya disertai dengan kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 8:15-17).

Mengenai akhir hidupnya, Yesus menubuatkan usianya yang akan sangat lanjut (Yohanes 21:21-23). Pada masa tuanya, Yohanes menerima pewahyuan dari Yesus mengenai akhir zaman dan kedatangan-Nya yang kedua kali.

Kehidupan Doanya

Yohanes dan Yakobus diberi nama Boanerges oleh Yesus, artinya "anak-anak guruh" (Markus 3:17). Mungkin, itu berkaitan dengan kepribadian umum orang Galilea yang penuh vitalitas dan semangat yang emosional. Terbukti, ketika orang Samaria tidak mau menerima Yesus, mereka berdua langsung berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" (Lukas 9:54).

Permintaan Yohanes di atas jelas sangat emosional, sehingga Yesus pun menegurnya (Lukas 9:55). Hal itu menunjukkan imannya yang besar, meskipun ia gegabah. Paling tidak, Yohanes percaya akan mukjizat, percaya bahwa peristiwa Tuhan menurunkan api dari langit seperti zaman Elia masih terjadi. Iman semacam itulah yang penting dalam kehidupan doa para pemimpin. Tetapi, sikap emosional harus dijauhi.

Pada kesempatan yang lain, Yohanes menunjukkan sifat ambisiusnya. Bersama Yakobus dan ibunya, Zebedeus, mereka bertiga menghadap Yesus. Ketika Yesus menanyainya apa keinginan mereka, ibunya berkata: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kanan-Mu, yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu" (Matius 20:21).

Kesepuluh murid lain memarahi Yohanes dan Yakobus karena peristiwa itu (Matius 20:24). Tetapi tidak dengan Yesus, Ia tidak menghambat ambisi mereka untuk menjadi pemimpin. Hanya saja, Yesus menunjukkan cara-cara yang benar untuk menjadi pemimpin yang berkenan (Matius 20:25-28).

Ambisi rohani, asalkan tulus dan murni, justru diperkenan oleh Yesus. Buktinya, Yohanes dan Yakobus menjadi orang-orang penting semasa pelayanan Yesus. Mereka juga menjadi para pemimpin utama dalam Gereja Perjanjian Baru. Tuhan lebih senang dengan anak-anak-Nya yang memunyai cita-cita rohani yang besar, ketimbang dengan anak-anak Tuhan yang pasif.

Demikian juga dengan kehidupan doa kita. Ada orang Kristen yang pasif dan serba "nrimo" di dalam doa. Mereka berkata, "Oh Tuhan, aku bersyukur dengan apa yang Engkau berikan. Ketika aku kalah, sakit, dan miskin, aku menerima semuanya sebagai anugerah-Mu. Ya, Allah, aku serahkan hidupku seturut rencana-Mu saja." Doa semacam ini sepertinya rendah hati, tetapi sebenarnya merupakan bentuk iman yang pasif. Tuhan senang jika Anda -- dengan tulus dan murni -- menyatakan kerinduan, cita-cita, obsesi, dan ambisi rohani yang tinggi, besar, dan dahsyat kepada-Nya.

Dahsyatnya Pewahyuan

Kepada Yohaneslah Tuhan menurunkan wahyu tentang akhir zaman dan kedatangan Yesus yang kedua kali. Yohanes disebut sebagai "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 13:23; 19:26). Ia sangat akrab dengan Gurunya, kedekatannya secara fisik dengan Yesus terlihat jelas dalam adegan ia bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya (Yohanes 13:23).

Menurut Yesus, seseorang hanya akan membukakan rahasianya kepada sahabatnya (Yohanes 15:15). Kepada orang lain yang dirinya tidak karib, ia tidak akan berbicara mengenai hal-hal rahasia. Oleh karena itu, Tuhan akan menyingkapkan rahasia-rahasia Keallahan-Nya hanya kepada orang-orang yang dekat dengan-Nya, sama seperti Yohanes. Jadi, para pemimpin yang selalu akrab dengan Tuhan di dalam kehidupan doanya, akan diberi banyak pewahyuan ilahi.

Kitab Wahyu mencatat bahwa Yohanes bertekun menantikan Yesus ketika menyendiri di pulau Patmos (Wahyu 1:9). Berdoa dengan tekun dalam kesendirian merupakan kunci bagi para pemimpin untuk menerima wahyu Tuhan. Musa menyendiri di gunung dan menerima firman Tuhan. Yesus pun sering berdoa di bukit seorang diri.

Dalam ketekunan doanya, Yohanes dikuasai oleh Roh dan kemudian mendengar, melihat, merasakan, dan bahkan terlibat dalam peristiwa-peristiwa adikodrati (Wahyu 1:10). Doa Yohanes membawa dirinya masuk ke dalam alam supernatural dan bertemu dengan para malaikat dan pribadi Yesus.

Dari peristiwa pengalaman rohani Yohanes, wawasan kita tentang doa dan pewahyuan ilahi diperluas. Cara Tuhan berbicara dan menyatakan diri dalam doa kita ternyata sangat kompleks. Tuhan bukan hanya memberi penglihatan, mimpi, suara, nubuatan, dan bahasa baru serta tafsirannya. Bentuk pewahyuan ilahi dapat jauh lebih dahsyat dibanding hal-hal seperti itu.

Sekarang kita sering mendengar kesaksian seorang diangkat ke Surga, bertemu para malaikat. Ada lagi yang mengaku telah ditemui Yesus secara pribadi, Yesus masuk ke kamarnya, menjamah, dan menyembuhkannya secara ajaib. Ada pula yang mengaku telah dibawa oleh Yesus mengunjungi neraka.

Tentu saja semua kesaksian itu harus diuji (1 Tesalonika 5:21). Tetapi, pengalaman Yohanes dalam menerima pewahyuan melalui doanya menjadi acuan bagi kita tentang bentuk-bentuk pengalaman adikodrati yang mungkin Tuhan berikan kepada orang percaya. Segala sesuatu mungkin melalui doa!

Diambil dari:

Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Judul artikel : Yohanes: Dimensi Pewahyuan Ilahi
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 99 -- 104

Komentar