Doa Bapa Kami (Matius 6:5-14)

"Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." (Matius 6:11)

Salah satu buah pertobatan sekaligus salah satu ukuran pertumbuhan serta kedewasaan rohani kita adalah "mencukupkan dengan apa yang Tuhan beri". Persoalannya adalah, bagaimana caranya agar dapat membawa hidup kita ini pada "mencukupkan dengan apa yang Tuhan beri"? Alkitab berkata, "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing" (Roma 12:3). Firman Tuhan mengajarkan bahwa "janganlah kita memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kita pikirkan". Selanjutnya, Roma 12:16 mengatakan, "Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!" Kita harus mengarahkan pikiran kita pada perkara-perkara yang sederhana, yang artinya adalah perkara-perkara yang bisa kita jangkau.

Amsal 30:7-9 mengatakan, "Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kau tolak sebelum aku mati, yakni: jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: `Siapa TUHAN itu?` Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku." Firman Allah ini mengajarkan bahwa kita harus mencukupkan dengan apa yang Tuhan beri, yaitu dengan cara jangan memikirkan atau meminta yang muluk-muluk, tetapi biarlah kita menikmati makanan yang menjadi bagian kita. Dan jalan keluarnya adalah sebagaimana yang dituliskan dalam Kolose 3:2, yaitu: "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."

Jalan keluar yang ketiga adalah mengecap kebaikan Tuhan setiap waktu atas segalanya yang Tuhan berikan, yaitu:

  1. Berkat keselamatan kekal.

  2. Berkat kasih yang melimpah dalam hidup kita bagaikan air kehidupan yang terus mengalir membasahi hidup kita.

  3. Berkat perlindungan-Nya yang sempurna.

  4. Berkat kesehatan.

  5. Berkat hikmat atau akal budi surgawi yang bersatu dengan hikmat yang kita peroleh di dunia ini dan pengalaman demi pengalaman, dan bersatunya kedua hikmat tersebut mendatangkan kebijakan demi kebijakan. Contoh kebijakan adalah jika kita mau mengambil madu, janganlah merusak sarang lebahnya.

  6. Berkat jasmani.

  7. Berkat kasih karunia dalam panggilan-Nya.

 Jika seseorang bisa mengecap kebaikan Tuhan setiap waktu, maka dalam hatinya akan keluar UCAPAN SYUKUR, dan inilah kunci terjadinya doa seperti dikatakan pada ayat 11, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya." Arti cukup menurut ukuran Tuhan berbeda dengan arti cukup menurut ukuran manusia. Lebih lanjut lagi, sehubungan dengan hal belajar mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan beri ini, firman Tuhan menasihatkan kepada kita, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya jatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1 Timotius 6:6-10). Firman Tuhan ini berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Oleh karena itu, salah satu penghambat hubungan yang intim dengan Bapa adalah jiwa yang dikuasai MAMON.

"Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" bukan berarti kita tidak boleh merencanakan hari esok. Hari esok sangat ditentukan bagaimana hari ini kita kerjakan, jadi kita boleh mempersiapkan kebutuhan untuk hari esok. Tetapi jangan sampai ada kekhawatiran karena kekhawatiran itu menghambat hari esok. Kekhawatiran membuat kita tidak bisa mengerjakan dengan baik semua tugas hari ini, sehingga kita juga tidak bisa mengerjakan yang baik untuk hari esok. Dalam Matius 6:34, Yesus berkata, "Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Ini berarti: "Jalanilah hidup ini tanpa kekhawatiran!" Untuk lebih jelasnya, dalam Lukas 12:22-31, Yesus berkata sehubungan dengan hal kekhawatiran ini sebagai berikut.

"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Sebab hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu! Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu khawatir akan hal-hal lain? Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu."

"Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami ....; Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga." (Matius 6:12, 14)

Kasih adalah dasar dari kehidupan doa, dan dasar dari kasih adalah pengampunan. Kasih yang tanpa pengampunan adalah kasih yang semu dan tidak ada kuasanya. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 13:1-3, Rasul Paulus berkata, "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." Kasih yang berkorban, kasih yang tak terukur panjang, lebar, tinggi, dalam, dan luasnya, kasih yang tidak ada batasnya adalah KASIH YESUS. Kasih Yesus yang begitu besar tersebut dinyatakan pada waktu Ia mengorbankan seluruh hidup-Nya sampai mati di kayu salib hanya untuk mengampuni dosa manusia, hanya untuk memikul beban dosa manusia. Bangsa-Nya sendiri menolak Dia, menyiksa Dia, dan menyalibkan Dia. Tetapi Yesus mengampuni sampai Ia mengorbankan tubuh dan nyawa-Nya, mati di atas kayu salib. Dan dari pengampunan-Nya itu, terjadilah pertobatan demi pertobatan, dan manusia diperdamaikan kembali dengan Bapa.

Ada sebuah keluarga Kristen yang baik; terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan yang baru berusia 6 tahun. Karena terpengaruh pergaulan yang kurang baik, suatu saat si ayah jatuh dalam kebiasaan minum alkohol dan narkoba. Pada awalnya, si ayah ini hanya ikut merasakan sabu-sabu. Tetapi dari hari ke hari, ia makin dalam terseret oleh jerat sabu-sabu tersebut hingga usahanya bangkrut. Maka ia pun mulai menjual barang-barang rumah tangganya satu per satu sampai hampir habis. Akan tetapi, sesuatu yang luar biasa terjadi pada istrinya. Ia tetap taat berdoa. Ia terus setia melayani suaminya dengan baik. Setiap hari, suaminya datang dengan marah-marah, si istri berlutut bersama anaknya, berdoa, berharap sepenuhnya kepada Tuhan dan berserah total. Kadang-kadang, suaminya tidak pulang beberapa hari. Kalaupun pulang, ia selalu dalam keadaan mabuk, marah-marah, membanting barang-barang yang ada. Namun demikian, si istri tetap mengasihi suaminya, tetap menghormati dan melayani suaminya dengan ramah dan dengan lembut. Dan makin hari, ibu bersama anak perempuan satu-satunya itu makin dekat dengan Bapa Surgawi. Akhirnya, si ibu bersama anaknya tersebut mulai berdoa dengan mengucap syukur. Ia sadar akan ujian yang sangat berat di dalam hidupnya. Suaminya mulai berani memaki-maki istrinya. Tetapi setiap kali istrinya menerima kekuatan baru dari setiap firman yang ia baca, ia ucapkan firman dan ia berdoa. Dan sungguh mengherankan, doanya bukanlah ratapan, melainkan doa ucapan syukur!

Namun tingkah laku si suami bukannya membaik, malahan semakin menjadi-jadi. Perhiasan istrinya mulai dipreteli satu demi satu, kemudian dijualnya hanya untuk membeli sabu-sabu. Tetapi sungguh mengagumkan, dalam keadaan demikian, si istri ini tetap tersenyum. Iman dan mentalnya sungguh-sungguh terbentuk lewat doa, firman, dan penderitaannya. Tetapi yang menakjubkan, yaitu bahwa pengharapannya kepada Tuhan sangatlah besar, perjumpaannya dengan Bapa Surgawi itu sangatlah dekat. Suatu saat anak perempuannya, yang biasa dipanggil "Nonik", diundang menghadiri pesta ulang tahun teman sekolahnya. Si ayah memboncengkan putri kesayangannya itu dengan sepeda. Diantarnya anaknya ke pesta ulang tahun teman sekolahnya, ditungguinya sampai pesta selesai, dan kemudian diantarnya pulang kembali ke rumah. Di tengah jalan, anak itu berkata kepada ayahnya, "Papa, dua minggu lagi Nonik juga ulang tahun yang ketujuh." Ayahnya kaget dan menjawab, "Oh, ya! Tanggal berapa, Nik?" Anaknya menjawab dan bertanya, "Boleh nggak Nonik berulang tahun dengan mengundang sedikit teman Nonik untuk doa bersama di rumah?" Ayahnya berpikir sebentar dan kemudian menjawab, "Ya boleh, boleh! Tapi sederhana saja pestanya, sebab Papa tidak punya uang. Dan nanti kalau pas ulang tahun, Nonik mau minta kado apa?" Mendengar jawaban dan pertanyaan ayahnya tersebut, si Nonik pun kaget sebab sudah beberapa tahun ini ia tidak pernah merayakan pesta ulang tahun dan tidak pernah menerima kado dari ayahnya. Ia kemudian berkata, "Sungguh Papa mau memberi kado untuk Nonik?" Ayahnya menjawab, "Ya, sungguh! Papa mau memberi hadiah ulang tahun buat Nonik. Tapi hadiahnya kecil dan sederhana saja ya, Nik, sebab Papa tidak punya uang banyak." Tanya ayahnya lagi, "Nonik minta kado apa?" Anak itu menjawab, "Ya, nanti saja Pa, kalau sudah dekat harinya Nonik akan menyampaikannya pada Papa."

Sejak itu, hampir setiap hari ayahnya bertanya, "Nik, minta kado apa?" Tetapi selalu dijawab oleh anaknya, "Apa Papa sungguh-sungguh mau memberi hadiah ulang tahun buat Nonik?" Jawab ayahnya dengan tegas, "Sungguh Nik, Papa akan beri hadiah ulang tahun buat Nonik." Kata anaknya lagi, "Ya, kalau begitu nanti beberapa hari lagi Nonik akan menyebutkan hadiah apa yang Nonik minta dari Papa." Sampai 1 hari sebelum pesta ulang tahun tiba, si ayah datang, memegang tangan anaknya dan bertanya, "Nonik mau minta kado apa?" Anak itu menjawab, "Apa Papa sungguh-sungguh rela memberi kado buat Nonik?" Jawab ayahnya, "Ya!" Dan akhirnya, anak itu berkata, "Pa, pada hari ulang tahun ini, Nonik minta satu hadiah saja, yaitu ...," ia diam sebentar dan kemudian melanjutkan, "tapi Papa janji ya, mau sungguh-sungguh memberi kado buat Nonik." Si ayah memang sangat mencintai anaknya ini dan berkata, "Ya, Papa janji pasti memberi kado buat Nonik!" Maka jawab anaknya lagi, "Nonik minta kado satu saja, yaitu: Papa jangan memakai sabu-sabu lagi!" Saat itu juga ayahnya menangis, berlutut, dan mengucapkan janji untuk bertobat. Dan sejak saat itu, si ayah sungguh-sungguh berhenti mengonsumsi sabu-sabu dan obat-obat terlarang lainnya. Ayah ini bertobat, dan akhirnya keluarga tersebut dipulihkan, ditahirkan, dan diberkati Tuhan. Apa yang sesungguhnya telah dilakukan oleh anak perempuan berusia 7 tahun ini? Tidak lain hanyalah mewujudkan KASIH yang berkorban! Ibu dan anaknya tersebut memberikan pengampunan, dan itulah KASIH yang berkorban. Itulah WUJUD KASIH.

"Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat." (Matius 6:13)

Yesus mengajarkan di dalam bagian doa tersebut supaya kita memohon perlindungan setiap hari dari upaya tipu daya si jahat yang senantiasa mencoba untuk menjatuhkan kita. Kutuk Iblis dan kuasa maut sudah dilumpuhkan, sengat maut sudah dipatahkan dan dicabut pada saat Yesus mati di kayu salib. Iblis sesungguhnya sudah tidak berkuasa lagi di muka bumi ini. Akan tetapi, dalam Lukas 4:13 dikatakan, "Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." Itulah sebabnya kita harus minta perlindungan setiap hari dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk menghadapi ULAH IBLIS itu. Jangan sampai membuka celah yang membuat Iblis bisa masuk, sebab ia selalu berusaha mengintai dan menunggu waktu yang baik untuk masuk dengan ulah dan tipu muslihatnya. Setelah Iblis kalah, ia mundur, sembunyi dan berulah dengan cara:

  1. Merusak "jembatan-jembatan", artinya: mengganggu hubungan kita dengan Tuhan melalui kemarahan, kejengkelan, dan kesedihan.

  2. Merusak "jalan-jalan", artinya: mengganggu hidup kita dengan siasat adu domba, gosip, fitnah, isu-isu, dan kebohongan-kebohongan.

 Pada waktu ada kesempatan dan saat yang baik itulah, Iblis masuk untuk mencuri, merusak, dan membinasakan. 1 Petrus 5:8 mengatakan, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Oleh karena itu, kita harus WASPADA, berjaga-jaga, dan melawan Iblis dengan darah Anak Domba Allah. Nasihat firman Allah dalam 1 Petrus 5:9a, "Lawanlah dia dengan IMAN yang teguh." Iman yang teguh adalah iman yang dibangun oleh firman Allah, iman yang teruji, iman yang berkemenangan, dan ini merupakan perisai doa serta pedang roh untuk melumpuhkan ulah si jahat.

Perhatikan dengan saksama kisah tentang Yesus yang dicobai Iblis di padang gurun sebagaimana ditulis dalam Lukas 4:1-13. Dari peristiwa tersebut, kita bisa menemukan bahwa:

  1. Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, dicobai oleh Ibis bukan pada waktu sakit, sedih, atau yang lainnya, melainkan pada waktu Yesus lapar. Oleh karena itu, hati-hatilah dengan keadaan kita yang:

    * lapar secara jasmani, lapar dan haus akan kedagingan;
    * lapar akan harta, takhta, dan wanita; dan
    * lapar secara rohani, artinya roh yang lemah.

  2. Iblis tidak mencobai Yesus dengan sakit penyakit, tetapi ia mencobai kelemahan manusia, yaitu kedagingan kita, yang mencakup makanan jasmani, harta benda, dan kedudukan.

Oleh karena itu, cukupkanlah dengan apa yang Tuhan berikan, waspadalah, berdoalah, mengucap syukurlah, dan lawanlah si penipu itu, maka ia pasti KALAH. Tuhan Yesus memberikan peringatan kepada kita, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Matius 6:19-21).

Dalam Roma 14:17-19, dijelaskan bahwa Kerajaan Allah adalah:

  1. bukan soal makanan dan minuman (jasmani),
  2. tetapi soal kebenaran (KASIH),
  3. damai sejahtera dan sukacita, dan
  4. oleh Roh Kudus.

 Keempat hal inilah yang diputarbalikkan oleh Iblis, dengan mengatakan bahwa yang terutama adalah:

  1. makanan dan minuman,
  2. kepuasan daging,
  3. kepentingan pribadi, dan
  4. motivasi.

 Gereja Tuhan yang tanpa kebenaran (kasih), tanpa damai sejahtera dan sukacita, dan tanpa Roh Kudus adalah gereja yang LAPAR, KERING, dan akhirnya SAKIT. Inilah ciri gereja model SAUL. Begitu Goliat datang, ia menjadi ketakutan, ribut, cemas, bimbang lalu mencari cara-cara duniawi, mencari kekuatan-kekuatan duniawi, memakai kekuatan maupun kekayaan diri sendiri, dan akhirnya KALAH sebelum maju berperang. Tetapi jika sebaliknya di dalam gereja ada kebenaran (kasih), ada damai sejahtera dan sukacita, dan ada Roh Kudus, maka akibatnya: 

  1. Gereja berkenan kepada Bapa di surga (Roma 14:18).
  2. Gereja dihormati sesama. 

Inilah gereja model DAUD (gereja yang hidup). Begitu Goliat datang (bisa berupa: sakit penyakit, fitnah, kesulitan), gereja maju di depan dengan pedang roh, dan Goliat dikalahkan. Gereja yang hidup adalah gereja yang melakukan lima gerakan Roh Allah, yaitu: gerakan doa profetik, gerakan pujian dan penyembahan, gerakan wujud kasih, gerakan kesatuan tubuh Kristus, dan gerakan misi. CARANYA adalah: "Sebab itu, marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung!" (Roma 14:19-20)

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Sekolah Doa
Judul asli artikel : Hal Berdoa -- Doa Bapa Kami
Penulis : J.H. Gondowijoyo
Penerbit : Andi, Yogyakarta 2004
Halaman : 57 -- 66

 

Komentar