Doa Syafaat: Sebuah Pelajaran dari Kehidupan Abraham

Abraham sangat spesial bagi Allah, bukan karena ia sempurna. Perilakunya kurang baik. Ia tidak tampil baik secara konsisten dalam situasi krisis, bukan? Ia menjadikan Sarah sebagai tameng untuk keamanan dirinya sendiri beberapa kali, yang merupakan perbuatan yang tidak saleh sama sekali! Tidak, ia tidak sempurna. Akan tetapi, ia taat kepada bisikan Allah. Menurut 1 Samuel 15:22, ketaatan merupakan salah satu persyaratan utama Allah: "Menaati lebih baik daripada memberi persembahan."

Ingatkah ketika dua malaikat datang dan mengunjungi Abraham, makan malam dengannya, dan berbicara dengannya tentang "peristiwa diberkati" yang akan mereka terima dalam tahun itu? Kemudian, mereka berbalik untuk pergi menuju ke Sodom, sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka, "Kami harus pergi dan memeriksa Sodom untuk melihat apakah semua yang kami dengar adalah benar."

Allah berdebat dengan diri-Nya pada saat itu: "Apakah Aku akan mengatakan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini? Ya, Aku yakin demikian. Lagi pula, ia adalah hamba pilihan ... alat yang Kupilih sendiri." Jadi, Ia memberitahukan rencana-Nya kepada Abraham: "Dosa-dosa Sodom telah sampai ke hadapan-Ku. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya!" (Kejadian 18:16-33)

Siapa yang tinggal di kota Sodom? Lot, keponakan Abraham. Mengapa Allah tidak memberitahukan tentang rencana-Nya kepada Lot? Lot jauh dari Tuhan. Ia mungkin tidak akan mendengarkan. Ia tidak tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Akan tetapi, Abraham mengasihi Lot. Ia menjadi perantara bagi Lot. "... sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?" Allah setuju. Abraham terus menawar sampai akhirnya angkanya menjadi sepuluh orang saleh. Dan lagi-lagi, Allah memenuhi permohonan Abraham. Lot dan keluarganya selamat karena doa syafaat Abraham.

Lot benar-benar tidak menyadari adanya bahaya. Dia cukup puas berada di Sodom, seorang warga terkemuka yang duduk di pintu gerbang dan menyambut para pendatang. Ia mungkin berkeliling ke seluruh kota dan berada di komite penyambutan! Sepertinya, ia benar-benar tidak menyadari kondisi rohaninya. Ia tidak datang ke pamannya, Abraham, dan berkata, "Tolong doakan saya. Saya jauh, jauh dari Allah, begitu juga keluarga saya. Saya tidak bahagia, Abraham. Kami hidup di kota yang penuh dosa." Bahkan, setelah ia memperingatkan tentang bencana yang akan datang dengan memberitahukan kepada kedua tunangan putrinya dan menyuruh mereka pergi dengan cepat, mereka berpikir ia hanya menggoda saja. Ia tidak membangun hubungan spiritual dengan keluarganya. Kasihan Lot. Seperti yang dikatakan oleh seseorang, "Ia memimpin keluarganya ke Sodom, tetapi ia tidak bisa memimpin mereka keluar."

Mungkin Anda memiliki seseorang dalam daftar doa Anda seperti Lot, yang benar-benar tidak menyadari kondisi rohani mereka. Nah, artikel singkat ini memberi kita harapan, bukan? Berharap kepada Tuhan. Bukan berarti itu akan berubah menjadi seperti yang kita inginkan. Namun, itu berarti bahwa Allah terlibat dan bekerja dalam kehidupan orang itu. Ia mengetahui setiap aspek dari apa yang sedang terjadi di Sodom, dan Ia menyadari setiap segi kehidupan orang yang Anda kasihi. Akan tetapi, orang itu yang membuat hati kita bersedih, memiliki kehendak bebas, mungkin berkata, "Saya tidak tertarik." Itu kemudian bukan berarti menuduh kepada Tuhan dan berkata, "Mengapa Engkau tidak melakukan sesuatu?" Tidak. Itu berarti mengetahui bahwa kasih-Nya ditujukan kepada setiap orang, tetapi setiap orang memiliki pilihan untuk menerima atau menolak kasih-Nya.

Jadi, apa yang harus saya lakukan? Tetaplah sangat mendekat kepada Allah. Berbicaralah dengan-Nya. Habiskanlah waktu bersama-Nya. Katakan kepada-Nya kerinduan dari keputusasaan yang kita miliki. Ia mengasihi. Ia mendengarkan. Ia menangkap setiap air mata. Ia mendengar setiap napas (Mazmur 56:8). Harapan kita ketika berdoa adalah di dalam Dia, dengan mengingat bahwa Dia mengizinkan mereka yang kita doakan dalam syafaat untuk bebas memilih. Kita tidak mungkin mengharapkannya dengan cara lain. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dan disunting dari:

Nama situs : Lifetime
Alamat URL : http://www.lifetime.org/2004/07/intercessory-prayer-a-lesson-from-abrahams-life-2/
Judul asli artikel : Intercessory Prayer: A Lesson From Abraham’s Life
Penulis artikel : Anabel Gillham
Tanggal akses : 6 Mei 2014

Komentar