Yosafat: Meminta Kemenangan

Yosafat adalah anak dan pengganti raja Asa. Karena takut akan Tuhan, maka Tuhan mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya (2 Tawarikh 17:5a). Yosafat tumbuh menjadi seorang pemimpin bangsa yang kaya dan sangat terhormat (2 Tawarikh 17:5b; 18:1).

Di bawah kepemimpinannya, Yehuda menjadi kerajaan yang sangat kuat, yang luar biasa kokohnya (2 Tawarikh 17:12a). Alkitab mencatat bahwa ketakutan yang dari Tuhan menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat (2 Tawarikh 17:10). Orang-orang Filistin dan Arab mempersembahkan upeti kepada Yosafat sebagai tanda hormat (2 Tawarikh 17:11).

Begitu naik takhta, Yosafat langsung melakukan langkah strategis untuk memperkuat Israel secara militer. Ia menempatkan tentara di semua kota di Yehuda dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yehuda serta di kota-kota Efraim yang direbut oleh Asa, ayahnya (2 Tawarikh 17:2). Yosafat juga memperkuat angkatan bersenjatanya.

Dalam rangka pembangunan mental-spiritual bangsa, pada tahun ketiga pemerintahannya, Yosafat mengutus para pembesar bersama tim untuk mengajar Taurat ke seluruh pelosok negeri (2 Tawarikh 17:7-9). Yosafat sendiri berkunjung ke banyak daerah untuk menyerukan pertobatan rakyatnya (2 Tawarikh 19:4).

Yosafat berhasil melakukan penataan ulang sistem pengadilan di Israel, dengan mengangkat hakim-hakim yang berkualitas (2 Tawarikh 19:5). Pemerintahan Yosafat sangat bersih dan berwibawa. Yosafat adalah seorang pemimpin yang sangat menekankan profesionalisme yang jujur dan transparan, bebas dari kolusi dan korupsi (2 Tawarikh 19:7).

Kehidupan Doanya

Dalam hal doa dan ibadah, Yosafat tidak pernah kompromi. Yosafat menjaga kemurnian ibadahnya di hadapan Allah Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal (2 Tawarikh 17:3). Ia mencari Allah dengan tekun (2 Tawarikh 19:3). Yosafat bahkan dengan tegas menghapuskan penyembahan berhala yang masih tersisa. Ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala (2 Tawarikh 17:6b). Dan sisa pelacuran bukti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu (1 Raja-Raja 22:47).

Seorang gembala harus berani bersikap tegas dalam hal kemurnian ibadahnya. Sebagai pemimpin umat, ia juga harus berani menegur jemaatnya yang masih senang pergi ke dukun, menyembah berhala, bertanya kepada arwah, dan memakai azimat. Banyak pemimpin Kristen takut berbicara tegas dalam perkara ini.

Kepemimpinan dalam dunia bisnis tak lepas dari godaan untuk berpaling kepada berhala dan kepercayaan yang sesat. Dalam membangun gedung untuk kantor atau toko misalnya, kadang kita tergoda untuk memikirkan sisi peruntungannya secara astrologis. Pemimpin Kristen harus tegas, jangan bercabang hati.

Dalam kehidupan doanya, Yosafat adalah seorang pemimpin yang selalu berkonsultasi dengan Tuhan. Ketika diajak oleh Ahab untuk maju bersama dalam perang, Yosafat berkata kepada raja Israel itu: "Baiklah tanyakan dahulu firman Tuhan" (2 Tawarikh 18:4). Setelah itu, Ahab mengumpulkan para nabi dan Yosafat meminta masukan profetik dari mereka (2 Tawarikh 18:5). Terlihat bahwa Yosafat adalah pendoa yang kritis, ia tidak asal menerima kata-kata nubuat yang ada, tetapi mencari peneguhan dari nabi-nabi lain (2 Tawarikh 18:6).

Pemimpin Kristen yang baik tidak akan mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Ia akan berdoa untuk menanyakan kehendak Tuhan, baik berdoa sendiri maupun bersama tim doa yang lebih berpengalaman dalam mendengar suara Tuhan. Dalam mempertimbangkan petunjuk profetik, jangan asal terima, ujilah dahulu dan carilah peneguhan yang lebih banyak. Di satu sisi, janganlah memadamkan roh dan meremehkan nubuatan-nubuatan, tetapi di sisi lain kita harus selalu menguji setiap pewahyuan yang muncul supaya tidak menjadi sesat (1 Tesalonika 5:19-21).

Kecuali itu, pemimpin Kristen harus terbuka untuk menerima teguran yang bersifat profetik. Ketika pelihat Yehu bin Hanani menegur, Yosafat menerimanya sebagai masukan yang berharga (2 Tawarikh 19:1-3).

Doa Menghadapi Musuh

Di puncak kejayaan Yehuda, bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim (2 Tawarikh 20:1). Bagaimana reaksi sang raja? Alkitab mencatat: Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan (2 Tawarikh 20:3). Yosafat dan seluruh orang Yehuda berdoa puasa.

Ketika berada di puncak keberhasilan, entah itu dalam pelayanan atau bisnis, kita harus tetap waspada sebab bahaya tetap saja mengintai. Sering kali euforia kesuksesan membuat para pemimpin lupa daratan, sehingga mengabaikan kehidupan doanya. Ketika kemudian bahaya datang, kita menjadi bingung dan takut.

Ketakutan itu sendiri wajar dan manusiawi. Meskipun kerajaan kita kuat, organisasi kita solid, keuangan kita aman, ketakutan masih bisa mencekam kehidupan seorang pemimpin. Yosafat pun takut, padahal angkatan bersenjatanya sangat kuat. Tetapi, pemimpin Kristen yang baik tidak larut dalam ketakutan. Ia akan berdoa!

Menghadapi bahaya musuh, Yosafat menggerakkan sebuah konser doa nasional. Orang-orang berdatangan dari semua kota di Yehuda, berkumpul dan berdoa bersama (2 Tawarikh 20:4). Yosafat tahu akan kuasa doa persepakatan yang kelak di kemudian hari diajarkan oleh Tuhan Yesus: "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19) Yosafat pun bangkit memimpin doa bersama tersebut (2 Tawarikh 20:5-13).

Pemimpin Kristen tidak akan bekerja secara "one man show". Ia akan bekerja secara tim, bahkan di dalam doa kepada Tuhan. Ketika bahaya mengancam gereja misalnya, sang pendeta hendaknya memobilisasi seluruh jemaat untuk berdoa bersama. Namun, ia sendiri harus berani berdiri menjadi imam yang penuh iman.

Di tengah konser doa nasional itu, Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dipenuhi Roh Kudus dan bernubuat. Pesan profetiknya berisi tentang: penguatan iman (2 Tawarikh 20:15), marifat atau petunjuk roh tentang musuh (2 Tawarikh 20:16b), dan strategi peperangan yang harus dilakukan (2 Tawarikh 20:16-17). Berdasar petunjuk-petunjuk profetik itu, Yosafat berunding dan mengatur strategi perang dengan menempatkan para pemuji di depan pasukan (2 Tawarikh 20:21).

Dalam doa bersama, Tuhan akan berbicara. Seorang pemimpin tidak perlu merasa tersingkir ketika Tuhan berbicara melalui tokoh lain. Pemimpin Kristen yang baik akan mempertimbangkan semua petunjuk Roh Kudus sebagai masukan guna menentukan strategi dan langkah-langkah praktis.

Diambil dari:

Judul buku : Mezbah Doa Para Pemimpin
Judul artikel : Yosafat: Meminta Kemenangan
Penulis : Haryadi Baskoro
Penerbit : Yayasan ANDI Yogyakarta, 2004
Halaman : 45 -- 50

Komentar