Doa Syafaat: Suatu Gaya Hidup 2

Apa sesungguhnya pelayanan doa syafaat itu?

Membayar Harga

Saya seorang yang suka mempelajari kata-kata. Saya dengan mudah sekali dapat tenggelam dalam kamus atau konkordansi selama sejam. Yang paling menarik bagi saya adalah asal usul sebuah kata, dan saya suka menyelidiki bagaimana mula-mula terjadinya kata-kata yang kita pakai sehari-hari. Daya tarik yang kuat sekali ini lebih dari sekadar hobi, karena saya menemukan bahwa mempelajari sejarah sebuah kata, menolong saya untuk mengerti konsep yang ada di balik istilah tertentu itu. Oleh karena itu, saya sering mengambil waktu untuk menceritakan tentang sejarah dari beberapa kata itu, bila menulis tentang doa. Hal itu menolong saya -- dan saya harap pembaca -- dapat menangkap inti dari konsep-konsep ini. Sebagai contoh, doa syafaat (intercession dalam bahasa Inggris), berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu inter yang artinya "di antara", "terlibat", "turut campur"; dan cedere yang artinya "pergi", "menyerahkan", "bergerak", atau "membayar harga". Mari kita melihat asal usulnya dengan urutan seperti tersebut di atas.

Pertama, asal kata tersebut menunjukkan bahwa doa syafaat (intercession) artinya "menjadi perantara", sama dengan bila kita berdiri di antara seseorang dan musuhnya dalam pertempuran. Kedua, istilah ini menggambarkan orang yang "menyerahkan dirinya" untuk berada di antara mereka yang lemah dan membutuhkan bantuan. Ketiga, doa syafaat (intercession) adalah "bergerak menuju keterlibatan" mengenai kebutuhan dan sakit hati orang lain, sama seperti kebaikan yang ditunjukkan oleh orang Samaria yang baik hati dalam cerita Alkitab, "ketika ia melihat (orang yang terluka di pinggir jalan), ia tergerak oleh belas kasihan pada orang tersebut, lalu menghampirinya dan membalut luka-lukanya ...." (Lukas 10:33-34). Akhirnya, doa syafaat berarti "membayar harga untuk campur tangan (intervensi)". Kristus sendiri memberikan contoh yang paling berharga untuk definisi ini. Ia mati di kayu salib untuk membayar harga campur tangan (intervensi) bagi dosa-dosa kita. Dalam hal ini, Kristus adalah contoh yang tertinggi dari semua definisi yang berkenaan dengan tema doa syafaat. Karena Dia adalah perwujudan dari kesempurnaan, maka Kristus adalah sungguh "perantara" yang sempurna.

Mungkin untuk mendapatkan pengertian yang seimbang mengenai doa syafaat, adalah sangat penting untuk mengetahui bahwa doa syafaat lebih merupakan suatu gaya hidup daripada suatu bentuk doa. Memang benar bahwa doa syafaat adalah sebuah aspek doa yang istimewa, tetapi sebenarnya lebih dari itu. Doa syafaat adalah sebuah gaya hidup. Sebagai contoh, Kristus tidak hanya terlibat dalam pelayanan doa syafaat ketika ia berdoa untuk orang lain. Gaya hidupnya diwarnai dengan suatu doa syafaat. Kristus adalah Pemberi yang penuh kasih dan hadiah terbesar adalah diri-Nya sendiri. Alkitab berkata, Ia "memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45). Dan sama seperti hadiah terbesar Kristus untuk dunia yang terhilang adalah diri-Nya sendiri, maka hadiah terbesar kita untuk dunia yang terhilang adalah doa syafaat kita. Melalui doa syafaat seperti itu, dunia akan mengenal Kristus.

Dasar Doa Syafaat

Seorang pendoa syafaat adalah seorang pria, wanita, atau anak -- yang berdoa bagi orang lain. Dengan demikian, maka doa syafaat adalah kegiatan yang paling membuat kita menjadi sama dengan Kristus. Menjadi seorang pendoa syafaat adalah menjadi seperti Yesus, karena Yesus adalah seperti itu. Ia selalu hidup untuk bersyafaat (Ibrani 7:25; Roma 8:34)! Tetapi di mana sebenarnya kita memulai pencarian kita untuk menjadi pendoa syafaat seperti Yesus? Empat pengetahuan dasar yang sederhana akan menolong saat memulainya dengan perjalanan kita.

Pertama, kita harus mengerti "hak istimewa" kita sebagai pendoa pendoa syafaat. Kristus selalu berada di sebelah kanan Tuhan dan dari kedudukan ini, Ia berdoa syafaat untuk orang-orang kudus terus-menerus. Berada di sebelah kanan Tuhan berarti mendapat hak istimewa yang besar dan merupakan suatu kenikmatan: "...di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mazmur 16:11). Jadi, kalau kita terlibat dalam doa syafaat, hal itu merupakan suatu hak istimewa dan kenikmatan untuk bersama-sama Kristus berada di sebelah kanan Tuhan, dalam melakukan tugas yang mendebarkan hati ini. Apa yang dapat lebih mendebarkan hati daripada berada di ruang takhta di pusat kegiatan yang mengubah dunia? Di sana kita dikelilingi oleh malaikat-malaikat, yang terlibat dalam penyembahan yang tak kenal lelah, pada waktu kita bersama-sama dengan Yesus menghancurkan pekerjaan Setan! Sesungguhnya pekerjaan seorang pendoa syafaat adalah suatu hak istimewa pada tingkat yang paling tinggi. Hal itu membuat kita menjadi rekan sekerja Kristus di dalam pelayanan-Nya yang tertinggi, untuk mendamaikan semua umat manusia dengan Bapa.

Kedua, kita harus mengerti "kedudukan" kita sebagai pendoa syafaat. Yang dimaksud dengan kedudukan di sini, tentu saja bukanlah berhubungan dengan sikap tubuh sebagai seorang pendoa syafaat -- misalnya, entah itu berlutut, duduk, berdiri, atau berdoa secara tersungkur -- melainkan kedudukan secara rohani dengan "duduk" bersama dengan Kristus di "tempat surgawi". Seperti yang Paulus katakan dalam suratnya kepada orang percaya di Efesus, Tuhan "telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di Surga di dalam Kristus Yesus" (Efesus 2:6). Beberapa pikiran yang menarik timbul pada waktu kita mulai mempertimbangkan bagaimana Kristus membawa kita kepada kedudukan ini. Untuk memulainya, Ia memberikan tenaga baru kepada kita pada waktu kita "mati". Paulus berkata, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat ... sekalipun kita telah mati bersama-sama dengan Kristus ..." (Efesus 2:4-5). Alkitab Authorised Version memakai istilah Ia mempercepat kita. "Mempercepat" atau "membuat hidup" berarti memberi tenaga baru. Hal itu berarti memperbarui dan menghidupkan kembali.

Lebih dari hal ini, Kristus mengangkat (meninggikan) pendoa syafaat. Paulus menjelaskan bahwa kita "dihidupkan bersama-sama". Diangkat seperti itu penting dalam perjalanan orang percaya, karena hal itu berbicara bahwa secara rohani kita dipindahkan ke alam kegiatan ilahi yang lebih tinggi, yaitu gelanggang surgawi yang tidak kelihatan. Sebagai orang-orang yang berperang demi orang lain, kita bekerja dari tempat yang tinggi ini, yaitu di alam surgawi, bersama Kristus. Akhirnya, kita ditempatkan di atas takhta bersama Kristus dalam doa syafaat. Kita diizinkan untuk "duduk bersama-sama" dengan Kristus di sebelah takhta Bapa, yang menunjukkan bahwa kita tidak hanya sebagai pengamat dari peperangan rohani, tetapi kita adalah rekan sekerja yang terlibat dalam pelaksanaan otoritas ilahi-Nya. Konsep mengenai pendoa syafaat yang didudukkan di atas takhta, untuk melaksanakan otoritas ilahi adalah sangat penting sekali. Hal ini memberikan kepada kita suatu pengertian baru, tentang perintah Kristus untuk berbicara langsung kepada gunung-gunung dan memerintahkan kepada mereka untuk beranjak (Markus 11:22-24). Apabila kita didudukkan di atas takhta sebagai pendoa syafaat, kita tidak hanya minta agar Tuhan melakukan sesuatu; melainkan sebenarnya kita diperlengkapi dengan kuasa otoritas-Nya, dan menjadi rekan sekerja-Nya ketika Ia menyatakan kehendak-Nya.

Para pendoa syafaat yang berani mengetahui bahwa janji-janji Tuhan, memberdayakan mereka untuk bekerja bagi Dia, untuk memerintahkan kepada gunung-gunung rohani supaya beranjak. Dan pada tingkat seperti inilah, kita harus mengerti otoritas dari para pendoa syafaat. Kita bukanlah pengemis-pengemis yang menyatakan keinginan-keinginan pribadi, tetapi kita adalah "para komandan dari ruang takhta", yang menerima perintah dari Komandan Tertinggi kita yaitu Yesus, yang telah mengizinkan kita untuk memakai otoritas-Nya dalam meruntuhkan benteng-benteng pertahanan. Pengertian dasar kita yang ketiga: kita harus mengerti "janji" kita sebagai pendoa syafaat. Kita harus memunyai keyakinan penuh bahwa tujuan utama kita dalam berdoa akan menjadi kenyataan. Tujuan itu adalah untuk melihat kerajaan-Nya berdiri teguh di atas bumi ini, dan hal itu merupakan suatu tujuan yang berdiri di atas firman Tuhan. Yesaya dengan jelas mengatakan, "...seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN seperti air laut yang menutupi dasarnya." (Yesaya 11:9)

Penyataan Yohanes menggambarkan peristiwa penting tentang Kerajaan Kristus yang datang dalam segala kepenuhannya, sebagai suatu peristiwa yang ditandai dengan seorang malaikat yang meniup sangkakala. sedangkan suara-suara nyaring di Surga menyatakan: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya!" (Wahyu 11:15) Orang tidak dapat mengabaikan arti bahwa baik malaikat ini maupun enam malaikat lainnya yang mendahuluinya, tidak diizinkan untuk meniup sangkakala sebelum "seorang malaikat lain" yang memegang pedupaan emas (Wahyu 8:3), datang dan berdiri di depan mezbah yang menghadap takhta Tuhan, dan dengan "banyak kemenyan" (lambang dari penyembahan) mempersembahkan korban ini "bersama-sama dengan doa semua orang kudus". Yohanes melanjutkan menggambarkan penglihatannya, dengan menyatakan bahwa "asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus naik ke hadapan Allah dari tangan malaikat" (Wahyu 8:4).

Sesudah itu, setelah semua doa orang-orang kudus bersama-sama dengan puji-pujian umat Tuhan (dilambangkan dengan kemenyan) dipersembahkan di atas mezbah, maka ketujuh malaikat diizinkan oleh Tuhan untuk mulai meniup sangkakala mereka. Sangat penting untuk diketahui bahwa semua kegiatan yang diungkapkan adalah hasil dari doa bercampur dengan "banyak" penyembahan di hadapan takhta Tuhan (Wahyu 8:1-6). Semua ini adalah untuk mengingatkan kita bahwa sebagai pendoa syafaat kita, bekerja berdasarkan janji-janji Tuhan bahwa doa-doa kita dapat membawa perubahan. Para penyelidik misi mengatakan bahwa kira-kira 17.000 kelompok etnik yang masih harus dijangkau Injil. Para pendoa syafaat tahu bahwa doa-doa merekalah, yang akhirnya akan mematahkan belenggu yang mengikat kelompok ini dan orang-orang lain dalam pengenalan mereka akan kasih Kristus.

Akhirnya, kita harus mengerti akan kuasa kita sebagai pendoa syafaat. Kristus memanggil para murid-Nya untuk berkumpul dan menyatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Di sini, kita menemukan suatu janji kuasa yang dinamis yang jarang dilakukan oleh kebanyakan orang percaya. Tuhan berkata bahwa mereka yang mau terlibat dan mau membayar harga dari campur tangan, akan memiliki semua kekuasaan yang diperlukan untuk menghadapi kekuatan roh jahat dalam benteng pertahanannya. Mari kita bersama-sama melihat lebih dekat ke dalam pelayanan mulia dari peperangan rohani yang penuh belas kasihan ini.

Diambil dari:

Judul asli buku : Love on Its Kness
Judul buku terjemahan : Kasih yang Bertumpu Pada Lutut
Judul asli artikel : Doa Syafaat: Suatu Gaya Hidup
Penulis : Dick Eastman
Penerjemah : Liana Kosasih
Penerbit : Nafiri Gabriel, Jakarta 2000
Halaman : 19 -- 25

Komentar